PROLOGUE
Adrian Wijaya biasa dipanggil Adri adalah seorang pemuda yang ramah, cerdas, mudah bergaul, dan pekerja keras. Seorang yang bisa dikatakan cukup tinggi tapi kurus, bahkan Adri sering dipanggil Bhegenk sama teman-temannya ketika SD dan SMP. Adri memiliki latar belakang keluarga yang dapat dikatakan cukup berada, ayah Adri adalah seorang pengusaha sukses dan ibunya adalah seorang ahli dan dosen di bidang Ilmu Ekonomi di sebuah universitas terkemuka di pinggiran Jakarta. Adri menempuh pendidikan SD hingga SMPnya di Jakarta dan pindah ke California ketika SMA, karena ibunya menempuh pendidikan S3. Selain itu, Adri memiliki seorang adik wanita yang cukup cantik bernama Sari Nestayu Sekartadji, umur mereka terpaut sekitar 6 tahun.
Adri seorang anak lelaki seperti biasanya, memiliki kegemaran bermain game baik game komputer maupun game console, untuk olahraga Adri gemar bermain sepak bola dan bulutangkis, dan setelah pulang dari Amerika, Adri jadi gemar bermain bowling dan akhir-akhir ini Adri menyukai olahraga menembak karena diajak oleh rekan ayahnya. Adri juga memiliki kegemaran bermain musik gitar dan drum, Adri juga memiliki suara yang lumayan. Adri bisa dikatakan seseorang yang kehilangan masa indahnya jaman SMA, karena dia tidak merasakan indahnya masa SMA di Indonesia. Di Amerika, Adri hanya menjadi seorang minoritas, akan tetapi dia juga cukup banyak memiliki teman di sana.
Sekembalinya ke Indonesia, Adri kuliah di tempat Ibunya mengajar mengambil jurusan Manajemen Bisnis. Manajemen Bisnis adalah bukan pilihan Ardi karena dia sebenarnya ingin mengambil ilmu sosial dan politik, tetapi paksaan dari ayahnya membuatnya harus mengambil jurusan tersebut. Sebagai anak yang penurut, Adri menuruti permintaannya. Hal ini tidak menjadi masalah untuk Adri, karena Adri memang anak yang cukup cerdas, ketika bersekolah di Amerika, Adri termasuk golongan anak yang cerdas bahkan dia mendapatkan beasiswa untuk masuk ke MIT, akan tetapi dia menolaknya dan memutuskan untuk kuliah di Jakarta ikut kembali pulang bersama keluarganya.
Meski berwajah lumayan Adri bukanlah seorang pemuda yang playboy, bahkan malah terlihat seperti goodboy meski sebenernya Adri juga memiliki sisi badboy. Adri merupakan seseorang yang biasa saja terhadap wanita, dia jarang mendekati wanita, malah banyak didekati oleh para kaum hawa, karena tampangnya dan orangnya yang baik. Akan tetapi Adri cukup banyak memiliki teman, dia selalu rendah diri di hadapan teman-temannya karena tidak mau di cap mendompleng nama besar kedua orang tuanya. Adri seperti mahasiswa pada biasanya, yang gemar kumpul dan bermain bersama teman-temannya. Kisah cinta Adri bisa dikatakan biasa saja karena dia belum mau berkomitmen dengan seorang wanita. Sampai akhirnya lika-liku kehidupan percintaan Adri merubah jalan hidupnya.
CHAPTER 1
PART 1
PART 1
Awal Hasrat Itu
Spoiler for Part 1:
Spoiler for Part 1:
Hari Sabtu Siang di penghujung bulan November, di Rumah kediaman Keluarga Mahsuri Mangunsubroto, dibilangan Pasar Minggu. Aku baru saja pulang ke rumah setelah mengantarkan adikku bermain ke rumah tanteku, aku kaget karena terdapat beberapa mobil yang terpakir di halaman depan rumahnya, padahal ayah sedang keluar kota jadi pasti jarang ada tamu.
Aku bertanya ke Pak Dani satpam rumah, Ini mobil siapa aja, Pak? rame banget.
Pak Dani menjawab, Ini mobil mahasiswanya Ibu, Mas.
Oh, itu ada yang ngalingin Pak, mobil Ayah gak bisa masuk garasi jadinya, aku taruh sini dulu aja, gumamku sambil kesal, karena kalo pak supir lagi libur atau keluar, pasti aku yang disuruh mindah-mindahin mobil dan ini kadang membuatkan malas.
Pak Dani menjawab, Ini mobil mahasiswanya Ibu, Mas.
Oh, itu ada yang ngalingin Pak, mobil Ayah gak bisa masuk garasi jadinya, aku taruh sini dulu aja, gumamku sambil kesal, karena kalo pak supir lagi libur atau keluar, pasti aku yang disuruh mindah-mindahin mobil dan ini kadang membuatkan malas.
Aku langsung masuk ke dalam rumah dan teriak-teriak, Maaaaa, mobil ayah belum aku masukin ke garasi, ada mobil yang ngalingin.
Terdengar suara Mama dari ruang tengah, Oh sebentar nak.
Terdengar suara Mama dari ruang tengah, Oh sebentar nak.
Aku berjalan ke ruang tengah cukup ramai ada mahasiswa dan mahasiswi mama, aku tidak sempat menghitung ada beberapa tapi ada tiga orang wanita yang cukup cantik, mereka semua terpana melihatku dan aku melempar pandangan sinis, karena masih kesal.
Aku langsung bilang, Itu mobil yang Jazz Silver bisa minta tolong dipindahin sebentar, soalnya mobilnya ada yang mau masuk garasi.
Tiba-tiba terdengar suara lembut dari seorang wanita yang termasuk tiga orang yang aku katakan cukup cantik, Oh, maaf Mas itu mobil saya.
Aku langsung bilang, Itu mobil yang Jazz Silver bisa minta tolong dipindahin sebentar, soalnya mobilnya ada yang mau masuk garasi.
Tiba-tiba terdengar suara lembut dari seorang wanita yang termasuk tiga orang yang aku katakan cukup cantik, Oh, maaf Mas itu mobil saya.
Rasa kesalku sejenak hilang, dalam hati aku hanya bergumam, dasar cewe cuma bisa bawa mobil gak bisa parkir pasti.
Hmm, boleh pinjam kuncinya, Mbak. Biar saya pindahin sebentar mobilnya, aku sedikit mulai berbasa-basi, maklum terakhir pacaran udah dari SMP dan kuliah udah 3 tahun masih aja jomblo.
Gpp Mas, saya yang pindahin, ujar wanita tersebut.
Aku menganggukan kepala tanda setuju dia mulai beranjak dari duduknya dan berjalan mengikutiku ke depan.
Hmm, boleh pinjam kuncinya, Mbak. Biar saya pindahin sebentar mobilnya, aku sedikit mulai berbasa-basi, maklum terakhir pacaran udah dari SMP dan kuliah udah 3 tahun masih aja jomblo.
Gpp Mas, saya yang pindahin, ujar wanita tersebut.
Aku menganggukan kepala tanda setuju dia mulai beranjak dari duduknya dan berjalan mengikutiku ke depan.
Ketika sudah di depan teras rumah, aku lihat Pak Supri, supir keluargaku dan Bi Yuti baru saja tiba, entah darimana mereka.
Aku lantas teriak, Pak Sup, pindahin mobil ayah ke garasi ya, biar aku pindahin mobil yang Jazz.
Aku meminta kunci mobil mahasiswi Mama tersebut, Mbak, pinjam kuncinya ya, biar saya aja yang pindahin.
Gadis itu lantas menyodorkan tangannya untuk menyerahkan kunci mobilnya, sambil mukanya sedikit ditekuk karena merasa bersalah, Ini Mas, kuncinya, maaf jadi ngrepotin.
Sambil sedikit tersenyum dan cekikan aku berkata, Gpp Mbak, namanya juga cewe, saya maklum kok.
Gadis itu spontan tersenyum mendengar perkataanku.
Aku lantas teriak, Pak Sup, pindahin mobil ayah ke garasi ya, biar aku pindahin mobil yang Jazz.
Aku meminta kunci mobil mahasiswi Mama tersebut, Mbak, pinjam kuncinya ya, biar saya aja yang pindahin.
Gadis itu lantas menyodorkan tangannya untuk menyerahkan kunci mobilnya, sambil mukanya sedikit ditekuk karena merasa bersalah, Ini Mas, kuncinya, maaf jadi ngrepotin.
Sambil sedikit tersenyum dan cekikan aku berkata, Gpp Mbak, namanya juga cewe, saya maklum kok.
Gadis itu spontan tersenyum mendengar perkataanku.
Pak Supri berjalan ke arahku, dan aku lemparkan kunci mobil ayah, aku membuka pintu mobil gadis tersebut, saat masuk ke mobil kita saling bertatap mata dari jauh dan aku melihat dia sedikit tersenyum.
Selang beberapa menit mobil ayah sudah masuk garasi dan mobil gadis tersebut sudah terparkir rapi.
Aku kembali menghampiri gadis tersebut dan mengembalikan kuncinya, Ini Mbak kunci mobilnya, maaf lama.
Dia berucap, Gpp Mas, ini kan salah gw juga parkirnya gak bener.
Gadis itu berjalan duluan ke dalam rumah, kemudian disusul aku ikut masuk juga, sepenglihatanku dari belakang, cewe ini bener-bener cantik. Wanita itu berjalan ke arah ruang tengah dan gw ke arah tangga menuju ke atas, kita saling beradu pandang lagi. What is the name of love at first sight?
Selang beberapa menit mobil ayah sudah masuk garasi dan mobil gadis tersebut sudah terparkir rapi.
Aku kembali menghampiri gadis tersebut dan mengembalikan kuncinya, Ini Mbak kunci mobilnya, maaf lama.
Dia berucap, Gpp Mas, ini kan salah gw juga parkirnya gak bener.
Gadis itu berjalan duluan ke dalam rumah, kemudian disusul aku ikut masuk juga, sepenglihatanku dari belakang, cewe ini bener-bener cantik. Wanita itu berjalan ke arah ruang tengah dan gw ke arah tangga menuju ke atas, kita saling beradu pandang lagi. What is the name of love at first sight?
Kurasa ku tlah jatuh cinta
Pada pandangan yang pertama
Sulit bagiku untuk bisa
Berhenti mengagumi dirinya
Pada pandangan yang pertama
Sulit bagiku untuk bisa
Berhenti mengagumi dirinya
_____________________________________***__________ ___________________________
CHAPTER 1
PART 2
PART 2
Mulai Kepo
Spoiler for Part 2:
Spoiler for Part 2:
Setelah para mahasiswa mama kumpul di rumah, Mama langsung pergi ke rumah Tante Reni, untuk menyusul adikku dan katanya Mama akan menginap disana sampai besok. Aku tidak ikut ke rumah Tante Reni karena aku pengen bermalas-malasan ria di rumah.
Weekend telah berlalu, akhirnya hari Senin, tidak seperti kebanyakan orang yang benci hari Senin, aku malah senang akhirnya sudah hari Senin. Pagi-pagi aku bergegas bersiap diri, untuk ke kampus. Aku biasanya ke kampus naik motor sampai stasiun disambung naik kereta ke kampus. Aku berlaku seperti itu agar aku tidak diketahui kalo aku adalah anak salah satu dosen di kampus, paling yang tahu aku anak dosen hanya para dosen dan karyawan kampus sendiri. Untungnya aku dan Mama beda departemen meski satu fakultas. Tapi untuk hari ini, aku memutuskan untuk berangkat bareng Mama ke kampus, karena lagi ada maunya.
Akhirnya kamipun berangkat, Pak Supri memegang kemudi, dan aku duduk di belakang di sebelah Mama, biasanya sih aku duduk di depan tapi kali ini bener-bener lagi ada maunya jadi duduk di sebelah Mama. Akupun memulai perbincangan, Ma, itu kemarin mahasiswa Mama pada ngapain ke rumah?
Akhirnya kamipun berangkat, Pak Supri memegang kemudi, dan aku duduk di belakang di sebelah Mama, biasanya sih aku duduk di depan tapi kali ini bener-bener lagi ada maunya jadi duduk di sebelah Mama. Akupun memulai perbincangan, Ma, itu kemarin mahasiswa Mama pada ngapain ke rumah?
Mama menjawab, Oh mereka anak bimbing Mama, seminggu kemarin Mama gak di kampus karena sibuk ini itu, akhirnya Mama suruh mereka bimbingan di rumah aja.
Aku cukup kaget mendengar perkataan Mama, Lah itu seangkatan aku dong mereka semua? Aku kira mahasiswa baru mau bikin acara terus minta persetujuan mama.
Iya, mereka seangkatan kamu semua. Ada yang kamu taksir ya? Hayo yang mana? Mama mulai menggodaku.
Aku tertawa mendengar ucapan Mama. Ada deh Maaa pokoknya, cantik sih menurutku dan kelihatannya anaknya baik.
Kemarin itu kalo yang cewe sih namanya, rahasia deh, tapi Mama tau kok yang mana yang kamu taksir, kamu cari tau sendiri aja ya, Mama kembali mengusiliku.
Yah, si Mama sama anaknya sendiri pelit, gak pengen liat anaknya seneng ya, ucapku dengan sedikit memasang tampang melas.
Emang Gue Pikirin, dah ah Mama ngantuk nyambung tidur dulu, jawab Mama.
Aku cukup kaget mendengar perkataan Mama, Lah itu seangkatan aku dong mereka semua? Aku kira mahasiswa baru mau bikin acara terus minta persetujuan mama.
Iya, mereka seangkatan kamu semua. Ada yang kamu taksir ya? Hayo yang mana? Mama mulai menggodaku.
Aku tertawa mendengar ucapan Mama. Ada deh Maaa pokoknya, cantik sih menurutku dan kelihatannya anaknya baik.
Kemarin itu kalo yang cewe sih namanya, rahasia deh, tapi Mama tau kok yang mana yang kamu taksir, kamu cari tau sendiri aja ya, Mama kembali mengusiliku.
Yah, si Mama sama anaknya sendiri pelit, gak pengen liat anaknya seneng ya, ucapku dengan sedikit memasang tampang melas.
Emang Gue Pikirin, dah ah Mama ngantuk nyambung tidur dulu, jawab Mama.
Aku pun semakin penasaran aku mengambil handphoneku dan mencoba menghubungi Mamed salah satu sahabatku di kampus dan dia termasuk salah seorang aktivis kampus jadi temannya banyak dimana-mana.
Adri : Bro, ngampus gak bro?
Mamed : Ngampus bro, ini udah on the train.
Adri : Gw butuh bantuan lu nih, lo punya data anak departemen ekonomi yang seangkatan kita gak?
Mamed : Anak ekonomi? Bisa ntar gw mintaiin si Deri dia ketua angkatannya tuh.
Adri : Nah sip banget, gak sia-sia gw punya sohib kayak elu. Sampe ketemu di kampus bray. Sarapan bareng ye, gw traktir.
Mamed : Mantab, coy.
Adri : Bro, ngampus gak bro?
Mamed : Ngampus bro, ini udah on the train.
Adri : Gw butuh bantuan lu nih, lo punya data anak departemen ekonomi yang seangkatan kita gak?
Mamed : Anak ekonomi? Bisa ntar gw mintaiin si Deri dia ketua angkatannya tuh.
Adri : Nah sip banget, gak sia-sia gw punya sohib kayak elu. Sampe ketemu di kampus bray. Sarapan bareng ye, gw traktir.
Mamed : Mantab, coy.
Akhirnya sudah sampai pintu gerbang, aku minta diturunkan di halte depan stasiun, biar aku naik bikun aja ke kampus. Aku pamit sama Mama. Aku menunggu bikun di hatle, banyak mahasiswa dan mahasiswi yang antri menunggu juga. Sampai di kampus aku menuju ke perpustakaan departemen, mau numpang tidur sejenak sambil nungguin si Mamed dateng. Akhirnya Mamed nyamperin ke perpustakaan. Aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 9.00. Dateng juga lo, gw laper sarapan yuk di kantin, bilang aku ke Mamed.
Sepanjang jalan ke kantin, si Mamed kepo kenapa aku mencari data anak ekonomi, sambil dia mamerin beberapa kontak anak ekonomi yang dia punya. Saat menuju kantin aku sengaja lewat parkiran sambil mencari-cari mobil Jazz silver punyanya dia kemarin. Oh ternyata dia belum datang. Sampai juga di kantin, Mamed aku suruh cari spot duduk yang pas buat merhatiin lingkungan sekitar kantin siapa tau target bisa terlihat. Aku pesan makanan untukku dan Mamed, sambil makan aku dan Mamed ngobrol-ngobrol, sampai akhirnya aku melihat Rendi berjalan sama seorang wanita yang mukanya hampir familiar. Oh ternyata wanita yang kemarin bimbingan ke rumah.
Rendi berjalan ke arahku dan Mamed bersama wanita itu, Rendi kemudian menyapa kita, Woy Bro, pagi-pagi udah nangkring aja.
Wanita itu kemudian melemparkan senyuman ke aku dan menyapaku Eh si Mas, ngampus Mas?
Rendi menjawab, Hah, Mas?
Sontak aku terkaget dan aku dalam kondisi panik, gawat ini, tuh cewe temennya Rendi, bisa ketauan kalo aku anaknya Bu Rini. Aku langsung saja spontan menaruh satu jari di bibirku, dan hanya tersenyum. Kemudian wanita itu pamit, Mas, Ren, gw duluan ya.
Rendi berkata, Yoi Vi, hati-hati.
Wanita itu kemudian melemparkan senyuman ke aku dan menyapaku Eh si Mas, ngampus Mas?
Rendi menjawab, Hah, Mas?
Sontak aku terkaget dan aku dalam kondisi panik, gawat ini, tuh cewe temennya Rendi, bisa ketauan kalo aku anaknya Bu Rini. Aku langsung saja spontan menaruh satu jari di bibirku, dan hanya tersenyum. Kemudian wanita itu pamit, Mas, Ren, gw duluan ya.
Rendi berkata, Yoi Vi, hati-hati.
Lahhh, lo kenal sama dia, bray? tanya Rendi ke aku.
Gak kenal gw, gw aja baru tau namanya Vi, Vi siapa Ren? jawabku ke Rendi
Via namanya, awas ya lo kalo nikung inceran gw, ucap Rendi.
Tenang gw gak nikung, gw inget temen kok, tapi kalo dia yang ngejar gw ya jangan salahin gw, bilang ku ke Rendi, aku kemudian tertawa.
Kampret lu, by the way, cakep gak tuh dia? tapi ada temennya lagi sih yang lebih cakep, mereka segank. Ah tapi Adri mah gak doyan cewe, ucap Rendi pamer sekaligus mengejekku.
Bacot ah lu, Ren. Yang lebih cakep siapa namanya? tanya balik ke Rendi.
Mau tau aja lu, kayak doyan cewe ah, Rendi menyindirku lagi dan aku hanya bisa berekspresi kesal.
Gak kenal gw, gw aja baru tau namanya Vi, Vi siapa Ren? jawabku ke Rendi
Via namanya, awas ya lo kalo nikung inceran gw, ucap Rendi.
Tenang gw gak nikung, gw inget temen kok, tapi kalo dia yang ngejar gw ya jangan salahin gw, bilang ku ke Rendi, aku kemudian tertawa.
Kampret lu, by the way, cakep gak tuh dia? tapi ada temennya lagi sih yang lebih cakep, mereka segank. Ah tapi Adri mah gak doyan cewe, ucap Rendi pamer sekaligus mengejekku.
Bacot ah lu, Ren. Yang lebih cakep siapa namanya? tanya balik ke Rendi.
Mau tau aja lu, kayak doyan cewe ah, Rendi menyindirku lagi dan aku hanya bisa berekspresi kesal.
Mamed cuma ketawa-ketawa aja. Rendi emang salah satu sahabatku yang punya banyak teman cewe, tapi gak pernah jadian. Ya istilah sekarang sih kena Friend Zone. Lain dengan Mamed yang cukup setia dengan pacarnya yang bernama Ipeh anak jurusan psikologi. Handphone Mamed berdering ada telpon dari Deri, dan dari obrolannya sepertinya Deri akan menghampiri kita, karena urusan bisnis tadi pagi. Mamed terlihat asik dengan handphonenya, si Rendi terus ngoceh dan tebar pesona dengan para junior.
Tiba-tiba Rendi nyeletuk, Nah itu, temen-temennya Via udah mulai dateng, spot lo enak banget, Dri buat liatin mereka.
Aku cuma bilang, Rejeki anak sholeh dateng pagi-pagi.
Rendi tiba-tiba kesal sendiri, Ah kampret ngapain ada tuh cowo sih?
Kenapa lu? tanyaku ke Rendi.
Saingan gw tuh buat deketin si Via, anak teknik, senior sih., jawab Rendi.
Btw, tuh cewe-cewe namanya siapa aja ya, Ren? aku kembali bertanya ke Rendi.
Oh, yang disitu, ada Via, Ides, Desti, Icha, Sasa, jawab Rendi.
Aku cuma bilang, Rejeki anak sholeh dateng pagi-pagi.
Rendi tiba-tiba kesal sendiri, Ah kampret ngapain ada tuh cowo sih?
Kenapa lu? tanyaku ke Rendi.
Saingan gw tuh buat deketin si Via, anak teknik, senior sih., jawab Rendi.
Btw, tuh cewe-cewe namanya siapa aja ya, Ren? aku kembali bertanya ke Rendi.
Oh, yang disitu, ada Via, Ides, Desti, Icha, Sasa, jawab Rendi.
I get the clue, gumamku dalam hati, tapi dalam benakku ada pertanyaan, gw jarang liat mereka, apa karena gw yang doyannya jadi anak kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang).
Gw mau beli cemilan bentar ya, sekalian nyamperin tuh meja cewe-cewe, bilangku ke Rendi dan Mamed.
Rendi hanya menjawab, Sok berani, lo ah, homo mah homo aja.
Gw mau beli cemilan bentar ya, sekalian nyamperin tuh meja cewe-cewe, bilangku ke Rendi dan Mamed.
Rendi hanya menjawab, Sok berani, lo ah, homo mah homo aja.
Aku acungkan jari tengah ke arah Rendi dan aku mulai jalan, ke arah meja Via and the gank duduk. Misi aku bilang ke arah gerombolan anak-anak teknik yang mengerubungi meja Via, aku lantas berenti sejenak di meja Via dan aku meminta maaf atas kejadian di rumah yang aku teriak-teriak kesal.
Semuanya, gw minta maaf ya yang kemarin, bilang gw ke mereka.
Mereka lalu menjawab, Iya, Mas gapapa.
Mereka lalu menjawab, Iya, Mas gapapa.
Aku pun kemudian berjalan ke arah kios jajanan. Sepertinya gerombolan anak teknik tersebut tidak terima aku tegur, beberapa mereka menghampiriku dan mengucapkan kata yang tidak enak didengar. Aku sebenarnya bisa saja mengajak mereka berkelahi karena aku memiliki kemampuan beladiri Taekwondo yang cukup baik, tapi aku tidak mau berbuat rusuh.
Aku cuma bilang ke mereka, Jangan cari masalah di rumah orang lah bro.
Aku cuma bilang ke mereka, Jangan cari masalah di rumah orang lah bro.
Aku lantas pergi meninggalkan mereka dan kembali ke meja teman-temanku. Baru sampai di meja, handphoneku berbunyi, ada bbm dari Mama, Mas, laptop Mama hang lagi nih, ke ruangan Mama ya.
Aku membalas sekenaku, bentar Mah, lagi makan.
Aku cukup jarang ke ruangan Mama, akhirnya aku izin bentar ke teman-temanku dengan alasan mau ketemu dosen pembimbing.
Aku membalas sekenaku, bentar Mah, lagi makan.
Aku cukup jarang ke ruangan Mama, akhirnya aku izin bentar ke teman-temanku dengan alasan mau ketemu dosen pembimbing.
CHAPTER 1
PART 3
PART 3
Her name is Mery
Spoiler for Part 3:
Spoiler for Part 3:
Aku berjalan menuju ruangan Mama, lagi-lagi aku melewati tempat parkir mobil, untuk melihat keberdaan mobil Jazz silver. Dan akhirnya aku melihat ada Jazz silver terparkir. Aku mencoba mengingat-ingat apakah benar mobil itu punya dia, tapi kemana yang punya, katanya Rendi mereka satu gank.
Oke lupakan, kalo jodoh juga ketemu, Dri, aku menyemangati diriku sendiri.
Oke lupakan, kalo jodoh juga ketemu, Dri, aku menyemangati diriku sendiri.
Akhirnya aku sampai ke koridor ruangan dosen, aku intip dari luar ada cowok dan cewek di dalam ruangan Mama. Aku tunggu mereka sebentar dengan duduk di selasar koridor. Tidak lama kemudian terdengar suara pintu kebuka, mereka keluar dan ternyata cewek itu dia, lantas siapa cowok itu? Aku hanya melemparkan senyuman, lalu masuk ke ruangan Mama.
Yah telat, udah gak hang laptop Mama, udah dibenerin sama anak yang tadi, ucap Mama.
Emang tadi siapa, Ma? tanyaku ke Mama.
Oh yang cowok itu staff sini, kalo yang cewe sih lagi ada yang penasaran, lagi-lagi Mama menyindirku.
Aku melihat ada setumpuk kertas seperti draft skripsi yang aku lihat kertas paling atas ada nama yang punya.
Merilyn Saskia Atmodjo, nama pemilik draft skripsi tersebut tertulis jelas, dan aku berucap cukup keras sehingga Mama dengar.
Mama kaget dan bertanya Kok kamu tau namanya?
Aku hanya menjawab singkat sambil menunjuk ke arah skripsi, Lah itu, ada namanya.
Mama hanya bilang ke aku, Anak orang jangan diganggu, dia lagi fokus skripsi.
Sambil izin pamit aku bilang ke Mama, Oke Bos!!!!
Emang tadi siapa, Ma? tanyaku ke Mama.
Oh yang cowok itu staff sini, kalo yang cewe sih lagi ada yang penasaran, lagi-lagi Mama menyindirku.
Aku melihat ada setumpuk kertas seperti draft skripsi yang aku lihat kertas paling atas ada nama yang punya.
Merilyn Saskia Atmodjo, nama pemilik draft skripsi tersebut tertulis jelas, dan aku berucap cukup keras sehingga Mama dengar.
Mama kaget dan bertanya Kok kamu tau namanya?
Aku hanya menjawab singkat sambil menunjuk ke arah skripsi, Lah itu, ada namanya.
Mama hanya bilang ke aku, Anak orang jangan diganggu, dia lagi fokus skripsi.
Sambil izin pamit aku bilang ke Mama, Oke Bos!!!!
Setelah keluar dari ruangan Mama, aku mencoba mencari-cari dia di sekitar area departemen ekonomi, ternyata aku tidak bisa menemukan dia. Aku memutuskan untuk kembali ke kantin, siapa tau dia ada di kantin. Berjalan ke arah kantin lagi-lagi aku melewati parkiran dan aku liat mobil jazz silver berplat nomor cantik yang sepertinya tanggal ulang tahunnya masih terparkir. Berarti dia ada di kantin lagi gabung sama teman-temannya, pikirku dalam hati. Akhirnya aku ke sampai di kantin. Aku lihat dari kejauhan sudah ada Deri anak ekonomi, duduk di meja kami yang tadi. Aku menyapa Deri, sebelum duduk aku melihat sekitar dan ternyata di meja gerombolan Via aku tidak melihat ada Merilyn. Kemana gerangan dirinya?, tanyaku dalam hati.
Tuh, Der si Adri nanyain cewe anak ekonomi, lo kan kutangnya, Mamed membuka obrolan.
Lo mau cari info siapa Dri? tanya Deri kepadaku.
Aku sedikit melamun dan kaget, Hah kenapa? tanyaku balik.
Lo mau tau tentang siapa? Deri bertanya lagi.
Di meja situ ada lima orang kan, kurang satu, yang satunya Merilyn bukan? aku balik bertanya ke Deri sambil menunjuk ke arah meja Via dan teman-temannya.
Rendi menimpali, Kampret lo, tau aja cewe cantik, itu yang gw maksud tadi, si Mery.
Oh, Mery namanya, kata ku.
Iya Dri, Mery namanya, yang gw tau sih dia udah punya cowo anak teknik situ, tadi pas gw ke sini gw liat gerombolannya, Deri mencoba menjelaskan.
Tapi yang gw denger akhir-akhir ini hubungannya renggang sih, mungkin udah putus kali, tambah Deri.
Fak, aku mengumpat kecil.
Mampus lu, sekali homo tetep homo, Rendi menyindirku.
Woles bro, gw malah demen yang gini, mending deketin cewe yang udah punya cowo, saingannya cuma satu, daripada cewe single, saingannya banyak, malah gak dapet-dapet, jawab gw sambil ketawa, Deri dan Mamed ikutan ketawa.
Sialan lo, Rendi kesal.
Thanks ya Der, infonya, gw minta kontak lo dah, ntar gw tanya-tanya langsung sama lo kalo ada apa-apa, ucapku ke Deri, kami pun bertukar no hp untuk chat-chatan.
Lo mau cari info siapa Dri? tanya Deri kepadaku.
Aku sedikit melamun dan kaget, Hah kenapa? tanyaku balik.
Lo mau tau tentang siapa? Deri bertanya lagi.
Di meja situ ada lima orang kan, kurang satu, yang satunya Merilyn bukan? aku balik bertanya ke Deri sambil menunjuk ke arah meja Via dan teman-temannya.
Rendi menimpali, Kampret lo, tau aja cewe cantik, itu yang gw maksud tadi, si Mery.
Oh, Mery namanya, kata ku.
Iya Dri, Mery namanya, yang gw tau sih dia udah punya cowo anak teknik situ, tadi pas gw ke sini gw liat gerombolannya, Deri mencoba menjelaskan.
Tapi yang gw denger akhir-akhir ini hubungannya renggang sih, mungkin udah putus kali, tambah Deri.
Fak, aku mengumpat kecil.
Mampus lu, sekali homo tetep homo, Rendi menyindirku.
Woles bro, gw malah demen yang gini, mending deketin cewe yang udah punya cowo, saingannya cuma satu, daripada cewe single, saingannya banyak, malah gak dapet-dapet, jawab gw sambil ketawa, Deri dan Mamed ikutan ketawa.
Sialan lo, Rendi kesal.
Thanks ya Der, infonya, gw minta kontak lo dah, ntar gw tanya-tanya langsung sama lo kalo ada apa-apa, ucapku ke Deri, kami pun bertukar no hp untuk chat-chatan.
Gw balik duluan ya, ucapku ke mereka semua.
Lah mau kemana lo Dri? tanya Mamed.
Gw mau ke travel agent ambil paspor sama tiket, kan besok berangkat gw, jawabku.
Oh iya ya lo mau ke Jepang kan nemenin atlet binaan bokap lo. Jangan lupa oleh-oleh, kata Mamed.
Tenang bray gak lupa gw kalo itu, DVD JAV mau gak? aku bertanya sambil ketawa-ketawa, kamipun tertawa bersama.
Lah mau kemana lo Dri? tanya Mamed.
Gw mau ke travel agent ambil paspor sama tiket, kan besok berangkat gw, jawabku.
Oh iya ya lo mau ke Jepang kan nemenin atlet binaan bokap lo. Jangan lupa oleh-oleh, kata Mamed.
Tenang bray gak lupa gw kalo itu, DVD JAV mau gak? aku bertanya sambil ketawa-ketawa, kamipun tertawa bersama.
Gw pun pergi, meninggalkan mereka semua, aku melirik ke arah meja Via dan teman-temannya, berharap ada Mery disitu.
Sejak saat pertama, melihat senyumannya
Jantung berdebar-debar, inikah pertanda
Namun ternyata salah, harapanku pun musnah
Tuhan tolong aku ingin dirinya
Rindu padanya, memikirkannya
Namun mengapa saat aku jatuh cinta
Sayang sayang dia ada yang punya
Jantung berdebar-debar, inikah pertanda
Namun ternyata salah, harapanku pun musnah
Tuhan tolong aku ingin dirinya
Rindu padanya, memikirkannya
Namun mengapa saat aku jatuh cinta
Sayang sayang dia ada yang punya
_____________________________________***__________ ___________________________
CHAPTER 1
PART 3-POV Mery
PART 3-POV Mery
POV Mery
Spoiler for Part 3 Pov Mery:
Spoiler for Part 3 Pov Mery:
Setelah dari ruangan dosen aku cukup lama berada di perpustakaan. Aku dikasih tau Icha supaya jangan ke kantin dulu, karena ada Henri, Rio, dan teman-temannya yang lain. Henri adalah mantan pacarku, aku memutuskan dia karena aku tau dia berselingkuh dengan wanita lain. Tetapi Henri selalu tidak pernah mau aku putuskan dan masih saja menganggap aku sebagai pacarnya. Aku pun menjadi malas untuk bertemu dengan dia lagi. Sedangkan Rio adalah cowo yang sedang mendekati Via. Mereka adalah anak anak teknik setahun lebih tua dibanding kita dan mereka masih belum lulus.
Aku berjalan menuju kantin setelah mendapat pesan dari teman-teman kalo mereka sudah tidak ada, sepintas aku lihat Adri sedang berjalan terburu-buru menuju halte bikun. Dia anak dosen, kaya raya, tapi naik bikun? aku bertanya-tanya sendiri dalam hati.
Sesampai dekat kantin aku melihat Deri ketua angkatanku aku menyapanya. Der, tumben disini? sapaku ke Deri.
Aku tersenyum ke teman-teman yang ada di sekitar Deri sambil bilang, Hai.
Iya, Mer tadi abis ketemu temen gw disini, lo abis dari mana? tanya Deri.
Gw abis bimbingan Der, trus ni mau ke anak-anak, duluan ya gw, jawabku sambil pamit menuju ke meja teman-temanku duduk.
Sesampai dekat kantin aku melihat Deri ketua angkatanku aku menyapanya. Der, tumben disini? sapaku ke Deri.
Aku tersenyum ke teman-teman yang ada di sekitar Deri sambil bilang, Hai.
Iya, Mer tadi abis ketemu temen gw disini, lo abis dari mana? tanya Deri.
Gw abis bimbingan Der, trus ni mau ke anak-anak, duluan ya gw, jawabku sambil pamit menuju ke meja teman-temanku duduk.
Aku berjalan ke arah meja, sesampainya di meja aku bertanya, Udah pada pergi kan mereka?
Udah kok, udah lumayan lama juga, jawab Sasa mewakili teman-teman yang lain.
Bagus deh, enek gw sama tuh orang, ucapku ke teman-teman.
Tapi tadi ada anaknya Bu Rini, dia nyamperin kita, eh dia malah disamperin sama Rio and the gank, Via berkata tentang kejadian tadi.
Hah!!! Kenapa?, tadi gw sih ngeliat dia lagi jalan ke halte, Rio cari masalah aja ya, aku berkata demikian karena kaget.
Yaudahlah semoga gak ada masalah, pusing gw ngurus kelakuan Henri sama temen-temennya yang berulah, aku kesal sendiri jadinya.
Udah kok, udah lumayan lama juga, jawab Sasa mewakili teman-teman yang lain.
Bagus deh, enek gw sama tuh orang, ucapku ke teman-teman.
Tapi tadi ada anaknya Bu Rini, dia nyamperin kita, eh dia malah disamperin sama Rio and the gank, Via berkata tentang kejadian tadi.
Hah!!! Kenapa?, tadi gw sih ngeliat dia lagi jalan ke halte, Rio cari masalah aja ya, aku berkata demikian karena kaget.
Yaudahlah semoga gak ada masalah, pusing gw ngurus kelakuan Henri sama temen-temennya yang berulah, aku kesal sendiri jadinya.
Aku menaruh tas dan memesan makanan. Aku melihat Deri melambaikan tangan, sebagai tanda dia ingin pamit. Aku memesan batagor kesukaanku dan es teh. Setelah pesanan sudah tersedia aku membawanya ke meja. Sambil makan aku mengobrol-ngobrol dengan temanku. Tiba-tiba aku kepikiran dengan anak Bu Rini tersebut. Terlontar spontan dari
mulutku sebuah pertanyaan, Nama anaknya Bu Rini siapa ya? Gw takut dia diapa-apain sama Henri, lo tau sendiri Henri kayak gimana anaknya.
mulutku sebuah pertanyaan, Nama anaknya Bu Rini siapa ya? Gw takut dia diapa-apain sama Henri, lo tau sendiri Henri kayak gimana anaknya.
Lah lo kenapa tiba-tiba mikirin? celeteuk Ides.
Gw gak tau namanya siapa, tapi ntar gw tanya Rendi deh, tadi dia sih ada disitu, sama si Deri juga, jawab Via.
Rendi gebetan lo? Deri kenal dia? tanyaku penasaran.
Kayaknya sih gitu, Deri kenal, jawab Via.
Yaudah ntar lo tanyain ya Vi, gw juga ntar tanya ke Deri, bilangku ke Via.
Gw gak tau namanya siapa, tapi ntar gw tanya Rendi deh, tadi dia sih ada disitu, sama si Deri juga, jawab Via.
Rendi gebetan lo? Deri kenal dia? tanyaku penasaran.
Kayaknya sih gitu, Deri kenal, jawab Via.
Yaudah ntar lo tanyain ya Vi, gw juga ntar tanya ke Deri, bilangku ke Via.
Setelah makan, kita memutuskan untuk ke mall dekat kampus buat nonton. Kita menonton film yang box office di minggu ini. Sehabis nonton kami pun window shopping, biasa cewe-cewe gatel liat baju-baju. Hari sudah makin sore, aku memutuskan untuk pulang ke rumah saja daripada harus ke apartemen. Aku selama kuliah memang tinggal di apartemen dekat kampus. Sudah sekitar jam 7 malam aku baru sampai di rumah, jalanan agak lumayan macet karena tepat jam pulang kerja. Aku pun bergegas mandi dan makan malam. Saat makan aku mencoba memulai chat dengan Deri.
Spoiler for Chat Mery ke Deri:
-Mery: Der, masih idup gak lo? Hahahaha. (Derry membalas cukup lama)
-Deri: Woy, Mer. Masih lah. Hahaha.
-Mery: Tadi yang di kantin temen-temen lo itu siapa ya?
-Deri: Kepo deh lo Mer.
-Mery: Serius Der.
-Deri: Mamed sama Rendi yang naksir Via, emang kenapa?
-Mery: Cuma berdua doang? Apa ada lagi?
-Deri: Ah bawel amat lo Mer. Tadi sih ada satu lagi, tapi dah balik, namanya Adri.
-Mery: Adri?, anaknya Bu Rini?
-Deri: Hah anaknya Bu Rini? Serius lo?, wait gw ada kontaknya gw kirimin fotonya.
-Mery: Iya anaknya Bu Rini.
-Deri: Picture Sent (Deri mengirim foto Adri)
-Mery: Oh Adri namanya, anaknya Bu Rini dia.
-Deri: Tadi dia nanyain lo, sekarang lo nanyain dia. Kasian tuh cowo lo, hahahaha.
-Mery: Hah dia nanyain gw?
-Deri: Iya, emang kenapa sih? Ceritain lah jangan kaku sama gw ini.
-Deri: Woy, Mer. Masih lah. Hahaha.
-Mery: Tadi yang di kantin temen-temen lo itu siapa ya?
-Deri: Kepo deh lo Mer.
-Mery: Serius Der.
-Deri: Mamed sama Rendi yang naksir Via, emang kenapa?
-Mery: Cuma berdua doang? Apa ada lagi?
-Deri: Ah bawel amat lo Mer. Tadi sih ada satu lagi, tapi dah balik, namanya Adri.
-Mery: Adri?, anaknya Bu Rini?
-Deri: Hah anaknya Bu Rini? Serius lo?, wait gw ada kontaknya gw kirimin fotonya.
-Mery: Iya anaknya Bu Rini.
-Deri: Picture Sent (Deri mengirim foto Adri)
-Mery: Oh Adri namanya, anaknya Bu Rini dia.
-Deri: Tadi dia nanyain lo, sekarang lo nanyain dia. Kasian tuh cowo lo, hahahaha.
-Mery: Hah dia nanyain gw?
-Deri: Iya, emang kenapa sih? Ceritain lah jangan kaku sama gw ini.
Mery kemudian menceritakan apa yang terjadi sebenarnya kepada Deri. Deri pun menawarkan untuk memberikan kontak Adri kepada Mery. Mery menyetujuinya tapi Mery tidak langsung menghubungi Adri. Mery pun menjadi gelisah, karena apa yang di ceritakan teman-temannya tadi di kantin. Andai Henri dan the gank, tidak menimbulkan masalah, mungkin Mery tidak menjadi gelisah seperti ini.
Maafkan aku membuatmu menjadi terlibat
Aku tau kamu orang yang baik
Tapi mungkin ini cara Tuhan
Untuk membuatku terlepas dari jeratan lelaki itu
Aku khawatir takut terjadi sesuatu denganmu
Sungguh aku khawatir
Aku tau kamu orang yang baik
Tapi mungkin ini cara Tuhan
Untuk membuatku terlepas dari jeratan lelaki itu
Aku khawatir takut terjadi sesuatu denganmu
Sungguh aku khawatir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar