Cerita Plus Plus

Cerita Seks dan 17 Plus Plus Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Ngentot Pengalaman ML Pengalaman Sex Pengalaman Seks Meniduri Pembantu

window.open('http://graizoah.com/afu.php?zoneid=3334601')

Jumat, 30 Oktober 2015

The PE Teacher – Part 94

Wake-Up Call
Napa juga lo milih yang model beginiiiii Niiiit?????
Ga ada yang cakepan dikit apah??? Malah dakocan lo pilih! Hadeeeeh!
Suara genit nan bawel itu kembali menggema di kepalaku..
Emang knapa kalo gue milih si Nanang?? Dia baek, sopan, nurut,
Lagian.. Trauma gue ama cowo cakep.. tar kayak dokter sinting itu lagi..
Kembali kuamati laki-laki cungkring disebelahku, Nanang masih saja bengong setelah kuulangi pertanyaanku barusan..
Coba Nanang bisa lebih teliti.. Dia pasti bisa melihat lututku yang gemetaran dalam aksiku ini!
“Duuh Naaang, mo ampe kapan si lo bengong gitu?? Apa gue suruh si Ahmad sekuriti aja buat mijet gueh???”
Secepat kilat OB favoritku itu berdiri dan berjalan ke belakangku..
Jantungku berdegup kencang, aku juga sebenarnya ngeri melakukan hal ini tapi..
Degg!
Seluruh tubuhku menegang saat kurasakan kedua tangan Nanang menyentuh lembut bahuku..
“Sa.. saya pijet ya Bu.. Punten..” Suaranya terdengar serak.. Seperti sedang berjuang menahan nafsu, aku hanya bisa mengangguk pelan sambil menggumamkan, “ehhmm.. iya..”
Entah dia bisa mendengarnya atau tidak, aku sudah tidak peduli. Wajahku terasa panas menahan rasa malu bercampur sedikit takut.. dan nafsu…
“Wah bener euy tegang ni otot-otot bahunya bu..”
Jemarinya dengan cekatan memijat kedua bahuku dan sesekali mengurut tengkukku..
Dengan sukses bulu kudukku berdiri demi merasakan sentuhan laki-laki selain Riki.
“Uuummmhh.. Pijetan lo enak Nang..” Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku..
Jemarinya yang sehari-hari mengaduk kopi pesanan anak-anak bank, kali ini menyusuri leher.. Bahu.. Dan punggungku..
Beberapa kali aku menjengit saat dia menyentuh bagian yang memang sedikit tegang. Kugerakkan perlahan leherku sambil menikmati sentuhan dari Nanang si OB ceking.
Ada rasa geli yang muncul mendadak di daerah bawah perutku, sekuat tenaga kutahan tanganku yang ingin bergerak menghilangkan rasa gatal itu!
Jari-jari Nanang bergerak ke arah punggungku, tangan kirinya tetap berada di bahuku, sedangkan tangan kanannya bergerak menyusuri bagian tengah punggungku.
Beberapa kali jemari Nanang tertahan oleh tali bra yang melintang dikedua bahuku, juga saat dia memijit agak ke bawah beberapa kali terhalang kait braku.
“Anu bu.. Eta talina ngalangan bu..” Suaranya terdengar serak dan pelan..
Aku sempat menoleh ke belakang dan pura-pura memasang tampang galak, hihihi!
“Maksud lo apa Nang? Dicopot aja gitu?!”
Wajahnya pucat pasi, seolah tidak ada lagi darah yang mengalir ke wajah pemuda malang itu!
Aku akhirnya kasihan juga.. Aku kembali berpaling ke depan, bibirku bergerak mengucapkan (atau menggumamkan.. Aku juga kurang yakin..)
“Yaudah gue copot..”
“Tangannya menjauh dari tubuhku seakan memberi waktu kepadaku untuk segera mencopot bra yang jadi keluhan Nanang tadi.. Tapi aku juga ga mau dia untung banyak!
“Bra doang yak, kemeja gue kaga!”
Dengan gerakan cepat aku melepas kait braku dari luar kemeja yang kupakai, sedikit kubungkukkan badanku lalu meloloskan kedua bahuku dari tali bra.
Sekarang punggungku sudah tidak terhalang oleh tali atau kait bra.
Walaupun masih tertutup oleh kemeja batikku tapi aksiku barusan sudah cukup untuk membuat nafas Nanang kembang kempis! Hehehe!
Aku bisa mendengar deru nafasnya yang mulai berat..
Pijatannyapun makin lama hanya seperti elusan pada bagian-bagian bahu dan punggungku. Tapi aksinya itu kubiarkan saja, toh dia masih dalam tahap wajar. Tidak jarang jarinya berkeliaran di tengkukku, tapi kudiamkan..
“Drrttrt! Drrrtt!”
Hapeku bergetar di atas meja, caller id yang tampak ternyata si O’on Riki!
Emosiku yang tadi sempat mereda kembali muncul ke permukaan, niat isengku untuk menggoda Nanang sekarang semakin besar dengan penampakan caller id calon suamiku yang sedang bermesraan dengan teh Indri!
Tangan kananku meraih kursi yang tadi diduduki Nanang, lalu aku menggeser posisi dudukku sehingga menghadap ke kursi tadi,
“Nang, lo duduk situ, buru!” Nada suaraku yang tak sabaran membuat Nanang tergopoh-gopoh duduk, dengan raut wajah yang menerka-nerka apa maunya ibu Nita ini, hihihi!
Setelah dia duduk dihadapanku, kulepaskan kedua alas kakiku lalu kuangkat kaki kananku dan kutumpangkan tumitku ke paha kiri sang OB..
Semenit..
Dua menit..
“GLEKH!
Suara Nanang yang sedang menelan ludah terdengar nyaring di ruangan pantry yang seolah kental dengan aura mesum..
Kedua bola mata Nanang tidak berkedip sama sekali melihat kaki kananku yang sekarang ada diatas pahanya.. Matanya nanar memandang naik ke arah betisku.. Terus naik ke pahaku yang sudah setengahnya terekspos untuk mata Nanang..
Wajahku terasa hangat.. Rasa geli di selangkanganku semakin menggila!
Matanya masih terus naik ke arah pangkal pahaku, tapi aku dengan sigap langsung menutup sela diantara kedua pahaku itu. Nanang menatapku dan mendadak salah tingkah seperti anak kecil yang ketahuan mengambil permen di toko! Dia langsung berpura-pura memandang ke sekeliling pantry seolah sedang mencari ember untuk menutup mukanya! Hihihi!
“Ehem.. Nang..Udah liat pemandangannya??”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar