Nita Special Chapter
The Lucky One
Sosok imut yang biasanya selalu terlihat manis dan ramah setiap harinya tiba-tiba berganti menjadi wanita galak yang membentak calon nasabah di bank siang itu.
Ya sosok galak itu adalah Nita Estiany, dia mengagetkan seisi bank Man*iri, bentakannya yang sudah menyerupai teriakan benar-benar diluar kebiasaannya.
Biasanya perempuan manis yang sering dijadikan bahan obrolan satpam dan OB bank, bukan obrolan mesum tipikal cowok-cowok mesum, tapi obrolan seputar bagaimana rasanya punya istri atau pacar semanis dan se alim bu Nita.
Salah satu yang sering ikut nimbrung mendengarkan obrolan para OB dan satpam-satpam adalah Nanang. Laki-laki berperawakan kurus pendek, dengan baju seragam OB yang entah kenapa selalu terlihat kedodoran di badannya.
Sudah lebih dari 3 tahun dia bekerja sebagai OB di bank Man*iri Jams**tek, tugasnya sebenarnya cukup ringan, membersihkan toilet, menyiapkan kopi atau teh untuk karyawan back office, atau saat sedang beruntung, disuruh membelikan makanan untuk anak-anak front office dan biasanya dia selalu mendapatkan semacam tip dari sisa uang yang dititipkan.
Sore itu dia sedang asyik menyanyikan pelan lagu S*12
“Putuskanlah saja pacarmu , wouwouwo..”
sambil mencuci piring dan gelas di pantry, saat dia mendengar suara ketukan sepatu wanita dari arah belakangnya.
Dalam hatinya Nanang bertanya-tanya, dah maghrib gini kok masih keneh wae kerja..
Ya sosok galak itu adalah Nita Estiany, dia mengagetkan seisi bank Man*iri, bentakannya yang sudah menyerupai teriakan benar-benar diluar kebiasaannya.
Biasanya perempuan manis yang sering dijadikan bahan obrolan satpam dan OB bank, bukan obrolan mesum tipikal cowok-cowok mesum, tapi obrolan seputar bagaimana rasanya punya istri atau pacar semanis dan se alim bu Nita.
Salah satu yang sering ikut nimbrung mendengarkan obrolan para OB dan satpam-satpam adalah Nanang. Laki-laki berperawakan kurus pendek, dengan baju seragam OB yang entah kenapa selalu terlihat kedodoran di badannya.
Sudah lebih dari 3 tahun dia bekerja sebagai OB di bank Man*iri Jams**tek, tugasnya sebenarnya cukup ringan, membersihkan toilet, menyiapkan kopi atau teh untuk karyawan back office, atau saat sedang beruntung, disuruh membelikan makanan untuk anak-anak front office dan biasanya dia selalu mendapatkan semacam tip dari sisa uang yang dititipkan.
Sore itu dia sedang asyik menyanyikan pelan lagu S*12
“Putuskanlah saja pacarmu , wouwouwo..”
sambil mencuci piring dan gelas di pantry, saat dia mendengar suara ketukan sepatu wanita dari arah belakangnya.
Dalam hatinya Nanang bertanya-tanya, dah maghrib gini kok masih keneh wae kerja..
“Deuuh.. Emang mau tu si eneng mutusin pacarnya buat elo Nang? Hihihi!
Lagi nyuci apaan si kok asik banget keknya?”
Lagi nyuci apaan si kok asik banget keknya?”
DUAAARR!
Suara bu Nita! Naha si eta can uwih! Hadeh kumaha yeuh.. Dan jaraknya ga lebih dari semeter dari punggung Nanang!
Birigidik langsung iyeu awak!
Bulu-bulu di tengkuk Nanang berdiri kompak saat aroma parfum Nita menyelimuti indera penciuman sang OB.
Birigidik langsung iyeu awak!
Bulu-bulu di tengkuk Nanang berdiri kompak saat aroma parfum Nita menyelimuti indera penciuman sang OB.
“Euummhh.. Anu neng.. Eh poho! Bu.. Anu ini.. Nyeuseuh anu bu..”
“Huahahaha! Una anu una anu aja loo Nang! Nyuci apaan si! Sinih gue bantuin! Lo bikinin kupi dong, ngantuk banget ni!” Tangan mungil nan lentik itu memegang pergelangan tangan Nanang dan menariknya dari depan wastafel, Nita melipat kedua lengan blazernya lalu mencuci gelas dan sendok-sendok yang masih tersisa di bak wastafel.
Nanang sendiri hanya bisa bengong sambil mengusap-usap pergelangan kanannya yang tadi dipegang bu Nita idolanya.
Matanya melotot memandangi betis mulus tanpa balutan stoking, pantat yang membulat dibalik rok yang cukup ketat, pinggang rampingnya, rambutnya yang lurus sepanjang bahu..
Matanya melotot memandangi betis mulus tanpa balutan stoking, pantat yang membulat dibalik rok yang cukup ketat, pinggang rampingnya, rambutnya yang lurus sepanjang bahu..
“Woiii! Napa lo bengooong??? Ni gue dah mo beres, lo masi aja bediri situ, ngeliatin pa’an si?? Kaya liat hantu aja, hihihi!”
Tergopoh-gopoh Nanang langsung mempersiapkan kopi hitam dengan campuran krimer dan gula sesendok, ciri khas kopi kesukaan Nita yang sudah dihafal Nanang luar kepala! Hehehe
“Ini bu, kopina atos.. Mangga bu..”
Nita menghenyakkan pantatnya di kursi lipat dan langsung menyeruput kopi buatan Nanang.
“Hmmm… Pas banget Nang.. Emang te o pe deh lo! Hahaha!”
Tawa renyahnya yang sebenarnya cukup berantakan untuk ukuran perempuan, tapi terdengar merdu di kuping Nanang.
“Hmmm… Pas banget Nang.. Emang te o pe deh lo! Hahaha!”
Tawa renyahnya yang sebenarnya cukup berantakan untuk ukuran perempuan, tapi terdengar merdu di kuping Nanang.
OB kurus itu baru akan beranjak pergi dari ruangan pantry saat langkahnya dihentikan oleh panggilan Nita,
“Eeeh, mo kemana lo Nang? Sini dulu temenin gue, bete ni sendirian nunggu pak Togar beres meeting!”
Dengan senang hati buuuu!
Tapi tentunya hanya dalam hati, Nanang menarik salah satu kursi lipat di dekat meja pantry yang jaraknya terjauh dari Nita idolanya.
“Laah, ngapain duduk sono? Kek lagi musuhan aja, hahaha! Sinian atuh!”
Nita menarik kursi di sebelahnya sambil tertawa renyah melihat tingkah lugu OB favoritnya itu.
“Eeeh, mo kemana lo Nang? Sini dulu temenin gue, bete ni sendirian nunggu pak Togar beres meeting!”
Dengan senang hati buuuu!
Tapi tentunya hanya dalam hati, Nanang menarik salah satu kursi lipat di dekat meja pantry yang jaraknya terjauh dari Nita idolanya.
“Laah, ngapain duduk sono? Kek lagi musuhan aja, hahaha! Sinian atuh!”
Nita menarik kursi di sebelahnya sambil tertawa renyah melihat tingkah lugu OB favoritnya itu.
“Duh bu.. Ga enak saya, disini aja wiyos bu, seriusan.. Saya takut dimarahin sama..”
Kalimatnya terhenti demi melihat mata sang idolanya yang menatapnya tajam, Nanang akhirnya duduk di sebelah Nita, tidak lebih dari setengah meter jarak mereka berdua, kepala Nanang mendadak terasa ringan menghirup wangi parfum Nita
Kalimatnya terhenti demi melihat mata sang idolanya yang menatapnya tajam, Nanang akhirnya duduk di sebelah Nita, tidak lebih dari setengah meter jarak mereka berdua, kepala Nanang mendadak terasa ringan menghirup wangi parfum Nita
Nita sendiri masih terus tersenyum melihat sang OB yang gelisah dan malah sekarang terlihat keringat dingin, timbul niatnya mengerjai sang OB.
Nita meletakkan mug besar berlogo bank tempatnya bekerja lalu menggeser kursinya ke belakang, paha mulus sang idola langsung terpampang dihadapan Nanang, kedua bola matanya seakan meloncat keluar melihat suguhan bening itu!
Belum selesai sampai disitu Nita mengangkat kedua tangannya sambil berpura-pura menguap.
Dibusungkannya dadanya sambil tetap mengangkat tangannya..
“Hoaaaaheemm! Duh ngantuk banget dah.. Pegel-pegel lagi nih badan abis ngelembur semalem, hihihi!”
DEG!
Jantung Nanang seakan berhenti sepersekian detik saat mendengar kata-kata “ngelembur semalem”. Image Nita dalam berbagai posisi binal terbentuk di otak sang OB!
Nita yang sedang terlentang pasrah dengan kedua kakinya terbuka lebar..
Nita yang sedang mengulum kontol dengan lahap..
Nita yang sedang bertumpu dengan kedua lutut dan tangannya diatas ranjang..
Nita meletakkan mug besar berlogo bank tempatnya bekerja lalu menggeser kursinya ke belakang, paha mulus sang idola langsung terpampang dihadapan Nanang, kedua bola matanya seakan meloncat keluar melihat suguhan bening itu!
Belum selesai sampai disitu Nita mengangkat kedua tangannya sambil berpura-pura menguap.
Dibusungkannya dadanya sambil tetap mengangkat tangannya..
“Hoaaaaheemm! Duh ngantuk banget dah.. Pegel-pegel lagi nih badan abis ngelembur semalem, hihihi!”
DEG!
Jantung Nanang seakan berhenti sepersekian detik saat mendengar kata-kata “ngelembur semalem”. Image Nita dalam berbagai posisi binal terbentuk di otak sang OB!
Nita yang sedang terlentang pasrah dengan kedua kakinya terbuka lebar..
Nita yang sedang mengulum kontol dengan lahap..
Nita yang sedang bertumpu dengan kedua lutut dan tangannya diatas ranjang..
“Nang.. Mau ga pijetin bahu gue nih? Ntar gue kasi uang rokok deh buat lo..”
Nanang yang masih asyik tenggelam dalam lamunan joroknya, langsung tersadar..
“Mau diapain teh?? Eh.. Bu? Saya salah denger kayaknya tadi..”
“Mau diapain teh?? Eh.. Bu? Saya salah denger kayaknya tadi..”
Nita tersenyum sangat manis sambil menggelengkan kepalanya, dibukanya blazer biru gelap yang rapat membungkus tubuhnya seharian, lalu memegang sebelah bahunya seolah-olah memang benar-benar sedang pegal..
“Makanyaaa, jangan ngelamun jorok aja lo tuh.. Hahaha! Gue bilaaang, Mau gaa pijetin bahu guueeeeh?? Tar gue kasi uang roko deh buat loo, jelas sekarang??!”
Dan rahang Nanangpun semakin terbuka lebar..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar