Cerita Plus Plus

Cerita Seks dan 17 Plus Plus Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Ngentot Pengalaman ML Pengalaman Sex Pengalaman Seks Meniduri Pembantu

window.open('http://graizoah.com/afu.php?zoneid=3334601')

Jumat, 30 Oktober 2015

The PE Teacher – Part 91

Tidak perlu diperintah dua kali, bibir vaginanya yang merekah langsung kujilat, kuhisap, sesekali kugigit gemas bibir kemaluannya saat dia menjambak rambutku. Beberapa kali lidahku menyeruak masuk dan kuselingi dengan menghisap kelentitnya.
“Aaaahhk! Teruusshiiinnn Kii! Teteh mau keluaaarrr!”
Tubuhnya menegang, kupegang pahanya dengan satu tangan, dan satu tangan lagi meremas buah dadanya, bibir dan lidahku masih sibuk bekerja mengantar teh Indri ke orgasmenya, dan saat itupun tiba!
“Kii! Stoop!, hheeeengghh! Stop it please! Aaahhkk!”
Punggungnya melengkung, kedua kakinya menegang dan menjepit tubuhku! Cairan cintanya membanjir keluar dan membasahi mulut dan lidahku! Kuhisap sebisaku karena posisi kepalaku yang tidak mungkin bergeser lagi.
Mulutnya berkata “stop”, tapi tangannya menahan kepalaku untuk tetap berada di pangkal pahanya!
Nafasnya memburu, pinggulnya bergerak perlahan menggesekkan kemaluannya di bibir dan lidahku, kukecup perlahan daerah disekitarbibir kemaluannya sambil bergerak melepaskan diri dari jepitan pahanya di tubuhku.
Wajah cantiknya masih menengadah, matanya terpejam meresapi orgasme yang didapatnya, aku berbaring di sebelah teh Indri, menanti dia kembali dari momen trance yang sedang dinikmatinya.
Kedua matanya terbuka, dia menatapku, bibirnya tersenyum tipis saat melihatku..
“Duh.. Itu muka ampe mengkilat gitu.. Kecipratan punya teteh ya? Hihihi! Sini.. Teteh bersihin!”
Dijilatnya bibirku.. Pipi, dagu.. Bahkan lidahnya menerobos ke sela mulut dan langsung memilin lidahku. Tangan teh Indri bergerak meraba dan mengusap, terasa usapannya terus bergerak turun dan berhenti di penisku yang semakin terasa ngilu!
Remasannya berubah-ubah dari lembut, kencang.. Sesekali diselingi permainan jempolnya di kepala penisku..
“Teh.. Uuufff…”
Kepalanya bergerak turun..
Sambil terus mengecup dada, perut terus turun sampai target utamanya, lidahnya yang pertama beraksi, dengan telaten dijilatinya batang penisku naik.. turun.. Terus sampai dirasanya cukup.. Sesekali rambutnya jatuh menutupi wajah ayunya, reflek kusibakkan rambutnya lalu kutahan sambil kutekan kepalanya perlahan.
Teh Indri paham dengan tanda dariku, bibirnya merekah, melahap hampir setengah dari batang penisku, sesekali lidahnya bermain menggelitik sang jendral yang mengangguk-angguk kegirangan dengan servis teh Indri.
Jemarinya yang lentik memainkan kantung pelirku dengan gemas, aku sendiri hanya bisa melenguh menahan keinginan untuk segera menembakkan persediaan amunisi yang sudah cukup lama kusimpan sejak kejadian di karaoke room tempo hari, hehehe.
Tapi berhubung aku masih ingin menikmati tubuh sintal teteh, akhirnya harus kukeluarkan jurus pengendalian diri tingkat dewa..
WHOOOSAAAAHHH….
Setelah lumayan mereda, aku langsung bangkit dan memutar posisi teh Indri sampai dia berbaring terlentang, pandangan kami tidak pernah lepas saat aku memasukkan penisku ke liang cintanya, diiringi desahan panjang dari teh Indri aku melesakkan seluruh batang kemaluanku dalam-dalam!
“Aaahkk! Kii….” Matanya sempat terbelalak sesaat sebelum kembali menatapku sayu, wajahnya yang ayu itu sekarang sudah berubah dari Teh Indri yang anggun ke Ratu Binal yang selama ini kukenal.
Jemari lentiknya mencengkram pinggangku, rasa sakit dari kuku-kukunya yang menancap tidak kuhiraukan lagi, pinggulku sudah dalam kendali Jendral Otong yang seolah mengatur tempo sesuka hatinya!
“Aaakkh! Entotin teteh Kii! Entotiiin!”
Racauan kasar dan vulgar terus meluncur dari ibu dua anak itu, pandanganku tidak kulepaskan dari makhluk binal di bawahku, dadanya yang sudah menyusui dua anak.. Lehernya yang jenjang.. Kuremas gemas payudaranya yang bergoncang-goncang liar.
Kupegang kedua payudaranya saat kugenjot sang mantan CS Mand**i itu sekencang-kencangnya!
“Kii.. Aku pengen.. Eeemhh! Diatasssh Ki.. uuffft!”
Dengan satu gerakan cepat kuputar posisi tubuh kami sehingga kini teh Indri langsung ada di atasku, dia sempat terpekik tapi begitu menyadari tubuhnya berada di atasku, pinggulnya langsung bergoyang kencang, tubuh bagian atasnya sama sekali tidak terlihat sedang bergerak, tapi pinggulnya seakan memiliki motor penggerak yang terpisah dari tubuh atasnya!
“Fuck! Teeeh! Uuunngghhh!”
Amunisi itu sudah diujung meriam, perempuan seksi diatasku ini sedang kesurupan!
Penisku seperti digiling dengan kecepatan maksimum, buah dadanya yang bergoncang.. Rambutnya yang berantakan.. Tubuhnya yang mengkilat oleh peluh.. Sepertinya aku tidak akan kuat bertahan!
Toooong! Heleeeepp!
Aku sampai harus menutup mataku dan mengingat kembali guru matematikaku jaman SMA yang luar biasa galak, dan berhasil! Sedikit demi sedikit aku bisa meredam keinginan untuk menembakkan pejuhku.
Not yet.. Not now..
Gerakan teh Indri makin tidak beraturan, kuku-kukunya makin menancap dalam di punggungku, bibirnya merekah mencari-cari lawan dan langsung melumat bibirku ganas! Lidah kami saling berpilin, berputar.. Air liur kami bercampur..
“Hhmmm! Kii… Aku mau kluar lagiiihh! Aaaahhkkk!”
Tubuhnya menegang, bergetar seakan terkena aliran listrik, cairan cintanya membanjir, sengaja kudiamkan sejenak sampai teh Indri tenang lagi.
Nafasnya kembali teratur, kuputar tubuhnya, punggung mulus teh Indri nampak mengkilap terkena cahaya, kembali kugenjot ibu muda binal itu.
Bongkahan pantatnya yang membulat jadi sasaran tamparan dan remasanku.
Sepertinya semakin keras kutampar bokongnya semakin keras pula goyangan teh Indri!
Pertahananku sudah diujung tanduk, setiap gerakan maju pinggulku langsung disambut gerakan mundur pantat Sang Ratu Binal.
Aku masih berusaha bertahan, tapi saat teh Indri memalingkan wajahnya ke belakang, menatapku dengan pandangan nakalnya… Dia mengucapkan “Fuck me..” Tapi tanpa suara..
Hanya gerakan bibir seksi itu sudah sangat jelas..
THAT’S IT..
Pertahananku langsung jebol! Kupeluk Teh Indri dari belakang sambil kutindih tubuhnya, kuhujamkan penisku dalam-dalam.
“Uuuuggghhhh! Teeh! Ssshhh.. Heeenngghh!”
Entah berapa kali aku menembakkan pejuhku ke rahim teh Indri, dia sendiri sepertinya juga ingin penisku tertancap sedalam-dalamnya, pantatnya terus bergerak mundur mencari-cari pahaku.
“Hmmm… Udah semua?? Udah keluar semuanya Ki?”
Aku tidak menjawabnya.. Kuciumi punggung mulusnya.. bulu-bulu halus di tengkuk teh Indri.. daun telinganya.. rambutnya..
“Hmmm… Tumben kamu lembut gini mainnya ama Teteh.. Biasanya kasar deh.. Hihihi!”
Aku bergerak sedikit kesamping sambil tetap memeluknya.
Teh Indripun menggenggam kedua tanganku dan merapatkan tubuhnya kearahku.
Kami berbaring mengatur nafas kami dalam diam, badan kami yang bersimbah peluh.. aroma seks yang kental dikamar itu.. seakan kami berdua berlomba meresapi momen-momen yang mungkin saja sebagai yang terakhir untuk kami..
Aku menghirup wangi rambutnya sambil berbisik..
“I will miss you Indri..”
Wanita yang berada dalam pelukanku itu tidak menjawab apapun, tapi dia tidak tertidur.. Aku masih merasakan usapan lembut jemarinya di lenganku..
Aku sedikit kecewa sebenarnya saat dia tidak membalas sepatah katapun.. Tapi..
Yasudahlah.. Mungkin memang begini caranya dia mengucapkan selamat tinggal..
“Ki…”
Mungkin hanya sekitar seperempat detik jedanya saat aku membalas,
“Knapa teh? Mau lagi?? Hehehee!”
Yaah, seperti biasa mulut-kurang ajarku kembali beraksi, ditambah ketawa mesum pula!
“Aku dah dua minggu lebih ga KB lagi loh…”
End of Indri Chapters.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar