Cerita Plus Plus

Cerita Seks dan 17 Plus Plus Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Ngentot Pengalaman ML Pengalaman Sex Pengalaman Seks Meniduri Pembantu

window.open('http://graizoah.com/afu.php?zoneid=3334601')

Jumat, 30 Oktober 2015

The PE Teacher – Part 86

PET Series
Farewell Party Edition
2nd Act
The Execution
Entah berapa detik mataku tidak mengedip memandangnya.
Sepatu hitam dengan tali yang bersaling silang di betisnya menambah kesan seksi sosok Wedding Organizer itu.
Dia berjalan perlahan ke arahku tanpa sekalipun mengalihkan matanya dariku, aku bahkan hampir lupa kalau disebelahku Odelia sedang asyik memainkan lidahnya di daun telingaku!
“Tadi katanya udah ga tahan Pak.. Ko sekarang malah bengong.. Hmm??”
Suara Odelia membangunkanku dari hipnotis Mbak Mirna yang semakin mendekat..
“Mbak.. ko bisa ada di..”
Kalimatku terhenti saat satu kakinya diletakkan di atas sofa persis diantara kedua kakiku! Jemari lentiknya bergerak kearah kancing kancing kecil yang terbuka..
Satu persatu.. Sampai aku bisa melihat belahan dada yang tercetak sempurna terbungkus bra cream berenda..
“Jilatin dong Ki.. Mulai dari betis yah..”
Kesadaranku langsung lenyap saat itu juga, mungkin sekarang sedang dikudeta untuk kesekian kalinya oleh Jendral binal yang sekarang mengambil alih ruang kendali otakku.
“MAAP BOSS! ANE AMBIL ALIH DARI SINI! WUAKAKAKAKAK!”
Suara menyebalkan Jendral Otong menggema di telingaku seakan mengejek ketidakmampuanku untuk bereaksi cepat dihadapan Bidadari Jutek bernama Mirna!
Damn…
Yang kutahu selanjutnya jemariku sudah sibuk meraba betis mulus dan paha mengkilat Mbak Mirna, lidahku menari diantara tali-temali yang saling silang, terasa badan Mbak Mirna sedikit bergetar menerima sentuhan tangan dan lidahku..
“Sssshhhtt… Uuummhhh! That’s it Ki.. Keep doing it boy..”
Shit.. Gue dipanggil “boy”! Emang dikiranya aku masi anak kecil apa!
Lidahku terus naik ke atas.. Melintasi lututnya.. Naik ke paha.. Tanganku menggeser rok hitam itu terus keatas..
Dia tidak memakai apapun dibalik rok itu!
Kedua tangan Mbak Mirna memegang kepalaku.. Diarahkannya kepalaku ke antara kedua kakinya.. Aroma kental kewanitaannya menusuk hidungku, seakan mengatakan bahwa vaginanya sudah siap tempur!
“Cuma mau dipelototin aja Ki?”
Aku menatap si empunya suara, mbak Mirna memandangku sayu, kepalaku memutar ke arah Gaban and the Gank, mereka membentuk dua grup yang sama hebohnya,
Satu grup tampak bernyanyi dengan nada sumbang, Japra yang sudah mabuk menyanyikan lagu Ker*spati* dengan satu lengannya memeluk Alisya yang ikut menyanyikan versi terbaru ciptaan Japra,
“Bilaaaaaaaa.. Napsuku inii Napsumuuuu????
Sanggupkah engkauuuu huhuuuuhuhuuuooooo!”
Koor tawa menggema di ruangan menanggapi lirik ngawur Japra.. Hadehh..
Satu grup lagi membentuk lingkaran mengeliling meja dimana Khadijah sedang bergoyang erotis, sedangkan dibawahnya wajah wajah mesum menengadah sibuk melihat apa yang ada dibalik rok mini Keked!
Tidak ada yang mencoba melihat ke arahku!
Gaaeeesss.. Heellp!
Aku kembali menoleh ke gundukan mulus didepanku..
Kali ini kepalaku tidak dapat lagi menghindar, aroma kewanitaannya menyeruak dan semakin membuat kepalaku terasa ringan..
Bongkahan pantat mbak Mirna yang sekal kugenggam erat! Lidahku rakus menjilat klentitnya yang tampak semakin membengkak dikeremangan ruangan.
“Uuuuuggghh! Isep Ki! Eat it.. Eat my pussy boy! Aaakkhh!”
Pinggulnya bergerak maju menyambut isapan dan jilatanku, mbak Mirna beringsut ke sofa dan berbaring sambil terus menahan kepalaku di memeknya yang semakin membanjir, seketika ingatanku kembali ke saat dimana tubuh indah dihadapanku masih belum memiliki nama..
Saat dimana aku menemukannya dikamar kak Kezia..
Hmmm.. Jadi kangen deh ama sepupuku satu itu..
Aaarrghh! Ini bukan saatnya memikirkan kak Kezia!
Blus putih yang dikenakan mbak Mirna kusingkap, buah dadanya yang masih tertutup bra berwarna cream kuremas sekuat tenaga, tubuhnya menggelinjang seperti cacing kepanasan, jemarinya menjambak rambutku , kedua pahanya menjepit kepalaku sampai aku sendiri kesulitan bernafas!
“Masukkhhin please Ki! Masukin sekarang!”
Tanpa disuruh dua kali, kupelorotkan boxerku dan kuposisikan diriku diantara kedua paha mulus mbak Mirna, kepala kontolku yang sudah membengkak ke ukuran maksimalnya sudah terparkir di depan bibir memek becek mbak Mirna dan..
“Bless!”
“‘Aaaaakkhh! Kiii! Stop! Stooop! Tunggu.. uuuukkhh!”
Tubuhnya melejit keatas, melengkung seperti busur seiring tiap sodokanku, kemaluan kami bertumbuk dan menciptakan bunyi mesum yang ikut mengiringi lagu apapun itu yang sekarang sedang dinyanyikan oleh Rendy dan kawan kawan!
“Ssshhh.. Uuughh! Peret banget si meki mbak.. Uuufff!”
Entah berapa lama aku menggenjot memek peret Mbak Mirna, kugeser tubuhnya agar menyamping, satu kakinya kuangkat lalu kumasukkan lagi diiringi lenguhan panjang mbak Mirna, damn ternyata dia ga kalah seksi dari Teh Indri..
Matanya setengah terpejam.. Satu tangannya meremas tetek bulat yang masih setengah tertutup bra.
“Harder Ki! Fuck me harder!”
Tubuhnya terguncang-guncang menerima sodokanku..
Kuku-kukunya menancap dalam di pinggangku seakan menyuruhku untuk semakin mempercepat goyangan kontolku!
Kupegang kedua pahanya, kuarahkan dan kutumpangkan ke atas kedua bahuku,
Aku tidak peduli lagi dengan sekelilingku, bahkan aku tidak sadar saat teman-temanku rupanya sudah berhenti mengikuti lirik di layar LED itu..
Semua fokus yang kumiliki tertuju ke mbak Mirna!
“Terusssh Kiii.. Teruuusshiinn! iiisshh! Uuuffftt! Kon.. Aakkhh! Kontol loo pentokiiiinn!”
Racauan mbak Mirna semakin menyemangatiku untuk mempercepat gerakan pinggulku! Ada sedikit rasa bangga aku bisa menyetubuhi wanita lesbi satu ini..
Walaupun aku sempat dipermalukan olehnya..
“Aaakh aku mo kluar mbaaaakkkh!”
Sperma yang sudah tidak keluar cukup lama akhirnya berusaha mencari jalan keluarnya sekarang! Gerakan pinggulku sudah tidak dapat kuhentikan, niatku untuk mengeluarkan pejuh di wajah mbak Mirna sepertinya tidak akan kesampaian, mode auto-fuck sudah dinyalakan dan aku menyerah pada mekanismenya!
Rasa perih di pinggangku akibat kuku-kuku yang mencancap semakin terasa, kuberanikan diri untuk melihat sosok mbak Mirna, ternyat dia juga sedang memandangku tajam! Desahan-desahan yang keluar dari mulutnya.. Wajahnya yang terlihat ayu dan disaat yang sama.. Sange berat!
“Aaaaargghh! Mbaaakkk!”
Kurebahkan badanku diatas mbak Mirna dengan kontolku menembakkan amunisinya berkali-kali didalam liang cinta Sang Wedding Organizer!
Nafas kami yang memburu perlahan mereda..
Tangannya yang sedari tadi menancapkan kuku-kukunya sekarang mengelus lembut punggungku.. Seakan berusaha menenangkan diriku setelah bersimbah peluh menggarap dirinya..
Ada rasa bersalah yang mengganjal di hatiku karena aku ferlalu trrburu-buru dan hanya mementingkan kepuasanku sendiri..
“Maafin mbak.. Aku terlalu napsu tadi.. Jadi cepet banget.. Lain kali pasti le..” Perkataanku dihentikan oleh elusan lembut dikepalaku disambung dengan bisikan lembut ditelingaku..
“Suussshh… It’s okay.. I don’t mind Ki.. Kan sekarang malam terakhir kamu sebagai bujangan.. Just enjoy everything..”
Aku tersenyum kecut mendengar bisikan mbak Mirna.. Kepalaku masih berada didadanya, mataku mulai terpejam saat aku mendengar suara pintu yang terbuka diikuti suara mic yang jatuh berdebam di lantai dengan diiringi bunyi mendenging!
Serempak kami menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar..
Seorang wanita yang memakai baju seragam dinas berwarna coklat berdiri disitu..
“Teh Intan??” Dengan polosnya aku bertanya..
“Kalian semua keluar lewat pintu belakang, CEPAT!” Wajahnya terlihat panik..
Butuh beberapa detik bagi otakku untuk menganalisa perintah itu, aku langsung bangun dan mengenakan pakaian ku secepat kilat, anak-anak kost masih berusaha bangun dengan susah payah, sedangkan para muridku sudah tidak tampak lagi, entah sejak kapan mereka keluar dari ruangan dengan Mbak Mirna!
“Ehmm.. Adaaah appaaah si bang? Ko buru buru banget??? Masi enjoooy niii!” Japra masih saja duduk di sofa dan terpaksa harus digendong oleh Gaban.
“Ada razia Pra! Kudu cabut ni!” aku menunggu sampai semuanya sudah keluar dari ruangan, lalu hanya tinggal aku dan Polwan cantik itu saja yang menungguku di pintu, suara-suara gaduh terdengar dari ujung lorong, aku bergegas keluar dari ruangan sambil tidak lupa mengucapkan terimakasih pada Teh Intan, tentunya dengan caraku hehehehe!
“Makasi ya Teeeh, I owe you big time! Mmmuuuaaachh!”
Tanpa pikir panjang kuberikan kecupan di pipi sang polwan, pikirku bodo amat mau ditembak disitu juga gapapa hahaha!
Tapi tidak ada tamparan, tidak ada peluru yang bersarang dikepalaku..
Teh Intan hanya berdiri sambil memegangi pipinya ..
End of 2nd Act

Tidak ada komentar:

Posting Komentar