Cerita Plus Plus

Cerita Seks dan 17 Plus Plus Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Ngentot Pengalaman ML Pengalaman Sex Pengalaman Seks Meniduri Pembantu

window.open('http://graizoah.com/afu.php?zoneid=3334601')

Jumat, 30 Oktober 2015

The PE Teacher – Part 83

PET Series
The Confession
Indri Side Story
Pagi ini seharusnya aku sudah berdandan rapi dengan riasan lengkap dan baju seragam, tapi tidak lagi,
Aku sudah resmi mengundurkan diri dari Bank tempatku bekerja, meskipun pak Togar berkali kali menanyakan keseriusanku tapi aku sudah membulatkan tekad untuk mencurahkan smua waktuku yang sempat terbuang untuk mengurus kedua harta paling berhargaku!
Selama ini aku selalu mengecewakan mereka berdua, tapi tidak untuk kali ini, aku akan mengabdikan diriku untuk kesejahteraan mereka berdua.
Kupandangi kedua anakku yang sekarang sedang bermain dengan mainan favoritnya masing-masing, Laras dengan buku mewarnainya dan Praapta dengan Legonya.
Aku memang sengaja membelikan mereka mainan-mainan yang lebih mendidik, beberapa hari belakangan ini aku rajin googling tentang mainan mainan bertema edukasi dan bisa membantu otak mereka dalam berkembang, senyumku sedikit terkembang melihat kedua buah hatiku itu saling menunjukkan hasil karya mereka masing-masing.
Tiba tiba hapeku berbunyi, aku melihat caller id yang terpampang, ternyata sms dari si Intan, kubuka hapeku, dia setuju untuk menemaniku siang ini. Aku hampir lupa dengan yang satu ini, aku teringat meminta tolong kepadanya untuk menemaniku menemui Agung, aku merasa bahwa masih ada yang mengganjal di hatiku yang harus segera kuungkapkan pada laki-laki yang dulu pernah begitu mencintaiku itu.
Dan itu tidak bisa menunggu lebih lama lagi, aku tidak mau ada lagi sangkut paut dengan laki-laki itu dalam bentuk apapun!
Kubalas sms itu dan aku segera menghampiri Laras dan Praapta, aku mengusap kedua kepala mereka bersamaan..
“Siapa mau ikut mamah ke tempat Teh Intaaaan!?”
Prospek bertemu seorang wanita tidak hanya bisa dipikirkan oleh seorang laki-laki dewasa, bahkan anak sekecil Praapta sudah mengerti saat melihat ssorang wanita cantik! Hihihi!
Tidak perlu waktu lama untuk Praapta dalam menjawab pertanyaanku, dia langsung menganggukan kepala nya dengan semangat 45! Hadeeh.. Centilnya nurun dari siapa sih..
Laras dengan ogah-ogahan akhirnya ikut juga, kayaknya si lagi ngantuk anak bungsuku itu. Kupilih baju paling sopan dengan bawahan celana panjang bergaris dan atasan blus putih, karena aku akan berkunjung ke instansi pemerintah, sepertinya piliha itu cukup rapi.
Tidak lupa kupersiapkan jok tambahan di belakang untuk Laras, sementar Praapta memilih duduk di depan. Setelah aku memeriksa seluruh pintu dan jendela, aku segera menyalakan mobil, kuperiksa untuk kesekian kalinya seatbelt Laras dan Praapta lalu setelah puas dengan semuanya aku menjalankan mobil menuju Polres****s Bandung, setelah mengirim pesan singkat pada Intan, aku memarkir mobilku dibawah sebuah pohon tua yang rindang.
Intan menyambutku dengan seragam khas warna coklat tua itu, dia tampak berwibawa memakainya. Sedikit berdesir darahku saat dia mencium pipiku..
Hmm.. Cukup banyak bergeser orientasi seksualku sepertinya.. Duh…
Kami berbincang sebentar dikantin, banyak mata yang mengawasi kemanapun kami bergerak.
“Kamu famous juga kelihatannya Tan disini, hihihi!”
Si empunya nama hanya tersipu malu mendengarnya, jadi tambah geregetan melihat polwan cantik ini malu malu kucing seperti itu. Hmmm…
“Gimana kabar manusia satu itu?” Akhirnya kembali ke topik serius, memang itu tujuan utamaku datang kesini dari awal. Aku harus melihat sendiri tampangnya saat mendengar apa yang akan kuberitahukan padanya..
“Gitu deh ceu.. Babak belur dihajarin tahanan lain, untung ada yang misahin petugas piket, mau kesitu sekarang?” Wajahnya datar saat memberikan laporan miris itu, sedikit membuatku merinding membayangkan apa yang dihadapi Agung setiap hari di sel itu..
“Yes, please..” Hanya itu yang bisa kukatakan, sebelum kami mendatangi sel sementara itu, aku dan Intan menitipkan Laras dan Praapta pada bawahannya yang juga bertugas di Departemen Perlindungan Anak dan Perempuan.
Aku mengikuti langkah Intan dengan debar jantung yang tidak karuan, bagaimana keadaannya, apakah dia sudah makan, pakaian apa yang dia kenakan, semuanya langsung terpikir olehku.. Yah kami sudah cukup lama bersama, jadi itu salah satu kebiasaan yang sulit hilang.
Dan tanpa ada peringatan apapun, didepanku terpampang sosok yang dulu pernah jadi pujaan hatiku satu-satunya. Dibalik jeruji itu sosok Agung duduk tertunduk di pojokan, tanpa ada satupun yang mengajaknya berbicara, wajahnya sudah penuh dengan perban disana-sini. Ya ampun.. Air mataku menetes tanpa bisa kutahan..
“Mas..” Hanya satu kata itu yang sanggup keluar dari mulutku, tapi efeknya benar benar diluar dugaan! Sorot mata yang kosong menerawang itu langsung berkilat marah melihatku, dia bangkit dari duduknya dan menghampiriku, tanpa kusadari aku melangkah mundur dan berpegangan pada lengan Intan.
“Puas kamu sekarang?? Ini balasan kamu setelah pengorbananku selama ini?? Kamu rusak hidupku, kamu rebut anak anakku! PUASS??” Jemarinya menggenggam jeruji sel itu sampai memutih, aura mrnyeramkan terpancar dari wajahnya.. Aura penuh dendam merrmbes dari tiap pori-pori kulitnya..
Tahanan lain yang sedang bersenda gurau sampai terdiam mendengar teriakan Agung.
“Aku ga mau lagi ada masalah antara kita Mas.. Aku mau pergi jauh dengan Laras dan Praapta, aku masih sanggup membesarkan mereka berdua.. Dan aku tidak membutuhkan bantuan orangtuamu Mas..”
Laki-laki yang dulu begitu lembut kepadaku itu terkekeh pelan, suara tawanya membuatku merinding..
“Bisa apa kamu?? Masak nasi goreng aja ga bisa! Kamu mau bikin anak-anakku terlantar dan kelaparan??! Hah??!” Aku yakin kalau saja tidak ada jeruji itu dia sudah melompat dan menggorok leherku saat ini juga..
“Aku sanggup Mas.. Dan satu lagi.. Darah daging Mas hanya Laras..
Praapta adalah hasil dari perbuatan Ayahmu Mas.. Ya.. Dia adalah ayah dari Praapta, bukan kakeknya! .. Makasih buat semua yang udah kamu perbuat selama ini, aku tidak pantas jadi pasangan hidupmu Mas.. Maaf mungkin ga cukup buat ini semua tapi untuk saat ini biarkan kami bertiga hidup tenang tanpa gangguan dari kamu atau keluargamu.Selamat tinggal Mas!”
Sinar matanya yang tadi menyala nyala mendadak padam..
Wajahnya pucat pasi mendengar pengakuanku tadi..
Lututnya seakan tidak kuat menahan beban tubuhnya dan Agung langsung jatuh berlutut masih berpegangan pada jeruji sel..
“Apa kamu bilang.. Indri.. APA KAMU BILANG TADI!?? SINI LO JANGAN KABUR! WOOII PECUUN! SINI LOO!”
Aku buru-buru meninggalkan Agung yang masih berteriak-teriak kesurupan, Intan memeluk bahuku sambil menggiringku keluar dari ruangan itu.
Air mataku tidak berhenti mengalir, tapi keputusanku sudah bulat! Tidak bisa ditawar tawar lagi. Kami berdua mendatangi ruangan tempat Laras dan Praapta bermain, aku sempat berhenti di depan pintu memperhatikan kedua buah hatiku itu..
Ya.. Keputusanku sudah bulat.. Aku akan tinggal di tempat dimana aku bisa memulai lagi daru awal dan menjauh dari semua kegilaan ini!
Good Bye Mas Agung..
End of
The Confession

Tidak ada komentar:

Posting Komentar