The PET Series
The Parents Side Story
The Mother-in-Law
Kupandangi anak perempuanku satu-satunya itu, yang tertidur lelap dengan senyum yang masih saja menempel diwajahnya..
Semalam aku langsung menelepon orangtua Riki dan memberitahukan peristiwa yang baru saja menimpa anak anak kami. Jeng Ines berjanji akan darang ke Bandung secepatnya setelah suaminya kembali dari pelayarannya.
Baik Riki maupun Nita tidak ada yang berani memberitahukan kronologi kejadian yang sebenarnya..
Mereka seperti kompak saling melindungi, baru setelah seorang polwan bernama Intan datang, Nita mau memberitahukan detail peristiwa yang sebenarnya kepada polwan itu.
Semalam aku langsung menelepon orangtua Riki dan memberitahukan peristiwa yang baru saja menimpa anak anak kami. Jeng Ines berjanji akan darang ke Bandung secepatnya setelah suaminya kembali dari pelayarannya.
Baik Riki maupun Nita tidak ada yang berani memberitahukan kronologi kejadian yang sebenarnya..
Mereka seperti kompak saling melindungi, baru setelah seorang polwan bernama Intan datang, Nita mau memberitahukan detail peristiwa yang sebenarnya kepada polwan itu.
Aku sudah menyangka bahwa ini pasti gawat dari luka yang ada di punggung anakku, tapi aku sama sekali tidak menyangka kalau peristiwanya bakal segawat ini. Laki-laki bernama Agung dan seorang dokter yang seharusnya bertugas menyembuhkan tapi ini malah mencelakakan.. Dunia ini memang sudah gila.. Untung aku masih bisa mengendalikan emosiku dan tidak pingsan saat itu juga.
Kulirik suamiku yang biasanya selalu berapi-api itu, dia hanya terdiam sambil terus menatap ke arah Nita yang masih dalam pengaruh obat penenang yang diberikan oleh dokter tadi pagi.
Kulirik suamiku yang biasanya selalu berapi-api itu, dia hanya terdiam sambil terus menatap ke arah Nita yang masih dalam pengaruh obat penenang yang diberikan oleh dokter tadi pagi.
Tanpa aku sadari aku sedang berjalan keluar dari kamar VIP tempat Nita dirawat, saat aku tersadar, aku sudah berada disamping Riki yang juga sedang terlelap, lucunya dengan senyum yang hampir mirip dengan yang terpasang diwajah anakku tadi, hmmm..
Entah aku harus berterimakasih atau harus memaki anak ini..
Aku melirik ke perban yang melilit telapak kaki kirinya, dari pengakuan Nita sendiri kudapat bahwa dia tidak pernah sekalipun melakukan hubungan suami istri dengan pemuda ini. Aku pribadi tidak terlalu mempermasalahkan soal free-sex tapi aku salut dengan keputusan mereka berdua, hmm.. entah apa yang dilihat Nita dari laki-laki yang terbaring ini, tapi kalo memang dia jadi pilihan anakku, aku juga akan mendukung sepenuh hatiku. Sekarang tinggal bagaimana menjauhkan mereka berdua dari permasalahan yang seperti tidak berhenti mengikuti selama ini.
Entah aku harus berterimakasih atau harus memaki anak ini..
Aku melirik ke perban yang melilit telapak kaki kirinya, dari pengakuan Nita sendiri kudapat bahwa dia tidak pernah sekalipun melakukan hubungan suami istri dengan pemuda ini. Aku pribadi tidak terlalu mempermasalahkan soal free-sex tapi aku salut dengan keputusan mereka berdua, hmm.. entah apa yang dilihat Nita dari laki-laki yang terbaring ini, tapi kalo memang dia jadi pilihan anakku, aku juga akan mendukung sepenuh hatiku. Sekarang tinggal bagaimana menjauhkan mereka berdua dari permasalahan yang seperti tidak berhenti mengikuti selama ini.
Mungkin ada baiknya keduanya kami ungsikan secepatnya dari Bandung, hmm.. sepertinya memang itu keputusan terbaik.
Kuambil telepon genggamku dari saku celanaku lalu ku dial nomor telepon calon besanku, kutunggu nada sambung itu berbunyi beberapa kali, sampai akhirnya terdengar suara jernih Jeng Ines
Kuambil telepon genggamku dari saku celanaku lalu ku dial nomor telepon calon besanku, kutunggu nada sambung itu berbunyi beberapa kali, sampai akhirnya terdengar suara jernih Jeng Ines
“Halo Jeng, lagi sibuk ga? Eh.. Aku mau nanya ni, menurut aku koyo’e Riki karo Nita mending jangan tinggal di Bandung sesudah nikah deh..
Bukaan, bukan dengan kami, justru aku merasa mereka berdua lebih bagus jauh dari kita, menurut Jeng Ines gimana?
Bukaan, bukan dengan kami, justru aku merasa mereka berdua lebih bagus jauh dari kita, menurut Jeng Ines gimana?
“Hm…. Bali yah.. Boleh juga.. Nanti aku ngomong sama Suamiku biar bisa diurus secepatnya, oke deh Jeng, makasih loh yaa buat ide briliannya, terus terang aku ketar-ketir ngeliat mereka di Bandung ini, iya Jeng sama-sama, aku tunggu loh kedatangannya, itu Dek Mirna udah ngasih desain kebaya buat seragam keluarga cowo dan cewe, maturnuwun nggeh Jeng..”
Aku menghela nafas lega mendengar persetujuan dari calon besanku itu, semakin jauh mereka dari Bandung semakin baik, aku tidak mau cucuku kelak menghadapi gangguan yang bisa merusak masa pertumbuhannya.
Aku mendekati pemuda itu, kuusap rambut calon menantuku itu, entah ada dorongan apa yang menghinggapiku, kukecup ringan bibirnya dan edannya lagi, kuremas batang kemaluannya, hmm lumayan juga punya anak ini..
Aku bergegas keluar dari ruangannya dengan debar jantung yang tidak beraturan!
Apa yang baru saja kulakukan, apa alam bawah sadarku berusaha memastikan rasa penasaranku dengan benda yang mungkin sekali jadi awal semua peristiwa yang menimpa anakku.
Entahlah..
Mungkin aku bisa menemukan jawabannya kelak,
Duh, aku menggeleng-gelengkan kepalaku sambil tersenyum seorang diri,
Langkah kakiku yang sedari tadi seakan memiliki otakknya sendiri itu menuntunku ke kantin rumah sakit, disana ternyata suamiku sudah lebih dulu makan dan sekarang matanya jelalatan menatap bodi perawat-perawat muda disitu, dasar orangtua mesum..
Apa yang baru saja kulakukan, apa alam bawah sadarku berusaha memastikan rasa penasaranku dengan benda yang mungkin sekali jadi awal semua peristiwa yang menimpa anakku.
Entahlah..
Mungkin aku bisa menemukan jawabannya kelak,
Duh, aku menggeleng-gelengkan kepalaku sambil tersenyum seorang diri,
Langkah kakiku yang sedari tadi seakan memiliki otakknya sendiri itu menuntunku ke kantin rumah sakit, disana ternyata suamiku sudah lebih dulu makan dan sekarang matanya jelalatan menatap bodi perawat-perawat muda disitu, dasar orangtua mesum..
Aku duduk didepannya, dia menatapku lama, lalu tersenyum,
“Abis darimana Mah.. Ko senyum senyum sendiri gitu..”
Aku sempat terkejut, ternyata aku masih tersenyum sejak dari ruangan tempat Riki dirawat, hmm sepertinya dia tidak perlu tahu apa yang baru saja istrinya lakukan tadi..
“Ah itu cuma perasaan Papah aja ko, hihihi! Bagi dong siomaynya dong Pah!”
Hmmm.. Jawaban itu sepertinya akan kudapatkan lebih cepat sepertinya..
End of
The Mother-in-Law
Tidak ada komentar:
Posting Komentar