The PET Series
The Night Shift Nurse
2nd Act
Suara kucuran air yang menetes dari handuk yg diperas kedua suster seksi itu mengisi keheningan di ruangan tempat aku dirawat. Suara jarum jam yang berdetak seakan menghitung mundur detik-detik dieksekusinya Jenderal Otong.
Aku masih memejamkan mata melawan godaan untuk melihat sosok Ratu Iblis dan Koleganya itu.. T_T aku khawatir nantinya tidak akan bisa menahan Jenderal Otong yang sudah sejak tadi membiru menahan amunisinya! Hehehe!
Kurasakan tekstur lembut kain handuk yang menyusuri leherku, tidak seperti Teh Indri yang lebih berani bergerak disekitar pangkal paha, Teh Rani hanya berani sampai sebatas perutku saja.. Tidak pernah sekalipun kubayangkan mereka berdua akan ada disatu ruangan bersamaku..
“Uuugghhh!”
Kurasakan tangan hangat nan lembut menggenggam mantap batang kemaluanku!
Pasti ini Teh Indri.. Cuma dia yang berani melakukan itu kepadaku didepan orang lain.
Awalnya gerakan tangan itu seperti ragu. Tapi seiring irama nafasku yang makin tidak beraturan, semakin bersemangat juga gerakan naik turun dari tangan lembut itu..
Pasti ini Teh Indri.. Cuma dia yang berani melakukan itu kepadaku didepan orang lain.
Awalnya gerakan tangan itu seperti ragu. Tapi seiring irama nafasku yang makin tidak beraturan, semakin bersemangat juga gerakan naik turun dari tangan lembut itu..
“Gimana… Suka ga? Atau mau aku aja yang ngocokin?? Hmm??”
Suara Teh Indri yang memang jagonya bikin aku panas dingin itu berbisik di telinga kananku… Akupun merasakan helai helai anak rambutnya berjatuhan diwajahku yang menimbulkan sensasi geli disekitar pipi dan leherku..
Eh… Bentar bentar.. Bukannya yang lagi mengurut batang penisku itu Teh Indri??
Kenapa dia bisa ada disebelah kananku dan begitu dekat dengan wajahku!
Eh… Bentar bentar.. Bukannya yang lagi mengurut batang penisku itu Teh Indri??
Kenapa dia bisa ada disebelah kananku dan begitu dekat dengan wajahku!
Aku paksakan untuk membuka kedua mataku, ternyata yang memberikan servis hand-job adalah Teh Rani!
Matanya sayu menatapku dari posisinya yang agak menunduk didekat pahaku.. Batang penisku berada dekat sekali dengan wajahnya, sesekali dia menggesekkan kepala penisku ke pipi dan bibirnya yang sedikit terbuka itu..
Aaaaaarrrgh! Bisa gila gueeee!
Matanya sayu menatapku dari posisinya yang agak menunduk didekat pahaku.. Batang penisku berada dekat sekali dengan wajahnya, sesekali dia menggesekkan kepala penisku ke pipi dan bibirnya yang sedikit terbuka itu..
Aaaaaarrrgh! Bisa gila gueeee!
“Haaaaph! Mmmmhhhhmmhh!”
Tanpa ada peringatan apapun sebelumnya Teh Rani langsung melahap hampir setengah dari penisku! Tidak tanggung tanggung dia juga sambil meremas buah pelirku denagn gemas! Hadeeeeh… Pertahananku bakal jebol kalau saja aku ga bergerak cepat menahan kepalanya yang bergerak naik turun dengan semangat 45! Huuufff…
Baru saja aku membuka mataku, tiba tiba semua mendadak berubah putih di pandanganku, ternyata Teh Indri sudah naik keatas ranjang sempit itu dan mengangkangi wajahku!
Kedua tangannya dengan cepat menarik roknya sampai sebatas pinggang, mataku langsung disuguhi daerah paling intim dari Hot Mama favoritku, lalu Tangannya bertumpu pada perutku, dengan sedikit menunggingkan pantatnya maka terlihatlah sunhole dan liang cintanya yang masih bisa diadu keperetannya dengan anak kuliahan! Hehehehe!
Damn… What a view!
Kedua tangannya dengan cepat menarik roknya sampai sebatas pinggang, mataku langsung disuguhi daerah paling intim dari Hot Mama favoritku, lalu Tangannya bertumpu pada perutku, dengan sedikit menunggingkan pantatnya maka terlihatlah sunhole dan liang cintanya yang masih bisa diadu keperetannya dengan anak kuliahan! Hehehehe!
Damn… What a view!
Bibir vagina Teh Indri kusentil dengan ujung lidahku, keisenganku itu membuat badannya terlonjak kaget dan tanpa aba-aba langsung menggesekkan kemaluannya pada wajahku!
“Eeemmpphh! Teeehmmmp! Sssllrrpp! Be.. Beentaaar..aaammpphh!”
Dia sama sekali tidak memberikan kesempatan untukku menarik nafas! Entah aku harus bersyukur atau mengutuki diriku saat berada di posisi seperti ini.. Haduuh yang ada bisa kehabisan nafas dulu niiiih!
Kuangkat kedua bongkahan pantat bulat itu untuk memberi ruang bernafas, sejurus kemudian kurasakan ada pergerakan di sekitar pahaku, karena tertutup tubuh Teh Indri aku tidak bisa melihat, sampai aku merasakan ada yang membungkus Jenderal Otong dengan sesuatu yang sempit dan hangat, mulutnya kah??
Jawabannya langsung datang berupa beban tubuh Teh Rani yang menindih paha dan pinggulku!
Aaaww daaaaaaammnnn!
Jawabannya langsung datang berupa beban tubuh Teh Rani yang menindih paha dan pinggulku!
Aaaww daaaaaaammnnn!
Sama seperti ketika Teh Rani mengocok batang penisku, gerakan pinggulnya kali ini juga sedikit ragu di awal tapi setelah beberapa kali naik-turun dia makin menambah kecepatannya, seakan ingin mencopot Ajudanku itu dari sarangnya sekarang!
Teh Rani merengkuh pinggang Indri dan merekapun berciuman dengan ganas, saling pagut, saling hisap, saling remas…
Aku sendiri hampir hampir tidak kuat melihat pemandangan indah itu..
Aku mencoba untuk bertahan dan mengendalikan nafsuku tapi melihat dua makhluk seksi sedang berciuman sambil saling meremas payudara lawannya sudah cukup untuk membuat Jenderal Otong ngamuk besar!
Aku sendiri hampir hampir tidak kuat melihat pemandangan indah itu..
Aku mencoba untuk bertahan dan mengendalikan nafsuku tapi melihat dua makhluk seksi sedang berciuman sambil saling meremas payudara lawannya sudah cukup untuk membuat Jenderal Otong ngamuk besar!
“BOOOOS! ANEE GA KUAAAAT BOOOOOS! IJIN MEMUNTAHKAN AMUNISI KE TARGET BOOOOOS!”
Sekuat tenaga kualihkan perhatianku pada hal lain tapi tetap tidak bisa! Saat kurasakan penisku akan meledak didalam liang cinta Teh Rani, buru-buru kuperingatkan sahabat Teh Indri itu,
“Teeeeeeh! Aku dah mau kel… Aaaaarrrrgghh!”
Kuremas bokong bulat Teh Indri sambil terus menembakkan persediaan calon presidenku.. Hehehe!
Entah berapa kali kumuntahkan amunisi dari persediaan gudang senjataku, yang pasti aku belum pernah mengalami ejakulasi sedahsyat ini…
Teh Rani masih saja menggerakkan pinggulnya, meskipun kali ini secara perlahan, itupun sudah sangat menyiksa batang kemaluanku yang masih terasa sensitif..
Entah berapa kali kumuntahkan amunisi dari persediaan gudang senjataku, yang pasti aku belum pernah mengalami ejakulasi sedahsyat ini…
Teh Rani masih saja menggerakkan pinggulnya, meskipun kali ini secara perlahan, itupun sudah sangat menyiksa batang kemaluanku yang masih terasa sensitif..
“Pe.. Pelan Teh.. Ssssshhht…”
Teh Indri turun dari ranjang dan merapikan baju susternya..
Selain Nita, kali ini dia juga mengalah pada Teteh Jutek dan membiarkan sahabatnya itu mengambil alih, hadeeeh aku ga bakal bisa nebak jalan pikiran cewek..
Teteh Jutek itu juga perlahan turun dari ranjangku dan merapikan bajunya..
Dia menghampiri Teh Indri dan mereka sempat berciuman sambil terus melirik ke arahku..
Sempat panas dingin juga aku melihat adegan French Kiss dua suster seksi itu..
Selain Nita, kali ini dia juga mengalah pada Teteh Jutek dan membiarkan sahabatnya itu mengambil alih, hadeeeh aku ga bakal bisa nebak jalan pikiran cewek..
Teteh Jutek itu juga perlahan turun dari ranjangku dan merapikan bajunya..
Dia menghampiri Teh Indri dan mereka sempat berciuman sambil terus melirik ke arahku..
Sempat panas dingin juga aku melihat adegan French Kiss dua suster seksi itu..
“Liat tuh Ndri.. Brondong lo kayaknya jealous deh ama gue.. Hihihi!”
Keduanya tertawa cekikikan, huh!
Aku mencari-cari baju piyamaku, dan ternyata sudah jauh terlempar sampai ke pojok ruangan, aku tidak mungkin turun dari ranjang dengan kondisiku yang seperti ini, terpaksa aku meminta tolong pada Teh Indri,
Aku mencari-cari baju piyamaku, dan ternyata sudah jauh terlempar sampai ke pojok ruangan, aku tidak mungkin turun dari ranjang dengan kondisiku yang seperti ini, terpaksa aku meminta tolong pada Teh Indri,
“Teh, punten, ambilin bajuku yang di situ dong, dingin ni..”
Teh Indri mendengarku tapii dengan memasang tampang polos dia mengangkat bahunya, dan mendekatiku..
“Kan ada perawat yang bisa dipanggil kalo ada apa-apa Ki.. Makanya ada bel deket ranjang kamu.. Teteh bantu pencetin yaa, hihihi!”
Sambil berkata seperti itu dia memencet bel yang tergeletak dekat bantalku, aku bahkan belum sempat berkata apapun saat mereka melenggang keluar sambil terus cekikikan!
Aku berharap ada keajaiban dan bel itu tidak berfungsi, tapi sepertinya ga bakal terjadi, justru beberapa saat kemudian seorang suster muda yang sepertinya masi baru bekerja masuk ke ruanganku..
“Iya, ada apa Mas, tadi mencet bel ya Mas.. Ada yang bisa saya ba… ban.. AAAAAKKHHHH! MESUUUUM!”
Aku yakin banget dia bakal laporan ke Suster Kepala ya galaknya minta ampun itu..
Mampus gue..
Mampus gue..
End of
The Night Shift Nurse.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar