Cerita Plus Plus

Cerita Seks dan 17 Plus Plus Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Ngentot Pengalaman ML Pengalaman Sex Pengalaman Seks Meniduri Pembantu

window.open('http://graizoah.com/afu.php?zoneid=3334601')

Jumat, 30 Oktober 2015

The PE Teacher – Part 79

The PET Series
Fatima’s Bedside Story
The Independent Woman
Khadijah turun dari mobil mendahuluiku dan membukakan pintu gerbang untukku,
what a daughter…
Aku berjalan memasuki rumah dengan senyum yang mengembang di wajahku..
Tidak pernah dalam bayanganku Khadijah akan menjadi seperti sekarang ini…
Sejak papahnya meninggal, aku melihat Khadijah tumbuh sebagai gadis yang lebih dewasa..
Dulu dia benar-benar dekat dengan suamiku, sehingga aku sempat khawatir dia akan depresi dan menjadi nakal saat ditinggal pergi begitu cepat karena penyakit liver yang diderita almarhum suamiku itu..
Aku sendiri masih belum bisa sepenuhnya melupakan laki-laki yang sudah pernah membuatku begitu dicintai dan dihormati sebagai seorang wanita.
Dia tidak pernah neko-neko..
Selalu mengusahakan agar pulang cepat meskipun dia selalu dapat tawaran dar i rekannya untuk minum-minum atau sekedar nongkrong di café atau semacamnya.
Tidak pernah semena-mena di rumah dan mampu menjadi pemimpin dari keluarga kecil ini.
Sejauh ini belum ada laki-laki yang bisa melebihi atau paling tidak menyamai almarhum suamiku..
Setiap pria yang berusaha mendekatiku pasti mempunyai agenda lain dibalik sikap manis dan lembut yang diperlihatkan oleh mereka, baik itu rencana mendekatiku untuk seks gratis ataupun ingin menikmati kekayaanku..
Aku tidak butuh Pria untuk saat ini, bisnis butik dan rumah makan yang kujalani sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan aku dan Khadijah..
I don’t need a guy in my life..
Kurebahkan tubuhku dikasur yang dulu jadi saksi bisu malam-malam panas aku dan almarhum suamiku..
Pandanganku tertumbuk pada bingkai foto yang tertata rapi di meja kecil yang ada disamping ranjangku.
Foto-foto lain dari kami bertiga masih tersimpan rapih di Buku Album yang kubeli bebeapa hari sebelum suamiku meninggal, Foto-foto sejak Khadijah masih berumur beberapa hari sampai terakhir foto kami yang dilakukan di sebuah studio yang terletak di belakang Gedung Sate .
Lamunanku kembali melayang saat tadi aku menemani putriku untuk berlatih di Mall PV*.
Aku sangat senang akhirnya dia mendapatkan teman-teman baru. Sejak dia masih kecil, kami bertiga harus berpindah-pindah tempat untuk menyesuaikan dengan panggilan dinas yang diterima suamiku.
Ruangan yang hampir seluruh dindingnya terlapisi oleh kaca itu terasa sesak saat aku melihat lima orang perempuan meliuk-liuk menari sambil menggunakan properti kursi itu..
Aku bahkan tertangkap basah oleh Khadijah, saat mataku tidak berhenti melihat liukan pantat anak gadis semata wayangku sendiri!
Duh.. I need to have a release nih…
Tanganku tanpa sadar turun dan menyusup ke balik celana jeansku yang masih kupakai sejak pulang dari mall tadi.. Jemariku langsung disambut oleh bibir kemaluanku yang rupanya sudah basah! Duh..
Aku memainkan klentitku sendiri dengan mata setengah terpejam, membayangkan tubuh ranum Alisya.. Odelia.. Maria.. dan Khadijah sedang menari di hadapanku tanpa mengenakan pakaian apapun!
Astaga.. Ibu macam apa aku ini bisa-bisanya membayangkan anaknya sendiri dan bermasturbasi!
Cepat-cepat kutarik tanganku, aku keluar dari kamarku dan bergegas ke dapur, kuambil sebotol miuman ringan dari kulkas sambil menenangkan debaran jantungku yang tidak beraturan itu!
Setelah aku merasa cukup tenang aku kembali ke kamar dan mengambil handukku.
Sepertinya setelah terkena air dingin aku bisa kembali tenang dan beristirahat dengan tenang!
Aku melepaskan pakaianku satu-persatu.. aku baru akan berjalan ke depan kaca wastafel saat aku melihat sesuatu!
Bayangan itu kembali menyerangku! Kali ini bahkan lebih intens!
Aku melihat Odelia yang sedang merapikan riasan wajahnya di kaca kamar mandiku, pantat dan dadanya yang luar biasa montok untuk ukuran anak SMA itu benar-benar menghancurkan pertahanan terakhirku!
Aku bersandar di pintu kamar mandi dengan wajah yang terasa semakin panas..
Gatal di daerah kemaluanku semakin menjadi.. kali ini dengan kesadaran sepenuhnya tanganku bergerak turun dan tanpa malu-malu memainkan klentitku dengan brutal!
Satu.. dua.. tiga jariku berhasil dimasukkan! Tanpa perduli lagi dengan upaya menahan diri yang sejak tadi siang berusaha menyelubungiku, aku terduduk di lantai kamar mandi yang dingin itu dengan kedua kakiku yang terbuka lebar! Gerakanku semakin tidak beraturan! Jari-jariku keluar masuk dengan begitu kencangnya dan aku tidak bisa lagi menahan desahan suaraku!
Orgasmeku datang begitu tiba-tiba! Saat aku sedang bertumpu pada kedua bahu dan leherku dilantai kamar mandi itu.. pantatku teracung ke atas menikmati serangan dari kedua tanganku!
“Odeeeel! Siniii puasin Tanttteeeeee!
Keekeeeed! Mamah pengeeennn! Aaaakkhh! “
Nafasku berangsur-angsur mereda.. aku melihat ke sekelilingku seakan sedang melakukan suatu kejahatan besar dan aku takut ketauan oleh putri tunggalku itu..
Dia tidak boleh tahu kalo Mamahnya ini adalah seorang wanita penyuka sesama jenis!
Aku hendak bangkit berdiri dari lantai itu saat disudut mataku terlihat sepasang mata milik Keked sedang mengintip dari celah pintu kamar mandi yang dengan bodohnya lupa kututup karena saking sedang nafsu-nafsunya tadi!
Pandangan mata kami bertemu! Dia langsung buru-buru menghilang dari balik pintu itu..
Aduuh! Apa yang harus kubilang sama putriku itu.. Tidak mungkin aku hanya datang kekamarnya dan meminta maaf,
“Ked, maafin Mamahmu ini yah..”
Gitu?? Enak aja!
Aku pasti nanti akan diberondong pertanyaan-pertanyaan tentang petualangan seks apa saja yang pernah kujalani, atau semacamnya..
Aku melihat ke arah cermin wastafel itu…
Kali ii aku tidak berusaha menepis semua bayangan indah itu dan malah kugunakan untuk semakin memperbesar orgasme yang kudapat!
Kubalutkan handuk berwarna putih yang tampak terlalu kecil di tubuhku yang cukup tinggi ini!
Aku bergegas ke kamar Keked, malam ini aku harus bisa minta maaf pada anakku itu!
Aku berhenti di depan pintu kamarnya dan diam membisu!
Dengan segenap kekuatan yang kumiliki, kuketok pintu kamarnya..
“Ked.. Mamah ni.. buka pintunya dong..”
Pintu itu terbuka.. disitu berdiri anak perempuan kebanggaanku.. harta terbesarku..
“Mamah mi.. minta.. maaf ya Ked..”
Tiba-tiba aku dipeluknya…
“It’s okay Mom.. aku dah lama ko tau tentang itu..”
Tanpa bisa kutahan, air matakupun menetes…
End of
The Independent Woman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar