Cerita Plus Plus

Cerita Seks dan 17 Plus Plus Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Ngentot Pengalaman ML Pengalaman Sex Pengalaman Seks Meniduri Pembantu

window.open('http://graizoah.com/afu.php?zoneid=3334601')

Jumat, 30 Oktober 2015

The PE Teacher – Part 77

The PET Series
Chapter 35
The End of The Pervert Doctor
Suara nyaring sirene yang membawaku terasa memekakkan telingaku!
Aku bahkan tidak bisa mendengar suara Gaban yang sedang bertelepon di sampingku, kucoba untuk yang kesekian kalinya memerintahkan kaki kiriku untuk bergerak..
Tapi percuma saja.. kaki kiriku sekarang benar benar mati rasa dan tidak dapat digerakkan lagi!
Di kepalaku langsung terbayang kenangan saat aku dulu bermain bola basket dengan begitu riang bersama sepupuku.. kenangan ketika aku mendapat kemenangan pertamaku..
Kenangan ketika Nita ikut menonton pertandingan antar fakultas..
SHIT.. aku baru ingat.. Nita masih di RS*S.. dan dokter keparat itu masih berkeliaran!
Pak! Penjahat itu ada di RS*S Pak!
Antar saya ke RS*S! SEKARANG!
Petugas paramedis yang berjaga disampingku terlihat bingung, tapi untungnya dia bergerak cepat dengan memberitahu supir yang membawa kami untuk mengambil jalan layang Surapati,
Ditengah perjalanan aku sempatkan menelepon Teh Indri untuk memberitahu teman polisinya kalo Dokter Leo ada di RS*S,.
Kami mengambil jalan keluar di dekat perempatan cipaganti dan melaju menembus dua lampu merah sebelum akhirnya tiba di depan IGD RS*S!
Aku berusaha bangun tapi ditahan oleh paramedis itu, lagipula kondisiku tidak memungkinkan untuk melompat dari ambulans itu dan berlari mencari Nita! Aku menatap Gaban dengan pandangan putus asa.. hanya membutuhkan sepersekian detik untuk Gaban menafsirkan arti pandanganku itu!
Tenang Bang.. gue yang tanggung jawab kalo Teh Nita ampe kegores!
Raksasa baik hati itu kini kembali memasang wajah seramnya..
Aku sendiri mungkin berpikir dua kali kalo sampai membuat marah Gaban di kemudian hari..
Dia melompat keluar dari belakang ambulans dan mengagetkan perawat yang akan membuka pintu belakang itu dari luar.
Tubuhnya yang besar itu berlari ke arah ruangan IGD dan menabrak beberapa orang yang ada di sekitar ruang tunggu itu!
Aku dipapah oleh dua orang perawat ke sebuah tempat tidur beroda dan langsung melarikan aku ke ruang IGD tepat di belakang Gaban yang dengan gilanya mendorong seorang polisi yang berjaga di depan pintu!
Polisi yang terjengkang itu langsung bangkit secepat kilat dan sepertinya dia menyiapkan senjatanya!
Paaak! Jangan ditembak itu teman saya! Ada dokter palsu didalam situ Pak!
Untungnya polisi itu tidak tuli dan sempat mendengarkan teriakanku!
Setelah mendengar sekilas info dariku tadi, justru sikap tubuhnya berubah drastis!
Yang tadinya terburu nafsu karena didorong oleh Gaban, kali ini dia malah mengintip dari celah pintu dorong itu dan menghubungi rekannya via HT yang tersangkut di pinggangnya.
Dari dalam ruangan IGD itu terdengar suara teriakan Nita! Jantungku makin berdegup kencang saat mendengar suara gaduh dari dalam ruangan itu!
Dengan hati hati polisi muda itu membuka pintu itu dengan perlahan..
jangan bergerak! Menjauh dari wanita itu!
Aku yang masih terbaring di ranjang dorong itu memaksa badanku bergerak, alhasil aku terjatuh di lantai marmer itu dengan cukup keras!
Tapi itu tidak menghalangiku untuk menyeret tubuhku ke arah pintu dorong itu!
Aku membuka pintu itu dan dialam aku melihat Gaban, Rendi dan beberapa anak anak yang lain berdiri di salah satu sudut ruangan dengan ekspresi tegang di wajah mereka, polisi muda itu masih mengarahkan moncong senjatanya ke arah Dokter Bangsat yang sebenarnya sudah terkepung itu.
Dia tampak sedang memeluk Nita dari belakang sambil mengalungkan tangannya yang memegang sebilah pisau kecil yang mengkilat di leher Nita!
Jangan ada yang mendekat! Atau pisau bedah ini bakal menembus leher mulus ini!
Tidak ada satupun yang bergerak ataupun bersuara..
Letakkan senjata anda di lantai pak! Saya tidak berani menjamin refleks tangan saya apabila anda nekat menembak saya! Cepat!
Dengan perlahan polisi itu meletakkan senjatanya di lantai..
Aku yang hanya bisa melihat itu semua dari posisiku yang terduduk di lantai sekali lagi merasa seperti pesakitan yang sama sekali tidak bisa melindungi wanita yang paling kusayang itu!
Tiba-tiba kami semua yang ada disitu menyaksikan sebuah peristiwa yang tidak akan pernah bisa dihilangkan dari ingatan kami! Semuanya terjadi begitu cepat! Aku seperti melihat sebuah adegan dari film yang terasa surreal!
Dokter cabul itu melihat sekilas ke arah lantai dimana pistol dari sang polisi muda tergeletak.. aku sendiri dan pastinya setiap orang yang ada diruangan itu reflek melihat ke arah pistol dilantai itu, tapi tidak dengan Nita! Dia melihat celah itu dan sepersekian detik kemudian gigi-gigi mungilnya sudah menancap dalam di lengan Dokter Cabul itu!
AAAARGGGHH! Anjing dasar Pela
Sang Dokter yang kesakitan itu sedikit melonggarkan pelukannya pada Nita yang dimanfaatkan Nita untuk segera melepaskan diri, sayangnya belum sempat dia melompat, Bajingan itu masih sempat mengayunkan lengannya yang berdarah itu! Dan sekejap kemudian pisau itu telah menancap di punggung bagian atas dari calon istriku!
AAAAAKKKHH! KIIII!
Nita langsung menghambur ke arahku masih dengan pisau bedah yang menancap di dekat tulang belikatnya, dia memelukku erat dan masih sempat-sempatnya berbisik ke telingaku..
I got you now Ki.. Ga akan gue lepasin lagi sekarang..
Kepalanya terjatuh lemas di pundakku, aku mengangkat kepalaku untuk melihat bajingan yang berani-beraninya melukai Nita!
Tapi saat aku mendongakkan kepalaku..
Aku sudah melihat tumpukan manusia yang berjejalan diatas tubuh tak berdaya sang dokter yang sekarang meringkuk kesakitan di lantai itu!
Gaban bahkan memberikan satu bogem mentah yang telak mengenai hidungnya yang sekarang sudah tidak jelas lagi bentuknya itu
BAN.. Stop Ban.. Ren.. udah Ren.. BAAAN! STOOOOPPP!
Aku mendengar suaraku sendiri tanpa kuperintah berteriak berusaha menghentikan penyiksaan itu!
DOR!
Kami semua terkejut mendengar suara letusan senjata itu..
Ternyata polisi muda tadi yang menembakkan senjata sebagai tembakan peringatan, tanpa disuruh lagi anak-anak PHP menjauh dari tubuh sang dokter yang sudah gemetar di lantai itu..
Polisi muda itu mengambil borgol yang tersampir di pinggangnya dan membalikkan badan dokter itu sehingga di tengkurap di lantai, dia memborgol kedua tangan bajingan itu dan membawanya keluar dari ruangan IGD.. seketika itu perawat yang mungkin sedari tadi ada di luar langsung berhamburan masuk dan membawa aku dan Nita untuk mendapatkan perawatan.
Nita dibawa dengan ranjang dorongnya dengan posisi tertelungkup karena lukanya yang ada di punggung itu, aku pun kembali dinaikkan ke ranjang dorong itu dan segera dilarikan ke bangsal lain untuk mendapat perawatan.
Mataku tidak lepas memandang Nita yang masih pingsan.. Dua orang dokter masuk keruangan kami dan segera bekerja dengan cekatan..
Masker oksigen dipasangkan di wajahku, kepalaku terasa makin ringan dan mataku kian berat..
****
Aku terbangun di sebuah ruangan dengan tirai berwarna hijau yang mengeliingi tempat tidurku..
Hmm ternyata aku masih dirumah sakit.. Tanganku berusaha menggapai tirai disebelah kananku..
SREEEEKK!
Aku melihat Nita yang terbaring di sebelahku.. Sedang tersenyum manis kearahku..
Rupanya kami ditempatkan disatu ruangan.. Aku membalas senyumnya dengan kikuk
Ma.. maaf Nit.. kamu jadi terluka gitu gara-gara aku..
Bibirnya yang tadi tersenyum manis berubah jadi mengerucut mendengar permintaan maafku..
Ko minta maaf sih! Gue kan dah bilang! Gue ga akan ngelepasin lo ikiiiii!
Lagian gapapa ko, keren tau ada bekas luka gini! Hihihi!
Kali ini giliran aku yang cemberut mendengar panggilan masa kecilku itu!
Saat aku akan protes pada Nita, tiba-tiba..
SRREEEEEK!
SURPRIIIIIIISE!
Seluruh tirai hijau itu terbuka dan ternyata Teh Indri.. Teh Rani.. Kak Kezia dan Mbak Mirna juga ada disitu.. bahkan Dedi juga ada meskipun dia duduk di kursi roda dan masih terlihat lemas..
Last but not least tentu saja PHP Gank!
Nita yang tampaknya sudah mengetahui kehadiran mereka lebih dahulu cekikikan melihat tampang bengongku! Huh!
Makasih yah Ki.. udah mau susah payah nyariin aku..
Ternyata aku salah menilai diri kamu.. I OWE YOU BIG TIME Ki.. muuuaachh!
Satu kecupan basah dari Teh Rani mendarat di pipiku ..
Aku yang kaget sempat melirik ke arah Nita, tapi tampaknya dia tidak merasa terganggu..
Teteh juga makasih Ki.. kalo bukan karena kamu yang mengkoordinasi Dedi sama temen-temen kos kamu ngejagain Teteh, mungkin Teteh sudah aaah! Pokoknya makasih ya sayaaang! Mmmmuuuaachh!
Satu lagi kecupan basah mendarat.. aku merasa seperti di awang awang! Hehehe!
Terdengar suara Gaban dari arah kelopok PHP yang berdiri di ujung ranjangku,
TEH! GA ADIL! Masa Bang Riki doang yang dapet ciuman! Kita kan juga mauuu!
….
“HAHAHAHAHAHA!”
Ruangan itupun ramai dengan tawa kami semua
End of
The End of The Pervert Doctor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar