Cerita Plus Plus

Cerita Seks dan 17 Plus Plus Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Ngentot Pengalaman ML Pengalaman Sex Pengalaman Seks Meniduri Pembantu

window.open('http://graizoah.com/afu.php?zoneid=3334601')

Rabu, 28 Oktober 2015

The Story Of Adri: Life, Love, And Tear – Part 7

CHAPTER 3
BONUS SCENE
Adriku Malang
DI hari Selasa itu sekitar pukul 10.00 aku sudah tiba di kampus, entah kenapa aku semangat sekali ingin ke kampus. Tapi semangatku langsung hilang. Henri menghampirku yang baru saja turun dari mobil.
Gila, playgirl banget lo, baru putus sama gw udah jalan sama cowo lain.
Apa sih lo, ikut campur aja, mau gw jalan sama siapa itu bukan urusan lo.
Jelas masih urusan gw lah, lo kan cewe gw.
Udah gw bilang jangan ngaku-ngaku lagi.
Oke gw gak akan masalahin ini lagi, tapi gw akan kasih pelajaran ke tuh orang dulu sebelum dia bisa dengan seenaknya deketin lo.
Lo jangan gila lah, pintaku aku mulai menitikan air mata.
Ya kita liat aja nanti.
Henri berjalan meninggalkanku, aku berusaha mengontak Adri, untuk menanyai keberadaannya dimana, dia dalam bahaya, aku cukup khawatir.
Ternyata Adri sudah tiba dikampus tidak berselang lama setelah Mery tiba, Adri berpapasan dengan gerombolan itu. Adri tidak tahu jika Mery sudah dikampus.
Dri, dimana, ke kampus cepetan, gw mau ketemu nih.
Dri, udah di kampus belom?
Aku mencoba menghubunginya, baik chat maupun telepon, aku menghubungi Via dan Deri untuk meminta no kontak teman dekatnya Adri. Aku hubungi mereka semua, tapi ternyata
mereka tidak bersama Adri.
Aku terus mencoba menghubungi Adri.
Dri, kalo udah di kampus kabarin, temuin gw cepet ya.
Aku semakin panik, Henri tidak mungkin hanya menggertak, pasti dia serius. Aku tau dia orangnya seperti apa.
Adri keluar dari ruang dosennya dan berjalan menuju ke perpustakaan pusat, dia tidak memegang hpnya, hpnya masih berada di sakunya. Adri cuek dengan segala notifikasi yang masuk, dia terus berjalan ke perpustakaan, hingga akhirnya terjadi kejadian itu.
Aku terus berusaha menghubunginnya, tetapi tidak ada respon apapun.
Ya Tuhan kemana orang ini, tidak bisa dihubungin.
Akhirnya teman-temanku sudah datang, Via datang bersama Rendi, aku menceritakan apa yang terjadi tadi ketika Henri menemuiku tadi. Tidak lama kemudian Mamed datang,
Kenapa dah ini? Heboh amat, Adri mana?
Gak tau Med, Adri di kontak Mery gak bisa tuh, kata Rendi.
Lah itu mobilnya ada, siapa lagi yang pake mobil itu selain Adri, ujar Mamed.
Nyokapnya kali, nyokapnya Adri dosen pembimbing gw, kata Mery.
Whatttt nyokapnya dosen? Rendi kaget.
Iya, Ren, wakil rektor juga kok, sambung Mery.
Coba gw cek ke ruangan nyokapnya kali ya, Mery menawarkan diri.
Nah boleh tuh Mer, kita cek dulu ke sana, timpal Via.
Mery dan Via menuju ruang dosen Ekonomi, ternyata Bu Rini tidak ada ditempat. Mery kembali ke kantin menemui Mamed dan Rendi.
Ke apart gw dulu yuk, sembari nungguin Adri respon kita.
Akhrinya kamipun ke apartemenku dengan menumpang mobilku. Sesampainya di apartmen aku berusaha terus menghubungi Adri, tetap tidak ada jawaban dan balasan chat sama sekali, sekitar jam 1 siang aku mendapat chat dari Henri.
Khawatir banget ya sayang, sama selingkuhannya
Kemudian Henri mengirimkan gambar yang menunjukkan halaman depan hp Adri yang dipenuhi chat dan panggilan tidak terjawab dariku.
Udah gw abisin dia tadi, gak tau deh gw nasibnya dia gimana.
Aku menjatuhkan hpku, tangisku meledak. Mereka semua kaget, Via berusaha menenangkanku, Mamed memberikan hpku ke Via, Via membaca chat dari Henri dan dia turut kesal juga. Gila Henri, nekat banget.
Aku terus menangis, sambil memeluk Via. Mamed dan Rendi berusaha menenangkanku. 2 jam sudah aku menangis, hingga akhirnya handphoneku berbunyi, terlihat panggilan masuk dari Henri, aku biarkan saja, hingga ada pesan masuk,
Tolong angkat Mer, maksud gw telepon lo baik, sumpah gw.
Akhirnya ada telepon masuk lagi dan aku angkat, aku loudspeaker panggilan tersebut.
Mer, gw mau balikin hp temen lo nih, gw janji gw gak akan gangguin lo lagi, sumpah gw janji.
Oke, lo tunggu gw di gerbang depan, gw muter lagi ke arah kampus ini.
Gw samperin lo aja ya.
Udah lo tunggu disitu aja.
Kamipun bergegas untuk kembali menuju kampus, sesampainya di depan gerbang kampus, aku menemui Henri dan meminta hpnya Adri untuk segera diserahkan. Henri menyerahkan
HP Adri, setelah itu aku menendang titit Henri dan dia tersungkur kesakitan. Aku kembali ke mobil dan menuju fakultas lagi. Saat baru parkir, handphone Mamed berbunyi, Siapa nih telpon? tanya Mamed.
Ternyata Adri menelpon Mamed, aku ingin sekali berbicara kepada Adri. Mamed seperti pura-pura tidak tahu dan Adripun membohongi Mamed.
Adri, yang telpon, katanya pergi sama anak UKM, mobilnya di kampus, ujar Mamed.
Adri bohongggg, Adri pasti diapa-apain sama Henri, dia gak ngaku, bentakku.
Mer sabar Mer, berdoa yang terbaik aja, Via berusaha menenangkanku.
Telpon balik Med, please, pintaku.
Mamed mencoba menelepon balik, tetapi HP Adri yang sudah tidak aktif lagi.
HPnya Adri gw aja yang bawa ya, nanti gw yang anterin ke rumahnya, ucapku.
Hmm yaudah, tapi dia tadi minta tolong buat hpnya dimatiin aja, perintah Mamed.
Mereka turun dari mobilku dan aku pamit untuk pulang. Sepanjang perjalanan pulang, perasaanku masih terasa campur aduk, antara sedih dan kesal. Aku memutuskan untuk mengembalikan HP Adri besok saja, tidak hari ini. HPnya yang sudah aku matikan dan boneka pemberiannya aku letakkan kursi sebelahku.
Akhrinya aku sampai dirumah, aku menuju ke kamarku dan langsung merebahkan badan di kasur.
Aku teringat akan HP Adri, aku iseng menyalakan HP Adri. Setelah menyala HP Adri langsung terus menerus berbunyi, semua notifikasi messenger dan sms masuk ke hpnya, perlahan-lahan aku lihat dari siapa saja pesannya. Sayang hpnya Adri di password sehingga aku tidak bisa membuka handphonenya. Ada banyak pesan dariku, dari Ibunya, dari wanita-wanita lain yang mungkin menggoda Adri, tapi ada satu nama yang terlihat cukup akrab dengan Adri. Yaitu Sarah, chat yang dikirimkan tidak seperti wanita-wanita yang lain. Mereka akrab sekali. Siapa wanita ini? tanyaku pada diri sendiri. Adri sudah punya pacar? Atau siapa dia?
Saat aku masih menerka-nerka tiba-tiba HP Adri berbunyi, panggilan masuk dari Sarah. Aku langsung reject dan mematikan kembali HP Adri.
Keesokan harinya aku bersiap berangkat ke kampus, badanku terasa tidak enak sekali, malas untuk beraktifitas. Berhubung aku sudah janji dengan Bu Rini aku paksakan untuk ke kampus. Sebelum ke kampus aku mampir ke rumah Adri untuk mengantarkan Hpnya, aku hanya menitipkan Hpnya kepada asisten rumah tangganya.
Setelah dari rumahnya aku menuju kampus untuk bimbingan kepada Bu Rini, yang tidak lain adalah Ibunya Adri. Sampai di kampus aku langsung menuju ruangan Bu Rini.
Silahkan masuk Nak, sapa Bu Rini ramah.
Abis nangis kamu, Mer? Sembab banget matanya, tanya Bu Rini.
Abis begadang ini Bu, hehe, jawabku.
Akhirnya, aku selesai bimbingan, sebelum pamit aku menanyai Adri, Adri, sehat Bu? tanyaku.
Iya sehat kok dia, lagi ke luar kota sama Ayahnya.
Pergi terus ya Bu, Mas Adri.
Ya gitu deh, Nak.
Oke deh Bu, saya pamit ya.
Aku keluar dari ruangan Bu Rini dan cukup heran, dengan pernyataannya, Apa benar Adri ke luar kota? Atau Bu Rini juga menyembunyikan masalah Adri.
Setelah bimbingan aku memutuskan pulang, aku merasa tidak enak badanku semakin menjadi. Setibanya di rumah, aku merasa pusing, mual dan aku muntah-muntah. Ibuku mengantar aku ke rumah sakit dan aku dinyatakan terkena gejala tipes dan ada gangguan pada lambungku. Dokter memutuskan aku untuk di rawat di rumah sakit saja.
3 hari sudah aku dirawat di rumah sakit. Aku masih belum bisa menghubungi Adri, begitupun dengan Adri tidak mengabariku. Teman-temanku bergantian datang menjenguk. Aku memberi kabar Bu Rini, bahwa aku sedang sakit, Maaf Bu, saya tidak bisa bimbingan besok lusa, karena saya sedang di opname.
Bu Rini membalas dengan ramah, Lekas sembuh, Nak, jangan terlalu stress dengan skripsinya, makannya dijaga.
Akhirnya dokter bilang esok aku bisa pulang. Akhirnya aku akan segera pulang, berjumpa lagi dengan kamarku. Tapi Adri kemana? Aku sangat khawatir. Benar dia hilang karena ulahnya Henri atau benar dia sedang ikut ayahnya keluar kota?


CHAPTER 3
PART 3
Lagi-lagi
Sudah tidak terasa aku hampir seminggu istirahat di rumah dengan di rawat oleh teman ayahku yang seorang dokter. Semua orang rumah menyembunyikan keberadaanku dengan
bilang aku sedang ke luar kota. Aku hanya berdiam diri di kamar. Mama menolak bimbingan untuk mahasiswanya di rumah dan Mama berkata bahwa Mery sempet menanyai aku, tapi Mama juga bilang jika aku sedang ikut ke luar kota bersama ayahku, jadi sangat sulit dihubungi. Hpku sudah dikembalikan ke rumah, kata Bi Yuti yang mengantarkannya sepasang cowo dan cewe, Paling Mamed sama Ipeh, kalo gak Rendi sama Via. Ah aku sudah tidak peduli jika banyak hal yang harus ditutupi ke aku atau bagaimanapun, aku hanya berpikir aku akan balas dendam kepada Henri dan rekan-rekannya.
Sabtu pagi ini aku bangun pagi, aku berjalan ke arah cermin, sudah hampir tidak ada bekas memar yang tersisa, wajahku juga sudah terlihat segar. Aku keluar kamar dan ke arah ruang makan, ternyata ada lontong sayur kesukaanku, aku makan dengan lahap, karena baru ini nafsu makanku sudah pulih kembali. Rumahku sepi, orang tuaku dan adikku pergi ke sekolah untuk rapat orang tua murid. Setelah makan aku kembali ke kamarku, ah sial, laptopku rusak gak bisa main game, mau ngenet juga gak bisa. Aku nyalakan handphoneku yang sudah hampir seminggu ini aku matikan. Aku bosan tidak ada aktifitas, akhirnya aku memutuskan untuk renang di kolam renang belakang rumah, ukurannya tidak terlalu besar tapi nuansa asrinya bisa membuatku jauh lebih segar pasti.
Aku mencari celana renangku di lemari, setelah menemukannya aku memakainya, aku melihat di depan cermin, tampak penisku menonjol, otakku jadi kacau, aku elus-elus penisku dari luar. Aku mendesah enak, aku mengurungkan niatku untuk masturbasi, aku ambil jubah mandiku dan aku menuju kolam renang. Aku nyemplung ke kolam renang, beberapa menit berenang, nafasku tersengal-sengal. Aku naik ke atas lagi untuk beristirahat sejenak, aku duduk di kursi berjemur dan merebahkan diri. Tidak berapa lama aku mendengar suara hak sepatu yang berjalan ke arahku, Sarah rupanya datang ke rumahku, dengan mengenakan higheels, hotpants putih dan tank top pink saja.
Ah gak asik lo, Dri, mau gw kagetin padahal tadi.
Jangan lah ntar gw jantungan Sar.
Sarah duduk di kursi sebelah.
Lo kemana aja sih Dri, ngilang gak bantuin gw pindahan ke apart juga.
Haha, sory HP gw kapan hari jatoh tuh, nah terus gw di ajak pergi sama bokap ke luar kota yaudah gw ikut aja, tapi sekarang sih Hpnya dah balik, dibalikin sama yang nemu, aku
bercerita kepada Sarah.
Weh gila baik bener tuh orang mau balikin.
Yah syukur banget dah masih ada orang baik, meski langka.
Aku bangun dari rebahanku dan bersiap untuk renang lagi, saat bangun aku menggoda Sarah,
Lo pagi-pagi gini bajunya udah seksi amat, bikin orang sange kan.
Sialan lo, lo kali yang sange ngeliat gw.
Aku tertawa dan langsung terjun ke kolam renang. Aku kembali berenang dan ku lihat Sarah duduk di tepian kolam, aku hampiri dia,
Sini turun lah Sar, daripada bengong, gw tarik ya.
Haha, baju ganti gw di mobil, tapi males renang gw.
Nah tuh kan lo ada baju ganti, aku langsung tarik Sarah ke kolam renang.
Byurrrrr, Sarah akhirnya jatuh ke kolam renang
Adri kampret loo, iseng banget, kesal Sarah,
Haha, mangnya enak lo Sar, ledekku.
Sarah mengejarku di kolam renang, aku berhasil kabur. Sarah tampak kesal gagal mengejarku, aku menyergapnya dari belakang. Aku sekarang di gendong oleh Sarah.
Adri, berat
Sarah kemudian menjatuhkan badannya ke belakang dan aku tenggelam, aku tarik tangan Sarah dia jadi ikut tenggelam juga. Sarah berbalik badan ke arahku, kemudian kita berusaha bangun lagi.
Dri, gila lo ya, abis napas gw, kalo gw pingsan gimana?
Ya gw kasih napas buatan lah kalo lo pingsan, ni kayak gini ni aku langsung mencium bibir Sarah.
Sarah membalas ciumanku, aku rapatkan badanku ke arah Sarah, aku pegang pantatnya dia yang cukup padat. Kami berciuman di tengah kolam renang. Ah nikmat sekali, ciuman di
kolam renang.
Sarah kali ini memegang kendali ciuman, nafsu banget nih cewe, dalam hatiku. Aku mulai mengimbangi kendali permainannya, aku sisipkan tanganku dari tanktopnya aku berusaha membuka kait bra yang dia pakai. Takk, kait branya bisa aku lepas. Aku mencoba gendong Sarah untuk menyenderkan di tepian kolam, tidak terlalu berat menggendong tubuhnya. Sarah tidak melepas ciumannya. Sarah sudah aku senderkan di tepian kolam, kali ini aku yang mengendalikan. Aku lepaskan ciuman dari bibirnya dan mengalihkan ciuman ke lehernya.
Rambut Sarah yang basah kuyup membuatnya tambah sensual, nafsuku semakin meninggi. Aku menenggelamkan kepalaku kembali, aku berusaha melepas kait hotpants Sarah. Aku kembali lagi ke permukaan, aku merapatkan penisku ke arah Sarah dan menggesekkan ke vaginanya yang masih terbungkus celana dalamnya. Sarah menyisipkan tangannya ke arah belakangku, dia meremas-remas pantatku, dan sesekali mencoba menusukkan jarinya ke anusku. Ahhh, Sar geli, desahku.
Sarah memegang penisku dari dalam, dia mengocoknya dengan perlahan.
Sar, kocokan lo enak banget.
Aku pun akhirnya berusaha menyerang balik Sarah, aku masukkan tanganku di balik celana dalamnya, aku bisa merasakan lembutnya bulu kemaluannya Sarah. Aku mencoba menggesekkan jariku di sekitar lubang vaginanya, satu jariku berusaha masuk perlahan-lahan. Slebb, jari telunjukku masuk ke dalam vaginanya Sarah diiringi desahan Sarah, Ahhh. Perlahan-lahan aku kocok vaginanya, suara kecipak air terdengar seirama dengan desahan Sarah.
Ahhh, fakkk Dri, gw mau ngentot sama lo.
Dri, kocokannya cepet, dua jari Dri, plis.
Sarah semakin bernafsu, aku percepat kocokan jariku. Sarah merangkul leherku, aku lihat mukanya menahan nikmat dan matanya terpejam tidak kuasa menahan nikmati birahi ini.
Dri, dri. Ucap Sarah sambil menjambak rambutku.
Gw mau nyampe, cepetin kocoknya Dri.
Dri, ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh. Rambutku dijambak kuat olehnya, dia menengadahkan kepalanya ke tepian kolam renang.
Entah setan apa yang hinggap dikepalaku, aku turunkan sedikit celana dalamku, lalu ku turunkan juga hotpant dan celana dalamnya Sarah. Aku dorong Sarah sampai benar-benar menempel di dinding kolam, tanganku di dalam air memegang penisku dan mengarahkan ke vagina Sarah. Aku gesekkan penisku di vaginanya. Dan aku perlahan-lahan mencari lubang vaginanya, setelah dapat aku dorong sedikit badanku dan sleb penisku masuk ke dalam vagina Sarah tanpa kondom.
Ah, Sar memek lo jepit banget.
Sarah tidak memberikan perlawanan atau menolak apa yang aku lakukan. Aku berusaha menggerakan badanku maju dan mundur.
Ahh.
Dri nikmat banget kontol lo, lo mau muasin gw terus-terusan kan?
Ah, iya Sar gw bakalan puasin lo terus kalo urusan ngentot.
Sarah langsung menyambar bibirku.
Sudah sekitar beberapa menit kita ngentot di dalam air.
Sar, lanjutin di atas aja yuk.
Di gazebo situ aja Dri, kan sepi ini.
Akhirnya kami pun beranjak dari kolam renang dan menuju gazebo. Gazebo belakang rumahku terletak di tempat yang paling pojok belakang, biasanya digunakan oleh Ibuku meditasi atau yoga, aku juga suka ke sini untuk sekedar bermain gitar.
Sarah berjalan di depanku, ah seksi sekali lekuk tubuhnya. Sarah ingin mencoba naik gazebo, tapi aku tahan, Sar gini aja, lo nungging. Sarah kemudian menungging, aku tarik seluruh celananya sehingga dia hanya tinggal menggunakan tanktop, aku juga melepas celana dalamku. Aku arahkan penisku dari belakang, untuk mengampiri vaginanya. Ahh, penisku bisa juga masuk ke vagina Sarah. Aku maju mundurkan badanku, aku terus singkapkan ke atas tanktopnya, terlihat branya menggantung tanpa terkait, aku remas-remas payudara Sarah dari belakang, sambil aku terus menyodok vaginanya.
Ohhh god,, nice baby.
Sarah terus menerus menceracau tidak jelas.
Ah terus, terus Dri terus.
Sarah menghentikan goyangannya dan dia menaikkan kedua lututnya ke gazebo sekarang.
Gila lo kuat bang…ett.. Gw keluar lagi.
Lo juga memeknya jepit banget, untung gw bisa tahan-tahan gak keluar.
Sarah merebahkan dirinya di gazebo, aku mengambil posisi disamping Sarah.
Sar, gw masukin dari samping ya.
Ah suka-suka lo mau apain gw, enak banget ngentot sama lo.
Aku mulai mengarahkan penisku ke arah vaginanya, aku angkat kaki Sarah, agar lebih mudah masuknya, penisku mulai masuk vaginanya. Perlahan-lahan aku genjot vaginanya,
pinggulku benar-benar diuji kemampuannya untuk bisa melakukan penetrasi yang dalam. Penisku keluar masuk vaginanya sesekali aku dorong sampai ke dalam. Aku mulai memainkan klitoris Sarah dengan jariku. Sarah menjadi berdesah tidak karuan. Mulut Sarah aku tutup dengan bibirku agak suaranya dapat teredam dan digantikan oleh suara adu bibir kita. Aku mencoba menghisap payudaranya ternyata agak sulit dengan posisi seperti ini. Aku mainkan terus klitoris Sarah.
Adri, bangsatttt lo, geli gw, pengen meledak gw.
Keluarin Sar, jangan lo tahan.
Ah iya, Dri, yang dalem lagi lo masukin kontol lo.
Dri, gw sam..pee..eeeee
Lo jadi cowok kuat banget Dri.
Kalo lagi kuat bisa kuat Sar, tapi kalo lagi loyo 5 menit gw juga bisa muncrat langsung.
Haha, terus lo sekarang masih lama nih keluarnya, gw udah berapa kali keluar ini, becek banget.
Lo di atas gw deh sekarang lo, keluarin jurus koboi lo kayak waktu di mobil
Sarah langsung beranjak dan naik di atasku, penisku tidak susah untuk masuk ke vaginanya. Sarah langsung beraksi dengan jurus koboi andalannya.
Sar gw gak kuat kalo lo giniin terus, bisa keluar gw, rintihku sambil berdesah keenakan.
Ah, Drii, enak banget ini.., uhhh ahhhh.
Dri, gw mau sampe lagi ini.
Driii, gw sampe lagiii ahhh. Sarah orgasme lagi untuk kesekian kalinya, dia merebahkan badannya di dadaku.
Tanpa memberinya waktu, aku langsung membalik badannya dan kali ini dia dibawah. Aku langsung menyerang vaginanya dengan speed kencang dan akhirnya aku merasakan ingin ejakulasi.
Ahhhh, Sar gw udah mau nyam.peee..
Sar, gw, belum selesai omonganku, aku cabut penisku dari vagina Sarah karena aku sudah tidak kuat dan spermaku muncrat begitu saja di sekitar vaginanya setelah aku cabut.
Untung gw sadar kalo gak pake kondom, bisa berabe urusannya kalo telat angkat, batinku dalam hati.
Aku berbaring di samping Sarah. Sarah terdiam, dia masih merasakan nikmatnya orgasme berkali-kali. Akhirnya aku merasakan ML tanpa kondom juga.
Thanks Sar, lo kasih semuanya buat gw, tapi gw gak kasih semua yang gw punya buat lo, pikirku dalam hati.
Aku tak sengaja memberimu harapan
Padamu ku tulus bukan untuk cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar