The Last Dance
“HUAAAAAA! Di.. diiiingiiiin!”
Aku yang masih senyum-senyum sendiri saat menciduk air dari bak mandi langsung mendadak terkena serangan hipotermia!
Well, okay fine.. Mungkin kedengerannya agak lebay, but seriously aku sama sekali tidak menyangka bakal sedingin ini airnya!
Jari-jariku langsung keriput dan memutih tanda protes dengan suhu air yang menyentuh tanpa ampun, aku langsung cepat cepat menyabuni diriku dan tidak lupa si otong yang tampak sedikit menciut kedinginan, hehehe.
“Huaachiiim! Srruut!” Aku keluar dari kamar mandi dengan hidung meler dan menggigil sambil memegang handuk, di ruang tengah semuanya kompak terpingkal-pingkal melihat keadaanku yang sudah mirip mayat hidup ini.. Hiks…
Aku yang masih senyum-senyum sendiri saat menciduk air dari bak mandi langsung mendadak terkena serangan hipotermia!
Well, okay fine.. Mungkin kedengerannya agak lebay, but seriously aku sama sekali tidak menyangka bakal sedingin ini airnya!
Jari-jariku langsung keriput dan memutih tanda protes dengan suhu air yang menyentuh tanpa ampun, aku langsung cepat cepat menyabuni diriku dan tidak lupa si otong yang tampak sedikit menciut kedinginan, hehehe.
“Huaachiiim! Srruut!” Aku keluar dari kamar mandi dengan hidung meler dan menggigil sambil memegang handuk, di ruang tengah semuanya kompak terpingkal-pingkal melihat keadaanku yang sudah mirip mayat hidup ini.. Hiks…
“Gimana airnya Ki? Seger?? Hihihi!” Teh Indri mengambil handuk dari tanganku yang sudah kaku dan melenggang ke belakang rumah, aku duduk di sofa bergabung bersama yang lainnya sambil terus memegangi pipiku yang sepertinya membiru saking dinginnya!
Teh Indri kembali dengan membawa baki berisi tiga cangkir kopi yang aromanya langsung menyergap indera penciumanku, ga pake lama, langsung kuambil satu cangkir dan kugenggam dengan kedua tanganku, berusaha menyerap panas secepat yang kubisa!
Teh Indri kembali dengan membawa baki berisi tiga cangkir kopi yang aromanya langsung menyergap indera penciumanku, ga pake lama, langsung kuambil satu cangkir dan kugenggam dengan kedua tanganku, berusaha menyerap panas secepat yang kubisa!
“Srruuuupph! Hmm.. Dah lama ga minum kopi buatan eneng bu, hmm…” Pandangan lelaki paruh baya itu seperti menerawang jauh.. Entah apa yang dipikirkannya.. Yang pasti sebelum otakku sempat memproses sebuah kalimat yang baik dan benar, mulut kurang ajarku sudah beraksi duluan!
“Istri idaman banget ya Pak! Hehehe!”
Semua mata memandang ke arahku.. Bahkan Laras yang tadinya fokus ke layar televisi langsung berbalik memandang ke arah Oom Iki..
“Bisaan kamu Ki, dasar tukang gombal! Huuu!”
Untunglah Teh Indri menyelamatkanku dari situasi awkward tadi, dia langsung mengganti topik lain, sedangkan aku sendiri sibuk mengutuki refleks luar biasa dari mulutku tadi..
Aku yang kurang paham dengan topik bahasan seputar nostalgia Teh Indri dan kedua orangtuanya, permisi untuk duduk-duduk diteras, aku keluar dan mengambil tempat di sebuah tempat duduk panjang dari kayu, kuhirup dalam-dalam udara segar pedesaan sambil menyeruput kopi hitam buatan teteh seksi hehehe!
Hmm… Damainya..
Ga berisik.. Sejuk.. Suara kodok dan jangkrik bersahut-sahutan membentuk satu paduan suara unik..
“Demen banget gue kalo tiap hari bisa gini…” Tanpa kusadari aku berbicara sendiri..
“Istri idaman banget ya Pak! Hehehe!”
Semua mata memandang ke arahku.. Bahkan Laras yang tadinya fokus ke layar televisi langsung berbalik memandang ke arah Oom Iki..
“Bisaan kamu Ki, dasar tukang gombal! Huuu!”
Untunglah Teh Indri menyelamatkanku dari situasi awkward tadi, dia langsung mengganti topik lain, sedangkan aku sendiri sibuk mengutuki refleks luar biasa dari mulutku tadi..
Aku yang kurang paham dengan topik bahasan seputar nostalgia Teh Indri dan kedua orangtuanya, permisi untuk duduk-duduk diteras, aku keluar dan mengambil tempat di sebuah tempat duduk panjang dari kayu, kuhirup dalam-dalam udara segar pedesaan sambil menyeruput kopi hitam buatan teteh seksi hehehe!
Hmm… Damainya..
Ga berisik.. Sejuk.. Suara kodok dan jangkrik bersahut-sahutan membentuk satu paduan suara unik..
“Demen banget gue kalo tiap hari bisa gini…” Tanpa kusadari aku berbicara sendiri..
“Hayo! Sendirian malem-malem gini tar kesambet loh! Hihihi!” Aku dikagetkan dengan tepukan lembut di bahuku, ibu dua anak itu duduk disebelahku, wangi tubuhnya membuat kepalaku terasa ringan, seakan seluruh sel dan saraf di tubuhku sedang demo besar-besaran menuntut tindakan konkrit dari aku! Shit..
“Eh.. Teteh.. Emang aku ngomong sendiri ya? Hehehe!” Sisi konyol dan garing diriku selalu muncul disaat-saat genting seperti ini! Hadeeh…
Dia merapatkan posisi duduk ke arahku, ditariknya lenganku yang kaku ke arah dada kenyal miliknya. Kekakuan di lenganku menjalar ke seluruh tubuhku!
Wangi rambutnya seakan menyihirku untuk terdiam membisu..
Teh Indri bersandar ke bahuku, kepalanya sedikit menyentuh leherku dan mengirim aliran listrik yang langsung menyerang Jendral Otong yang latah ikut-ikutan kaku! Huh..
Wangi rambutnya seakan menyihirku untuk terdiam membisu..
Teh Indri bersandar ke bahuku, kepalanya sedikit menyentuh leherku dan mengirim aliran listrik yang langsung menyerang Jendral Otong yang latah ikut-ikutan kaku! Huh..
“Teh.. Ga enak sama orang rumah kalo ada yang liat..”
Bukan gueeh yang ngomong ituuuh tooong bukan gueeeeh!
Ngapain juga gue buang kesempatan kek gini! Huahahaha!
Bukan gueeh yang ngomong ituuuh tooong bukan gueeeeh!
Ngapain juga gue buang kesempatan kek gini! Huahahaha!
Shit.. Aku seperti kehilangan skillku dalam hal seperti ini!
“Emang ada yang salah Ki?? Kamu dah punya istri belom?”
Aku menggeleng pelan..
“Teteh punya suami ga?”
Kembali aku menggeleng pelan..
Aku menggeleng pelan..
“Teteh punya suami ga?”
Kembali aku menggeleng pelan..
“So please be my lover Ki.. Walaupun cuma bentar at least biarin Teteh jadi milik kamu Ki.. Please??”
Entah siapa yang memulai dulu, yang kurasakan selanjutnya hanya betapa lembutnya bibir teh Indri menyapu bibirku.. Betapa kenyalnya buah dadanya saat kusentuh dengan telapak tanganku..
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang memakai selop dari dalam rumah, tubuhku yang sempat rileks kembali tegang! Aku langsung menghadap ke depan tanpa berani menoleh ke arah pintu, sedangkan teh Indri dengan cueknya tetap bersandar di bahuku!
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang memakai selop dari dalam rumah, tubuhku yang sempat rileks kembali tegang! Aku langsung menghadap ke depan tanpa berani menoleh ke arah pintu, sedangkan teh Indri dengan cueknya tetap bersandar di bahuku!
“Itu anak-anak udah tidur neng.. Ceunah mau pake mobil, mau kemana kamu teh malam-malam gini?”
Mau beli sarapan buat Laras ama Praapta bah.. kan mereka ga bisa langsung adaptasi ama makanan kita sehari-hari bah.. Eneng ditemenin Riki ko bah, tenang aja..”
WHAAAAT!?? sejak kapan dia memikirkan hal ini…
Haduh pake jual nama gue lagiiiih, teteeeeeh!
Haduh pake jual nama gue lagiiiih, teteeeeeh!
“Kenapa Riki? Ko pucat sekali kamu? Lagi sakit?”
“Eeh.. eerrmm.. Engga bah! Hahaha! Masa si pucet? Yaudah aku panasin dulu bah mobilnya ya? Hehehe!” Aku langsung beranjak dari teras diiringi tawa geli teh Indri! Huuh awas tar teeeh, aku bales!
(To be continued)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar