Cerita Plus Plus

Cerita Seks dan 17 Plus Plus Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Ngentot Pengalaman ML Pengalaman Sex Pengalaman Seks Meniduri Pembantu

window.open('http://graizoah.com/afu.php?zoneid=3334601')

Jumat, 30 Oktober 2015

The PE Teacher – Part 73

The PET Series
Chapter 34
The Showdown
Berita itu datang saat aku (dengan bodohnya) merasa bahwa hari itu akan berlalu dengan aman tanpa ada gangguan apapun.
Aku mengangkat telepon dari Gaban, dengan nada panik Gaban mengatakan bahwa dia sedang di dalam ambulans yang on the way ke rumah sakit membawa Dedi yang terkena luka tusuk!
Berita itu bagai sebuah bogem mentah yang telak menghantamku..
Aku langsung membangunkan Nita yang sebenarnya sudah terlelap di kasur..
Nit.. sorry.. layaknya kita harus ke rumah sakit deh.. Dedi kena tusuk..
Gue ngerasa lo lebih aman kalo ada deket gue Nit, ikut yah??
Nita yang sepertinya belum sepenuhnya ngeh dan masih mengumpulkan nyawa hanya menganggukkan kepalanya. Dia berjalan ke arah lemari dan mengganti piyamanya dengan celan jeans panjang dan kaos oblong, aku cuma tersenyum melihatnya melakukan itu semua dengan mata setengah terpejam, hehe!
Baru ketika kami berada di dalam mobil Japra, Pacarku itu sadar sepenuhnya dan menyadari apa sebenarnya yang sedang terjadi, hadeeeh dasar..
Hah! Jadi ada yang mau nyulik Teh Indri trus nusuk Dedi??? Trus Dedinya gimana??
Nah itu yang mau kita cari tau sekarang Teh.. Okto menimpali dari depan, dia juga ikut menemani Japra yang mengemudikan kendaraan itu, sedangkan aku dan Nita duduk di jok belakang.
Beberapa motor juga ikut menyusul kami ke rumah sakit.
Dalam sekejap ruang tunggu Rumah Sakit Hasan Sadikin yang cukup luas itu diramaikan oleh para penghuni Pondok Hijau Permai, tampaknya kami membangunkan orang orang yang sedang menginap di ruang tunggu itu. Kami menemukan pintu Ruang IGD itu dan segera menuju ke ruangan itu, tapi seorang polisi muda dengan senjata laras panjang yang tersampir di lengannya menghentikan kami tepat di depan pintu.
Okto yang anaknya cukup panasan sempat akan mengatakan sesuatu ke pak polisi itu tapi segera kutahan, aku mengeluarkan hape dari saku celanaku dan segera menelepon Gaban.
Tidak lama kemudian Gaban keluar dari dalam ruangan itu dengan raut wajah yang cukup khawatir, dia segera menghampiri kami dan menjelaskan kalau kami adalah rekan-rekan dari Dedi.
Masih kritis Bang.. sekarang masih ditangani dokternya.. Dedi kehilangan darah lumayan banyak, tapi untung aja paramedis yang ngejemput kita tadi dengan ambulans cukup cekatan jadi dia masih bisa ketolong dan dibawa kemari
Aku sedikit bernafas lega, setidaknya masih ada harapan!
Kami semua akhirnya duduk dalam diam dan gelisah menunggu seseorang yang akan keluar dari ruang IGD itu dan memberitahukan kami kondisi Dedi.
Nita duduk disebelahku dan bersandar ke bahuku, tiba tiba dia mendongak dan menatap mataku dalam dalam..
Ko jadi kaya gini ya Ki.. Jadi ruwet gini.. banyak yang jadi korban karena ke-egoisan kita Ki..
Nita yang biasanya selalu perinag sepertinya sangat terpukul dengan kejadian ini..
Aku sendiri hanya bisa membelai lembut rambutnya sambil menunggu hasil
Tidak lama kemudian , hapeku berbunyi, ada telepon masuk dari sebuah nomor yang tak dikenal.
Halo? Pak Riki?? Saya susah sekali mengubungi anda, saya kira anda sedang berada di kost, saya sendiri sudah di gerbang kos ni Pak..
Ini dengan.. Ini Bang Roy ?? Gimana Bang?? Ada kabar?? Sekarang bisa ke RS*S ga? Saya tunggu deket IGD nya ya Bang!
***
Sekitar setengah jam kemudian, Bang Roy datang, dia menjelaskan tentang sebuah gudang yang terletak di daerah perbukitan Cibiru, Anak-anak kostan yang sudah terlanjur panas langsung berebutan komentar untuk segera menyerbu gudang itu, tapi aku sendiri tidak merasa yakin sekumpulan anak-anak ingusan yang masih hijau dalam dunia kriminal (termasuk aku tentunya..) bisa berhasil menyerbu gudang itu tanpa ada pertumpahan darah.
Kita harus menghubungi yang berwajib dulu Ban.. lo tadi kan di rumah Teteh, siapa yang bertanggung jawab disitu tadi?
Tadi ada lakilaki pake baju preman dikawal dua polisi, dia bilangnya sih Kanitreskrim Polsek situ Bang..
Ooh! Terus ada cewe juga, dia pake seragam, cakep dah! Keknya temen si Teteh deh..
Mendengar hal itu aku segera meminta ijin ke Nita untuk pergi ke rumah Teh Indri, Gaban ingin bergabung begitu juga dengan Rendy dan Japra, tapi aku hanya membawa Gaban saja beserta Bang Roy yang akan menjadi penunjuk jalan nantinya, yang lain lebih baik tinggal dirumah sakit karena lebih aman dari serangan susulan dengan adanya penjagaan dari polisi.
Nita juga sebenarnya ingin ikut tapi aku dengan keras melarangnya, justru dia salah satu sasaran dari Mas Agung dan teman temannya!
Please Nit! Gue ga mau ada korban lebih banyak! Lo lebih aman disini.. tolong jangan balik dulu ke kost atau ke rumah kamu! Ngerti??
Ren, gw minta tolong sekali lagi bro.. kali ini jagain Nita yah.. by the way good job protecting Teh Indri bro.. thanks!
Gaban membawa mobil Toyota itu dengan cukup kencang melintasi jalanan Bandung yang sudah lengang, tidak sampai setengah jam kami sudah sampai di rumah Teh Indri, ada beberapa mobil patroli yang terparkir didepan rumahnya.. Bagus deh kalau dah ada yang jaga, jadi ngerasa lebih aman!
Pintu depan itu terbuka dan aku melihat Teteh kesayanganku itu sedang duduk di sofa disamping seorang polwan yang tidak kalah cantik dari Teh Indri! Seragam kepolisiannya yang cukup ketat itu menampilkan lekuk tubuhnya yang tidak kalah menggoda dibandingkan Teh Indri ataupun Mbak Mirna! Tapi kukesampingkan dulu untuk kali ini rencana mesum yang di bisikkan Jendral Otong!, masih ada yang lebih penting sekarang.
Tiba-tiba pandangan kami bertemu, Teh Indri langsung berlari menghambur memelukku sambil berulangkali menampar wajahku! Duh.. pasti dia marah banget deh
Kenapa kamu baru dateng Ki! Kenaaapaaa! Aku takut banget tadi! Laki-laki itu, Dedi.. dia
Aku langsung memeluknya dan seketika menghentikan racauannya yang pastinya masih efek dari kejadian yang menimpanya barusan.. saat ini aku benar benar merasa useless! I have to do something!
Aku menjauh sedikit dari pelukannya tapi tetap memegang kedua lengan Teh Indri,
Teh.. sekarang aku harus segera nolongin Teh Rani, aku ngobrol bentar dulu yah sama temen Teteh??
Bu, maaf nama saya Riki, Teh Indri ini teman dekat saya, begitu juga dengan Teh Rani, saya ada info yang sepertinya akan sangat berguna Bu, tapi kita harus bergerak cepat! Kalo bisa malam ini juga Bu!
Perempuan itu mengulurkan tangannya dan kamipun bersalaman,
Duuh jangan panggil Ibu dooong! Geli dengernya! Hihihi!
Info? Soal Agung itu? Iya anggota kami juga sudah bekrkoordinasi dengan Kanitreskrim Mapolsek KirCon, Saya sarankan Mas Riki untuk tinggal disini dan dijaga oleh anggota kami. Bagaimana?
Maaf Bu.. eh.. maksud saya Teh.. (sempat kulirik name badge di dadanya).. Intan..
Saya bukan bermaksud lancang, tapi saya harus ikut, saya ingin melihat dengan mata kepala saya sendiri saat Bajingan itu nanti tertangkap!
Setelah mendengar jawabanku, Teh Intan segera menghubungi rekannya via hape, ternyata belakangan kuketahui dia menghubungi rekannya di mapolsek KirCon untuk segera melakukan penangkapan serta penyelamatan Teh Rani.
Akhirnya! Kami akan segera bertemu dengan biang kerok dari segala permasahan kami selama ini!
Akhirnya setelah rapat dadakan, kami sepakat untuk menyerbu gudang itu pada subuh dini hari. Waktu yang pas untuk menyerang!
***
Jalan itu sempit dan berbatu.. kami sempat ragu tapi berulangkali diyakinkan oleh seorang penyidik yang kebetulan mendapat kesempatan menginterogasi pelaku yang tertangkap di rumah Teh Indri.
Setelah beberapa menit kami menyusuri jalan itu, akhirnya kami bisa melihat sebuah gedung kosong yang tampak terbengkalai di ujung jalan itu..
Aku dan Gaban disuruh untuk tetap tinggal didalam mobil patroli untuk menghindari hal yang sama seperti yang dialami Dedi, meski dengan berat hati akhirnya kami tetap mematuhi perintah itu, hadeh..
5 menit.. 10 menit.. tiap menit yang berjalan seakan bagai berjam jam apabila kita sedang menunggu sesuatu! Aku melirik Gaban dan Bang Roy yang sepertinya juga berpikiran sama denganku! Aku memberikan kode ke Bang Roy untuk keluar lebih dulu,
Misi Pak.. saya mau buang air ni.. boleh turun Pak?
Setelah beberapa saat menimbang jawaban apa yang harus diambil, BangRoy malah udah keluar duluan tanpa menunggu terlebih dahulu!
Woi! Kamu ko dah keluar aja sih? Tunggu woi!
Petugas yang sepertinya masih berpangkat rendah itu langsung keluar dari mobil dan berusaha mengejar Bang Roy! Aku segera mengkode Gaban untuk mengikutiku! Kami keluar dari pintu yang satu lagi agar ga kliatan oleh pak pulisi malang itu. Daripada diam berpangku tangan di dalam mobil, kam merasa lebih bisa berguma dalam pertempuran nantinya!
Kami bertiga berjalan mengendap endap mendekati Gudang itu..
Dari kejauhan aku dapat melihat Mas Agung yang sedang berbicara dengan seorang pria muda yang sepertinya tidak asing.. tapi dimana yah..
AAAH! Dokter muda songong itu! Mau apa dia kerja sama dengan Mas Agung!
Aku berjalan sedikit mendekat lagi untuk mengetahui apa yang sebenarnya mereka bicarakan!
Mas Leo, sudah ada kabar dari anak yang bertugas menculik Indri??
“Belum tuh Gung.. saya juga masih nunggu kabar dari si Obet! Eh, gimana yang didalem?? masih hidup? hahaha!”
End of
1st act

Tidak ada komentar:

Posting Komentar