Side Story
The Relapse
“HUAAAAA! MAMAAAAAH! Kakak ngambil roti akuuuu!”
Tangisan Laras yang benar benar keras itu sangat kontras dengan badannya yang mungil..
Aku yang sedang merapikan tempat tidur anak anakku langsung buru buru meninggalkan kamar mereka dan menuju ruang makan yang sekarang terlihat seperti kapal pecah!
Aku yang sedang merapikan tempat tidur anak anakku langsung buru buru meninggalkan kamar mereka dan menuju ruang makan yang sekarang terlihat seperti kapal pecah!
“Haduuuuuhh! Praaptaaa! Itu kenapa selai kacangnya tumpah semua di lantai!? Ini juga ko dibuang buang sih rotinya!
Laras, itu jangan dimakan lagi rotinya yang jatoh ke lantai! cepatan lepehin!”
Laras, itu jangan dimakan lagi rotinya yang jatoh ke lantai! cepatan lepehin!”
Kenapa jadi seperti ini… Aku tidak mengerti bagaimana cara Mas Agung selama ini mengendalikan kedua anakku setiap pagi dengan aman dan tertib!
Aku yang setiap pagi selesai berdandan di kamar atas saat turun dan menemui Laras dan Praapta, mereka selalu terlihat rapi dan sudah siap untuk pergi sekolah tanpa ada perang dunia ketiga seperti sekarang!
Aku yang setiap pagi selesai berdandan di kamar atas saat turun dan menemui Laras dan Praapta, mereka selalu terlihat rapi dan sudah siap untuk pergi sekolah tanpa ada perang dunia ketiga seperti sekarang!
“Yaudah yaudah Laraaas jangan nangis lagi! Ayok cepet dah mau terlambat nih!”
Aku tidak sempat lagi menyapukan riasan ke wajahku pagi itu, kupilih celana model Genie dan Blus berpotongan simpel yang aku rasa paling sopan, aku tidak mau ada orangtua murid yang komplain karena cara berpakaianku! kuharap tidak ada yang memperhatikan kantung mataku yang membengkak..
Kupanaskan mesin mobil sambil memasukkan tas kedua anakku.. Laras duduk dikursi tengah diatas jok khusus untuk anak dibawah umur.. Praapta sendiri sudah cukup besar sehingga tidak memerlukan jok tambahan dan hanya kukenakan seatbelt saja..
Kupanaskan mesin mobil sambil memasukkan tas kedua anakku.. Laras duduk dikursi tengah diatas jok khusus untuk anak dibawah umur.. Praapta sendiri sudah cukup besar sehingga tidak memerlukan jok tambahan dan hanya kukenakan seatbelt saja..
Sepanjang perjalanan aku terganggu oleh suara tangisan Laras yang berulang kali di goda oleh Kakaknya, dibutuhkan konsentrasi lebih agar bisa mengendarai mobil ditengah tengah suara jeritan anak bungsuku..
Akhirnya aku sampai juga di sekolah, setelah mengantarkan mereka ke kelasnya masing masing, aku bergegas kembali keparkiran mobil tapi tetap saja harus meladeni beberapa orangtua murid yang melihatku, terpaksa aku harus berbasa basi sejenak dan berbohong tentang keadaan aku dan Mas Agung.. huufff…
Akhirnya aku sampai juga di sekolah, setelah mengantarkan mereka ke kelasnya masing masing, aku bergegas kembali keparkiran mobil tapi tetap saja harus meladeni beberapa orangtua murid yang melihatku, terpaksa aku harus berbasa basi sejenak dan berbohong tentang keadaan aku dan Mas Agung.. huufff…
Setelah melalui beberapa sesi basa basi dengan beberapa orangtua murid, akhirnya aku bisa mencapai mobilku dan cepat cepat kukunci pintu dan kunyalakan mesin mobil itu..
AC dan CD Player itupun ikut menyala,
“AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHKKKK! Bisa Gilaaaa aku kalo tiap pagi harus ngelakuin ini!
Lantunan lagu “Rather Be” dari Clear Bandits” menemaniku di dalam mobil,
Suara gesekan biola yang dipadu dengan musik elektronik itu seperti membimbingku untuk menyalakan mobilku dan meluncur pergi..
AC dan CD Player itupun ikut menyala,
“AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHKKKK! Bisa Gilaaaa aku kalo tiap pagi harus ngelakuin ini!
Lantunan lagu “Rather Be” dari Clear Bandits” menemaniku di dalam mobil,
Suara gesekan biola yang dipadu dengan musik elektronik itu seperti membimbingku untuk menyalakan mobilku dan meluncur pergi..
Seperti ada Mode Auto Pilot yang menggantikanku di balik kemudi dan aku sebagai penumpangnya!
Mobil itu berjalan melewati pertigaan Bor*a Cigadung dan terus naik keatas.. ke arah Cigadung..
Dan hanya ada satu tempat yang kutahu disitu..
Mobil itu berjalan melewati pertigaan Bor*a Cigadung dan terus naik keatas.. ke arah Cigadung..
Dan hanya ada satu tempat yang kutahu disitu..
Stop! Please Stop this car!
Tapi kakiku malah semakin mantap menekan pedal gas mendaki tanjakan Cigadung..
dan baru berhenti tepat di pelataran parkir Pondok Hijau Permai!
dan baru berhenti tepat di pelataran parkir Pondok Hijau Permai!
Aaaakkkh! kenapa malah jadi kesiniiiii!
Dari semua tempat dan orang yang ingin kujauhi! Aku malah datang kesini!
Dari semua tempat dan orang yang ingin kujauhi! Aku malah datang kesini!
Mobil Nita yang biasanya terparkir di pojokan tidak terlihat, yaiyalah Ndriii.. kan dia masih kerja..
Tapi Motor Riki masih terparkir di situ.. berarti dia sedang libur..
Tapi Motor Riki masih terparkir di situ.. berarti dia sedang libur..
Dan itu artinya Riki sendirian dong dikamar..
Duuuhh Indriii kamu mikir apa siiiih!
Sekarang cepet puter balik ni mobil! cepeet!
Sekarang cepet puter balik ni mobil! cepeet!
Kakiku justru malah melangkah keluar melawan perintahku.. seolah olah tubuhku saat ini digerakkan oleh serangkaian tali yang dikendalikan oleh Puppet Master yang kejam!
Pintu depan kos itu kubuka.. tampak sepi.. tapi tv di ruang tengah menyala, Oh.. ternyata si Dedi ada.. dia sedang asyik mengepulkan asap roko sambil menonton tayangan Infotainment di tv.
Tepat sebelum aku menaiki tangga, kepalanya berpaling mendengar suara sepatu high heelsku..
Pintu depan kos itu kubuka.. tampak sepi.. tapi tv di ruang tengah menyala, Oh.. ternyata si Dedi ada.. dia sedang asyik mengepulkan asap roko sambil menonton tayangan Infotainment di tv.
Tepat sebelum aku menaiki tangga, kepalanya berpaling mendengar suara sepatu high heelsku..
“Te.. te.. Teeteeeehh!”
Buru buru kutempelkan jari telunjukku dibibirnya! wajahnya yang bengong campur kaget itu begitu menggemaskan! hihihi!
“sssuuuuussshh! Diem yaah.. kalo kamu bisa diem tar Teteh cium pipinya.. okay??”
Kepalanya mengangguk cepat menyambar pertanyaanku tadi! hadeeeh dassaaarr!
Aku kembali berjalan menuju tangga.. Entah kenapa jantungku berdegup semakin kencang seiring tiap anak tangga yang kunaiki!
Aku sampai harus berpegangan pada handrail tangga yang terbuat dari kayu itu agar tidak oleng..
Aku kembali berjalan menuju tangga.. Entah kenapa jantungku berdegup semakin kencang seiring tiap anak tangga yang kunaiki!
Aku sampai harus berpegangan pada handrail tangga yang terbuat dari kayu itu agar tidak oleng..
Tidak terdengar suara apapun dari kamar Riki.. jangan jangan dia sedang tidur??
Pintunya sedikit terbuka, Aku berjalan perlahan.. takut ketukan High heels itu terdengar olehnya..
Perasaanku semakin tidak karuan! Aku seperti sedang mengalami lagi masa masa akan bertemu pacar untuk pertama kalinya!
Pintunya sedikit terbuka, Aku berjalan perlahan.. takut ketukan High heels itu terdengar olehnya..
Perasaanku semakin tidak karuan! Aku seperti sedang mengalami lagi masa masa akan bertemu pacar untuk pertama kalinya!
Aku mengintip dari celah pintu yang terbuka itu..
Semua rasa gundah dan frustrasi tiba tiba hilang saat melihat sosoknya yang sedang tiduran dengan headphones yang terpasang di telinganya,
Dia hanya mengenakan boxer yang memang selalu jadi kebiasaannya kalau sedang berada di kos..
Matanya yang terpejam.. senyum tipisnya.. jari jari kaki dan tangannya yang bergoyang mengikuti irama lagu yang sedang didengarnya melalui hape itu..
Semua rasa gundah dan frustrasi tiba tiba hilang saat melihat sosoknya yang sedang tiduran dengan headphones yang terpasang di telinganya,
Dia hanya mengenakan boxer yang memang selalu jadi kebiasaannya kalau sedang berada di kos..
Matanya yang terpejam.. senyum tipisnya.. jari jari kaki dan tangannya yang bergoyang mengikuti irama lagu yang sedang didengarnya melalui hape itu..
Pandangan mataku turun.. ke arah perutnya yang rata itu.. bayangan samar alur yang membentuk garis melengkung dari pinggulnya, terus turun ke arah pangkal pahanya..
Aku menggeser pintu itu perlahan.. Aku bahkan tidak ingat lagi untuk melepas sepatuku.. Tanganku bergerak tanpa kusuruh melepas kancing blus yang kupakai satu persatu..
Saat aku mencapai tepi ranjang itu.. hanya ada dua kancing yang tersisa.. Aku duduk dengan perlahan di tepi ranjang disamping tubuh laki laki yang telah membangunkanku dari hidup monoton yang pernah kujalani.. laki laki yang mengenalkanku pada kenikmatan seks yang sempat menjadi rutinitas membosankan dengan suamiku…
Laki laki yang bisa membuatku sekejap melupakan semua persoalanku..
Aku menggeser pintu itu perlahan.. Aku bahkan tidak ingat lagi untuk melepas sepatuku.. Tanganku bergerak tanpa kusuruh melepas kancing blus yang kupakai satu persatu..
Saat aku mencapai tepi ranjang itu.. hanya ada dua kancing yang tersisa.. Aku duduk dengan perlahan di tepi ranjang disamping tubuh laki laki yang telah membangunkanku dari hidup monoton yang pernah kujalani.. laki laki yang mengenalkanku pada kenikmatan seks yang sempat menjadi rutinitas membosankan dengan suamiku…
Laki laki yang bisa membuatku sekejap melupakan semua persoalanku..
My Escape… My Drugs..
Kupegang lembut kedua sisi headphone itu dan kuangkat dari telinganya, Matanya langsung terbuka lebar melihatku..
Tidak ada kata kata yang terucap darinya..
Tidak ada kata kata yang terucap darinya..
Memang tidak perlu.. Aku tidak perlu kata kata penghiburan.. aku tidak perlu kata kata manis penuh janji palsu..
I just need SEX..
Kuletakkan Headphone dan hapenya diatas meja disamping ranjang itu..
Kulanjutkan melepas dua kancing terakhir di bajuku sambil terus menatap Riki..
Matanya liar menatap ke arah dadaku yang mengintip nakal dari balik bajuku..
Kulanjutkan melepas dua kancing terakhir di bajuku sambil terus menatap Riki..
Matanya liar menatap ke arah dadaku yang mengintip nakal dari balik bajuku..
“Hey Ki.. Teteh kangen ni…”
End of The Relapse
Tidak ada komentar:
Posting Komentar