Side Story
The Driver
“Nama saya Roy.
Cukup Roy saja.
Tidak penting nama tengah, nama belakang apalagi nama beken.
Cukup Roy”
Cukup Roy saja.
Tidak penting nama tengah, nama belakang apalagi nama beken.
Cukup Roy”
Aku kembali teringat saat pertama kali datang untuk wawancara kerja dengan Almarhum Bapak Paskal.. Usiaku waktu itu masih 24 tahun..
Aku yang waktu itu masih bekerja serabutan di salah satu toko bangunan di daerah Lengkong, mendapat info dari sepupuku yang bekerja sebagai satpam di Pabrik Kancing milik Almarhum Bosku. Masih kusimpan kemeja kotak kotak gombrang hasil beli di Gedebage yang kupakai saat datang untuk wawancara langsung dengan Almarhum.
Aku yang waktu itu masih bekerja serabutan di salah satu toko bangunan di daerah Lengkong, mendapat info dari sepupuku yang bekerja sebagai satpam di Pabrik Kancing milik Almarhum Bosku. Masih kusimpan kemeja kotak kotak gombrang hasil beli di Gedebage yang kupakai saat datang untuk wawancara langsung dengan Almarhum.
Reaksinya itu masih kuingat betul, antara kaget dan geli mendengar salam perkenalanku, hehehe
Aku memang tidak terlalu pandai, putus sekolah saat masih kelas dua SMP karena Mamak ga sanggup lagi bayar SPP, dengan modal 50 ribu dan dua stel pakaian aku pergi merantau ke Bandung. Jadi aku memang tidak terlalu pandai dalam merangkai kalimat..
Aku memang tidak terlalu pandai, putus sekolah saat masih kelas dua SMP karena Mamak ga sanggup lagi bayar SPP, dengan modal 50 ribu dan dua stel pakaian aku pergi merantau ke Bandung. Jadi aku memang tidak terlalu pandai dalam merangkai kalimat..
Tapi jangan sangsikan kesetiaanku. Genap sudah 10 tahun aku bekerja di keluarga ini, Masih jelas terbayang di kepalaku saat Ibu Wati baru saja pulang dari menjemput Odelia yang masih berusia 8 tahun waktu itu, dengan hangat dan tanpa ada prasangka buruk melihat casing ku, Ibu Wati menyalamiku sambil berkata,
“Selamat datang di keluargamu yang baru!”
Sebuah kalimat mutiara yang langsung kudaftarkan di “kamus” bahasa Indonesiaku yang masih sedikit itu halamannya! hehehe!
Ya! Keluarga baruku! dan sejak kecil aku selalu diajarkan untuk selalu mendahulukan kepentingan keluarga diatas segalanya!
Kemanapun Ibu Wati pergi aku selalu siap mengantar, bahkan aku diberikan Gudang di halaman belakangnya yang kusulap menjadi kamar sederhana untuk tempatku beristirahat.
Bisa dibilang Aku siap menyerahkan nyawaku untuk Ibu Wati dan Non Odel bila diminta!
Hampir tidak pernah ada yang berani bersiul genit apalagi mengganggu majikanku itu saat aku menemaninya berbelanja di pasar atau sekedar menemaninya mengajak anjing nya si Bruno jalan jalan sore di sekitar komplek.
Kemanapun Ibu Wati pergi aku selalu siap mengantar, bahkan aku diberikan Gudang di halaman belakangnya yang kusulap menjadi kamar sederhana untuk tempatku beristirahat.
Bisa dibilang Aku siap menyerahkan nyawaku untuk Ibu Wati dan Non Odel bila diminta!
Hampir tidak pernah ada yang berani bersiul genit apalagi mengganggu majikanku itu saat aku menemaninya berbelanja di pasar atau sekedar menemaninya mengajak anjing nya si Bruno jalan jalan sore di sekitar komplek.
Tapi.. akhir akhir ini, keteguhan hatiku sedang diuji sampai ke batas maksimal!
Bukaaan, bukan oleh godaan pekerjaan lain yang lebih baik. Aku tidak pernah tergiur dengan yang namanya uang..
Aku sudah sangat bersyukur diangkat dari statusku yang rendah sebagai pegawai harian serabutan menjadi supir pribadi keluarga itu.
Bukaaan, bukan oleh godaan pekerjaan lain yang lebih baik. Aku tidak pernah tergiur dengan yang namanya uang..
Aku sudah sangat bersyukur diangkat dari statusku yang rendah sebagai pegawai harian serabutan menjadi supir pribadi keluarga itu.
Godaan ini malah datang dalam wujud anak tunggal Almarhum Bapak dan Ibu Wati..
Yak! Betul sekali! Godaan ini datangnya dari Odelia!
Hampir setiap hari aku disuguhi pemandangan yang bikin Roy Junior cenat cenut!
Pagi pagi saat berangkat ke sekolah, dengan santainya Non Odel duduk disanmpingku dan mengangkat kedua kakinya ke dashboard mobil dan menurunkan sandaran jok lalu memejamkan matanya, Aku yang sibuk menghindari seliweran motor motor ber plat D dijalan Bandung yang sempit sesekali “terpaksa” melirik ke sosok disampingku!
Yak! Betul sekali! Godaan ini datangnya dari Odelia!
Hampir setiap hari aku disuguhi pemandangan yang bikin Roy Junior cenat cenut!
Pagi pagi saat berangkat ke sekolah, dengan santainya Non Odel duduk disanmpingku dan mengangkat kedua kakinya ke dashboard mobil dan menurunkan sandaran jok lalu memejamkan matanya, Aku yang sibuk menghindari seliweran motor motor ber plat D dijalan Bandung yang sempit sesekali “terpaksa” melirik ke sosok disampingku!
“Non.. itu CD nya keliatan Non..”
Kadang memang aku harus berkata seperti itu..
Tentunya dengan maksud baik loh ya..
Kadang memang aku harus berkata seperti itu..
Tentunya dengan maksud baik loh ya..
“Biarin, panas.. enak kena angin dari AC nih! kalo bisa malah pengen aku buka Pak.. hihihi!”
Jawabannya itu.. hadeeeeh!
Jawabannya itu.. hadeeeeh!
Atau saat dia dengan sengaja mondar mandir di dalam rumah hanya memakai handuk mini yang seakan tidak mampu menutupi balon kembar yang semakin hari kelhatan semakin ranum! Aku sampai harus menelan ludah beberapa kali sambil pura pura membaca koran di halaman belakang.. Entah koran yang kubaca itu terbalik atau tidak aku ga perduli! Dan pada saat minggu kemarin! Non Odel membuka kedua kakinya lebar lebar lalu asyik memainkan kemaluannya sendiri, kali ini dia sambil memegang hapenya di satu tangan dan satu tangannya beraksi di balik rok sekolahnya itu!
Bibir memeknya yang keliatan masih sangat rapat itu merekah saat jari jarinya yang mungil itu berulang kali keluar masuk diiringi desahan majikan mudaku itu!
Memang bukan yang pertama aku mandapati dia sedang bermasturbasi..
Biasanya aku hanya melirik dari kaca spion setiap kali Non Odel melakukan hal itu, tapi entah kali ini aku iseng nyeletuk,
Bibir memeknya yang keliatan masih sangat rapat itu merekah saat jari jarinya yang mungil itu berulang kali keluar masuk diiringi desahan majikan mudaku itu!
Memang bukan yang pertama aku mandapati dia sedang bermasturbasi..
Biasanya aku hanya melirik dari kaca spion setiap kali Non Odel melakukan hal itu, tapi entah kali ini aku iseng nyeletuk,
“Lagi bayangin Pak Riki ya Non?? hehehe!”
Aku hanya mendapat dengusan kesal dari Non Odel, Tapii tidak apa apa lah.. yang penting masih bisa mendapatkan pemandangan gratis! hehehe!
Walaupun begitu aku masih bisa menahan nafsuku dan tetap konsentrasi mengemudikan mobil Mercy itu dengan aman..
Walaupun begitu aku masih bisa menahan nafsuku dan tetap konsentrasi mengemudikan mobil Mercy itu dengan aman..
“Pak! ngelamun jorok pasti deh! ayok aku dah siap nih! Aku ada janji mau ketemu ade kelas di PV*, nanti kita kejebak macet lagi kalau telat!”
Lamunanku dibuyarkan oleh suara Non Odel yang ternyata sudah berdiri di sampingku, aku sempat melihat pakaian yang dikenakannya itu,
Celana ketat yang kalo ga salah lejing atau legging itu dipadu dengan kaos oblong yang mungkin memang sengaja dibeli dengan ukuran yang agak terlalu besar untuk perawakan Non Odel, saking besarnya kerah kaos itu turun ke salah satu bahunya dan menampakkan tali bra berwarna hitam disalah satu pundaknya, lengan kaosnya dilipat sampai diatas sikunya, terlihat berantakan.. tapi seksi!
Celana ketat yang kalo ga salah lejing atau legging itu dipadu dengan kaos oblong yang mungkin memang sengaja dibeli dengan ukuran yang agak terlalu besar untuk perawakan Non Odel, saking besarnya kerah kaos itu turun ke salah satu bahunya dan menampakkan tali bra berwarna hitam disalah satu pundaknya, lengan kaosnya dilipat sampai diatas sikunya, terlihat berantakan.. tapi seksi!
“ayoook! malah bengong ngeliatin akuu!”
Siap Non! Siaaaap! hehehe!” Aku segera mengambil kunci mobil di meja mini bar di ruangan tengah,
Entah ini imajinasiku atau bukan.. aku seperti melihat sosok Bapak Paskal sedang duduk di kursi di balik Mini Bar itu sedang tersenyum sambil mengangkat gelasnya yang berisi minuman keras mahal itu kearahku, seolah dia ingin mengajakku bersulang!
Entah ini imajinasiku atau bukan.. aku seperti melihat sosok Bapak Paskal sedang duduk di kursi di balik Mini Bar itu sedang tersenyum sambil mengangkat gelasnya yang berisi minuman keras mahal itu kearahku, seolah dia ingin mengajakku bersulang!
Tenang Bos! Anak dan Istri Bapak aman dalam pengawasan saya! hehehe!
Refleks aku ikut tersenyum sambil melambaikan tanganku ke arah bayangan di balik Mini Bar itu..
“Saya tinggal dulu Bos! ketemu lagi nanti ya!”
Non Odel yang menungguku di ruang tamu terlihat keheranan,
“tadi ngomong ama siapa sih? Mamah kan di Toko??”
Aku berjalan kearah garasi sambil memencet remote alarm ditanganku..
“oohh.. itu tadi Bapak mampir.. salam katanya.. hehehe!” Aku meenjawab dengan nada riang, tidak sadar kalo Non Odel masih berdiri mematung di depan pintu..
“Laaah.. tadi katanya buru buru??? sekarang malah bengong??? Ayok Non buruaaan! Tar macet loh! hehehe!”
“i..iya..” Non Odel menjawab gagap dan menyusulku ke dalam mobil.
“Papah ga bilang apa apa lagi Pak??”
Aku melirik kearah Majikanku itu dari spion tengah.. Aku hanya tersenyum sambil memasukkan persenling ke huruf “D”
“Saya disuruh jaga Non sama Ibu baik baik.. gitu Non…”
Non Odel tampak puas dengan jawaban ngasalku itu, lalu sambil tersenyum manis sekali dia memandang ke arah jalan..
Akupun kembali fokus mengemudikan kendaraan membawa majikan cantikku ini ke tempat tujuan.
Akupun kembali fokus mengemudikan kendaraan membawa majikan cantikku ini ke tempat tujuan.
End of
The Driver
Tidak ada komentar:
Posting Komentar