Chapter 33
The Time Bomb
1st Act
“Sebenarnya saya sudah tahu Indri itu Istri Mas Agung sejak Indri pertama bekerja di Bank, tapi apalah gunanya saya mengungkit masa lalu..
Saya kira dengan putusnya hubungan kita, Mas bisa lebih fokus membangun rumah tangga.. tapi malah jadi seperti ini.. Maaf ya Mas.. kali ini tidak akan ada bantuan dari saya!”
Saya kira dengan putusnya hubungan kita, Mas bisa lebih fokus membangun rumah tangga.. tapi malah jadi seperti ini.. Maaf ya Mas.. kali ini tidak akan ada bantuan dari saya!”
Kami semua yang ada di ruangan itu ternganga mendengar pengakuan dari Teh Rani..
Hubungan??
Putus??
Sejak kapan??
Putus??
Sejak kapan??
Teh Indri mengalihkan pandangan dari Mas Agung lalu ke Teh Rani berulang ulang, sepertinya dia belum bisa mencerna betul perkataan yang meluncur dari mulut teh Rani barusan.. Setelah beberapa detik akhirnya dia memahami..
“BAJINGAN KAMU GUNG! SEJAK KAPAN KAMU AFFAIR SAMA RANI??? Daritadi kamu berkotbah tentang moral ternyata.. ternyata kamu.. BAJINGAAAAAN!”
Teh Indri langsung bangkit dari sofa itu dan meraih asbak kaca yang ada di tengah meja ruang tamu! Spontan kami langsung berusaha menahan Ibu dua anak yang sekarang seperti kesurupan setan itu! ASbak itu sempat melayang beberapa centi dari posisi dimana Mas Agung duduk di lantai!
“PRAAANGG!”
Asbak kaca itu pecah berkeping keping diiringi teriakan Teh Indri yang terus berusaha merangsek kearah Mas Agung tapi masih dapat ditahan oleh anak anak kost dengan susah payah, Rendy dan Dedi berulang kali berusaha menenangkan Teh Indri,
“Teeeh Sadar Teeeh Ya Ampuuun Eling ka budak Teeeeh! Eliiing!”
Akhirnya seperti disadarkan oleh kata kata Rendy barusan Teh Indri mendadak tenang, dia langsung meninggalkan kami dan menuju ruang tengah, Aku memberi kode dengan mataku ke Nita untuk mengikuti Teh Indri, jangan sampai Teh Indri lepas dari pengawasan.. emosinya sudah labil sejak dari Bandung..
Rani dan Laras juga ikut diajak masuk ke ruangan tengah rumah itu oleh seorang wanita yang kutaksir umurnya hanya sedikit lebih tua dari Ibuku, tampak Laras yang mengekor dibelakang wanita itu masih sesenggukan sambil memegang ujung roknya..
Rani dan Laras juga ikut diajak masuk ke ruangan tengah rumah itu oleh seorang wanita yang kutaksir umurnya hanya sedikit lebih tua dari Ibuku, tampak Laras yang mengekor dibelakang wanita itu masih sesenggukan sambil memegang ujung roknya..
Sosok Pria yang sempat beberapa kali kutemui itu sekarang duduk dilantai dengan memegangi pergelangan tangannya
Peristiwa seperti ini yang ingin kuhindari dari dulu.. ini yang selalu kuwanti wanti ke Teh Indri.. tapi dia tidak mau perduli..
Aku menghela nafas panjang dan mencoba menghampiri Mas Agung, kujulurkan tanganku untuk membantunya berdiri,
Gaban yang berdiri di dekat Mas Agung mencoba menahanku, aku memberikan kode dengan tanganku agar membiarkanku..
Peristiwa seperti ini yang ingin kuhindari dari dulu.. ini yang selalu kuwanti wanti ke Teh Indri.. tapi dia tidak mau perduli..
Aku menghela nafas panjang dan mencoba menghampiri Mas Agung, kujulurkan tanganku untuk membantunya berdiri,
Gaban yang berdiri di dekat Mas Agung mencoba menahanku, aku memberikan kode dengan tanganku agar membiarkanku..
“Mas.. Saya tahu sangat konyol untuk berkata seperti ini.. tapi.. maukah Mas mema’afkan saya dan teman teman saya??”
Yang aku tahu selanjutnya ada sekelebat bayangan tangan yang melayang ke arah wajahku, Aku sempat mendengar teriakan peringatan dari Gaban yang terlambat!
“BUUK!”
bibirku terasa perih.. ada darah yang jatuh menetes di lantai marmer itu..
Seharusnya aku marah.. seharusnya kau membalas perlakuan Mas Agung kepadaku..
Gaban dan beberapa anak kost menahan kedua tangan Mas Agung.. seharusnya aku bisa melayangkan paling tidak satu pukulan..
Seharusnya aku marah.. seharusnya kau membalas perlakuan Mas Agung kepadaku..
Gaban dan beberapa anak kost menahan kedua tangan Mas Agung.. seharusnya aku bisa melayangkan paling tidak satu pukulan..
Tapi entah kenapa ada perasaan lega setelah terkena pukulan Mas Agung.. seakan beban berat yang kupikul karena affairku dengan Teteh terangkat!
Aku memberi kode ke anak anak kost agar melepaskan Mas Agung, Suami dari Teh Indri itu spertinya sudah agak tenang setelah memukulku tadi..
Aku memberi kode ke anak anak kost agar melepaskan Mas Agung, Suami dari Teh Indri itu spertinya sudah agak tenang setelah memukulku tadi..
“Silahkan Mas.. saya rela dipukul berapa kalipun.. tapi asal ada jaminan semuanya bisa kembali seperti semula! Saya tidak meminta untuk semua ini terjadi, Tapi tolong Mas.. jangan buat semuanya jadi lebih buruk dengan berpisah dari Teh Indri..”
Mas Agung menatapku seakan tidak percaya dengan perkataanku tadi, dia tersenyum sinis memandang kami yang ada disitu..
Lalu tiba tiba dia tertawa terbahak bahak! Rendy sampai bersembunyi di belakangku sambil berbisik,
Lalu tiba tiba dia tertawa terbahak bahak! Rendy sampai bersembunyi di belakangku sambil berbisik,
“Geus gelo sigana mah Bang manehna!”
(Dah gila kayaknya tuh dia Bang!)
(Dah gila kayaknya tuh dia Bang!)
“Kalian kira hanya dengan MINTA MAAF, terus semuanya beres gitu??? HAHAHAHAHA! Tunggu pembalasan saya nanti Ki!
Ini tidak akan selesai begitu saja! Ingat kata kata saya ini!”
Ini tidak akan selesai begitu saja! Ingat kata kata saya ini!”
Mas Agung berjalan melewati kami dan keluar dari rumah itu.. bertepatan saat itu Praapta muncul di depan pintu bersama seseorang yang seperti versi tua dari Mas Agung, pasti itu Kakeknya.. Praapta memanggil manggil Ayahnya yang terus berjalan keluar dari pagar entah menuju kemana..
Pria setengah baya yang masih menggenggam tangan Praapta hanya bisa bengong melihat lantai yang penuh dengan pecahan beling dan percikan darah..
Pria setengah baya yang masih menggenggam tangan Praapta hanya bisa bengong melihat lantai yang penuh dengan pecahan beling dan percikan darah..
“Ada apa ini?? itu Agung pergi kemana?? Kalian ini siapa dan lagi ngapain di rumah saya???!”
End of 1s Act
Tidak ada komentar:
Posting Komentar