Side Story
The Other Side of the Coin
“Neeek! Neneeek! liat ni Laras nemu apa di deket kolam! hehehe!”
Laras berlari lari menghampiri Neneknya yang sedang memasak di dapur, dia mengangkat kedua tangannya yang ditangkupkan dan membukanya, lalu dari tangannya terbang seekor kupu kupu.. Aku hanya bisa tersenyum memperhatikan anakku yang paling bontot itu.. Sepertinya dia belum ngeh dengan situasi Ayah dan Ibunya yang sedang kacau ini.
Anak Sulungku sendiri sekarang sedang diajak Kakeknya belajar sepeda di lapangan depan Kejaksaan..
Aku tidak tahu kalo Praapta.. sepertinya dia sudah mulai bisa mengerti ada sesuatu yang ga beres dengan orangtuanya.. tapi dia masih belum menanyaiku jadi lebih baik aku diam.. itu lebih baik sepertinya..
Well.. mungkin lebih baik begitu.. lebih baik dia tidak tahu kalau Ayah dan Ibunya tidak seperti orangtua lainnya..
Lebih baik Laras tidak tahu kalau Ibunya itu Pelacur!
Aku tidak tahu kalo Praapta.. sepertinya dia sudah mulai bisa mengerti ada sesuatu yang ga beres dengan orangtuanya.. tapi dia masih belum menanyaiku jadi lebih baik aku diam.. itu lebih baik sepertinya..
Well.. mungkin lebih baik begitu.. lebih baik dia tidak tahu kalau Ayah dan Ibunya tidak seperti orangtua lainnya..
Lebih baik Laras tidak tahu kalau Ibunya itu Pelacur!
Senyumku menghilang setelah mengingat adegan di ruang tengah kos itu..
Tadinya aku berniat memergoki Riki dan Indri.. tetapi ternyata dia sedang bersama Nita, dan ternyata Istriku itu sedang…
Aku mengurut keningku yang mendadak nyut-nyutan..
Tiba tiba ada wangi kopi hitam yang menyergap indera penciumanku, oh.. ternyata Ibuku ikut bergabung denganku di ruang tengah sambil membawa segelas kopi untukku..
Tadinya aku berniat memergoki Riki dan Indri.. tetapi ternyata dia sedang bersama Nita, dan ternyata Istriku itu sedang…
Aku mengurut keningku yang mendadak nyut-nyutan..
Tiba tiba ada wangi kopi hitam yang menyergap indera penciumanku, oh.. ternyata Ibuku ikut bergabung denganku di ruang tengah sambil membawa segelas kopi untukku..
“Kamu itu mbok ya punya harga diri dikit tho Gung.. Ibu dari awal kan sudah bilang dia itu cewe ga bener.. Kan Ayahmu sendiri yang liat Indri keluar dari kamar orang waktu lagi meeting di Bandung..”
“Bu.. bisa ga jangan ngomongin Indri sekarang?! Aku butuh waktu buat mikir Bu!”
Ibuku mengangkat kedua tangannya tanda mundur dari hal yang selalu menyulut pertengkaran diantara kami berdua..
“Iyoo.. iyooo, Ibu meneng wes.. Tapi asal kamu tahu ya, Kalo kamu itu bener bener cowo, kamu harus punya keputusan, entah itu baik atau buruk buat kamu Ibu ga peduli, yang paling penting itu Laras sama Praapta, ngerti kamu?!”
(diam)
(diam)
Ibuku kembali dengan kesibukannya di dapur.. Ada benarnya juga sih apa yang dikatakan Ibu.. tapi..
Kuhempaskan punggungku di sandaran sofa sambil terus mengurut keningku, semua ini terlalu mendadak! Anak anak masih kecil dan masih butuh sosok Ibu yang bakal membimbing mereka.. Tapi kalo Ibunya sendiri bertingkah seperti itu..
Kuhempaskan punggungku di sandaran sofa sambil terus mengurut keningku, semua ini terlalu mendadak! Anak anak masih kecil dan masih butuh sosok Ibu yang bakal membimbing mereka.. Tapi kalo Ibunya sendiri bertingkah seperti itu..
Aaaaarrgghh! kepalaku mau pecah!
Kuambil cangkir kopi yang mulai dingin itu dan kuminum..
Aku harus melakukan sesuatu.. tapi apa?!
Hmmm.. Pertama tama aku harus menghubungi Indri dulu.. Kunyalakan lagi hapeku yang tidak kuaktifkan sejak kejadian malam minggu itu,
Belum ada semenit aktif, beberapa notif berbunyi bergantian dari SMS sampai BBM.. ada banyak sekali BBM dari Indri menanyakan keberadaanku.. kalo dia memang mengerti aku pasti dia tahu kalau aku ada di rumah Neneknya anak anak..
SMS dari Riki juga ternyata ada.. isinya menanyakan posisi aku dan dia ingin bertemu secepatnya..
Tapi untuk apa? Untuk menjelaskan kalau dia berselingkuh dengan Istriku di belakangku??!
Begitu maksudnya??
Anjing tuh orang! Ga puas apa ngeliat penderitaanku sekarang??!
Kuambil cangkir kopi yang mulai dingin itu dan kuminum..
Aku harus melakukan sesuatu.. tapi apa?!
Hmmm.. Pertama tama aku harus menghubungi Indri dulu.. Kunyalakan lagi hapeku yang tidak kuaktifkan sejak kejadian malam minggu itu,
Belum ada semenit aktif, beberapa notif berbunyi bergantian dari SMS sampai BBM.. ada banyak sekali BBM dari Indri menanyakan keberadaanku.. kalo dia memang mengerti aku pasti dia tahu kalau aku ada di rumah Neneknya anak anak..
SMS dari Riki juga ternyata ada.. isinya menanyakan posisi aku dan dia ingin bertemu secepatnya..
Tapi untuk apa? Untuk menjelaskan kalau dia berselingkuh dengan Istriku di belakangku??!
Begitu maksudnya??
Anjing tuh orang! Ga puas apa ngeliat penderitaanku sekarang??!
“TING! TONG!”
Ah.. sepertinya Praapta dah balik dari belajar sepeda..
Tapi ko cuma setengah jam yah.. cepet bener..
Aku segera menuju ke ruang tamu..
Tapi ko cuma setengah jam yah.. cepet bener..
Aku segera menuju ke ruang tamu..
“Gimana belajar sepeda sama Kakeknya?? ko cepet be…”
“………..”
Sosok wanita yang dulu membuatku mabuk kepayang itu berdiri di hadapanku..
Tidak seperti biasanya.. wanita yang selalu tampil cantik itu kali ini terlihat..
Kacau…
Kantung mata yang membengkak itu .. sepertinya dia habis menangis semalaman..
Aku tidak bisa berkata apa apa.. segala rasa marah.. cemburu.. sedih.. menguap begitu saja di hadapan wanita ini..
Bibir tebal yang sudah beratus kali kurasakan itu bergetar..
Tidak seperti biasanya.. wanita yang selalu tampil cantik itu kali ini terlihat..
Kacau…
Kantung mata yang membengkak itu .. sepertinya dia habis menangis semalaman..
Aku tidak bisa berkata apa apa.. segala rasa marah.. cemburu.. sedih.. menguap begitu saja di hadapan wanita ini..
Bibir tebal yang sudah beratus kali kurasakan itu bergetar..
“Mas…”
End of 1st Act
PRESENT DAY..
Aku masih berdiri terpaku memandang sosok wanita itu..
Suaranya yang begitu merdu terasa seperti sembilu yang menyayat telinga dan hatiku!
Begitu banyak suka duka yang telah kami lalui.. apa perempuan ini tidak ingat begitu banyak yang kami korbankan, berapa orang yang kami lawan hanya untuk bisa bersatu!
Entah berapa kali aku menutup kuping dari gosip dan rumor yang beredar disekelilingku tentang Indri,
Mulai dari teman sekampus sampai peringatan dari Ayahku sendiri yang tidak kuhiraukan hanya karena cintaku pada perempuan pelacur ini!
Suaranya yang begitu merdu terasa seperti sembilu yang menyayat telinga dan hatiku!
Begitu banyak suka duka yang telah kami lalui.. apa perempuan ini tidak ingat begitu banyak yang kami korbankan, berapa orang yang kami lawan hanya untuk bisa bersatu!
Entah berapa kali aku menutup kuping dari gosip dan rumor yang beredar disekelilingku tentang Indri,
Mulai dari teman sekampus sampai peringatan dari Ayahku sendiri yang tidak kuhiraukan hanya karena cintaku pada perempuan pelacur ini!
“Ngapain kamu kesini???! HAH??! NGAPAIN??! belum puas kamu hancurin hidup aku dan anak anak??
Segitu gampangnya kamu ngebohongin akuu??! Udah berapa kontol yang masuk ke memekmu itu??! Berapa??!”
Segitu gampangnya kamu ngebohongin akuu??! Udah berapa kontol yang masuk ke memekmu itu??! Berapa??!”
“Ampun Maaas.. Ampuuuunni aku Maaass”
Tangis Indri semakin keras terdengar mendengar perkataanku yang memang kasar itu..
Dia terjatuh didekatku bersimpuh dan hendak memegang kakiku, cepat cepat kutarik kakiku dari jangkauannya,
Amarahku begitu memuncak, entah setan mana yang hinggap padaku,
Seumur umur aku mengenal wanita aku belum pernah memaki apalagi berlaku kasar.. tapi sepertinya sekarang waktu yang tepat untuk itu!
Tanganku terangkat.. Saat ini aku benar benar ingin menampar wanita yang telah mempermainkan janji setia untuk selalu bersama.. suka dan duka!
Di sudut mataku terlihat beberapa cowok yang berlari dari seberang jalan, kalau tidak salah mereka juga ada di ruang tengah kost Riki waktu itu!
Ya salah satu yang bernama Gaban kuingat betul dari perawakannya yang tinggi besar, spertinya mereka hendak menghentikanku,
Huh! Tidak akan sempat.. mereka terlalu jauh untuk menahan tanganku yang terlanjur berayun kebawah ke arah wajah wanita yang jadi Ibu dari anak anakku!
Dia terjatuh didekatku bersimpuh dan hendak memegang kakiku, cepat cepat kutarik kakiku dari jangkauannya,
Amarahku begitu memuncak, entah setan mana yang hinggap padaku,
Seumur umur aku mengenal wanita aku belum pernah memaki apalagi berlaku kasar.. tapi sepertinya sekarang waktu yang tepat untuk itu!
Tanganku terangkat.. Saat ini aku benar benar ingin menampar wanita yang telah mempermainkan janji setia untuk selalu bersama.. suka dan duka!
Di sudut mataku terlihat beberapa cowok yang berlari dari seberang jalan, kalau tidak salah mereka juga ada di ruang tengah kost Riki waktu itu!
Ya salah satu yang bernama Gaban kuingat betul dari perawakannya yang tinggi besar, spertinya mereka hendak menghentikanku,
Huh! Tidak akan sempat.. mereka terlalu jauh untuk menahan tanganku yang terlanjur berayun kebawah ke arah wajah wanita yang jadi Ibu dari anak anakku!
Tiba tiba ada tangan lembut yang menahan lenganku! aku menoleh ke belakang.. ternyata Ibuku sendiri yang menahan tanganku..
Laras ternyata juga mendengar kegaduhan di ruang tamu dan berlari menyongsong Ibunya yang masih bersimpuh di lantai, mereka berdua berpelukan sambil menangis dihadapanku..
Laras ternyata juga mendengar kegaduhan di ruang tamu dan berlari menyongsong Ibunya yang masih bersimpuh di lantai, mereka berdua berpelukan sambil menangis dihadapanku..
“Papah mau ngapain Mamah??! Jangan jahat sama Mamah! Mamah cape pulang kerja! Papah Jahat!
Aku??
Jahat??
Jahat??
Darimana dia bisa bicara seperti itu?? kenapa aku yang jadi peran antagonis disini..
Tangis Indripun semakin menjadi mendengar kata kata anak bungsunya itu, dia semakin memeluk erat Laras..
Tangis Indripun semakin menjadi mendengar kata kata anak bungsunya itu, dia semakin memeluk erat Laras..
“Maafin Mamah Laras.. Maafin Mamah! Mamah ga akan kerja lagi kooo!”
Aku menurunkan tanganku.. Ibuku memandangku dengan tatapan dingin..
Aku mengira dia selama ini selalu bertentangan dengan Indri tapi kenapa malah dia yang menahan tanganku..
Aku mengira dia selama ini selalu bertentangan dengan Indri tapi kenapa malah dia yang menahan tanganku..
“Jadi kaya gini kelakuan kamu selama di Bandung?? siapa yang ngajarin kamu mukul perempuan?! Apa Ibu ngajarin kamu buat kasar??!
Kamu kira kamu sendiri juga suci sampai bisa seenaknya menampar wanita Gung? Jawab Ibu!”
Kamu kira kamu sendiri juga suci sampai bisa seenaknya menampar wanita Gung? Jawab Ibu!”
Lidahku kaku.. mulutku terkunci.. perkataan Ibu benar benar memicu serangkaian peristiwa yang sebenarnya sudah kusimpan rapat rapat terbuka kembali..
10 YEARS AGO..
Aku duduk termenung di ruang tamu kecil kontrakan tempat aku tinggal dengan Indri..
Usia kehamilannya sudah hampir menginjak 7 bulan dan aku belum sekalipun mendapatkan Closed Deal dari Polis Asuransi yang kujual..
Aku mendengar suara sendok yang beradu dengan cangkir dari arah dapur.. Indri muncul dengan membawa secangkir kopi kesukaanku sambil menahan perutnya yang sudah membesar itu.. hmm.. Indri semakin tampak bersinar di kehamilannya.. malam malam kami malah semakin bergairah semenjak usia kemahilannya yang semakin tua..
Yah walaupun kami harus membatasi diri tidak seheboh biasanya, hehehe!
Usia kehamilannya sudah hampir menginjak 7 bulan dan aku belum sekalipun mendapatkan Closed Deal dari Polis Asuransi yang kujual..
Aku mendengar suara sendok yang beradu dengan cangkir dari arah dapur.. Indri muncul dengan membawa secangkir kopi kesukaanku sambil menahan perutnya yang sudah membesar itu.. hmm.. Indri semakin tampak bersinar di kehamilannya.. malam malam kami malah semakin bergairah semenjak usia kemahilannya yang semakin tua..
Yah walaupun kami harus membatasi diri tidak seheboh biasanya, hehehe!
Aku memperhatikan kembali sosok perempuan yang sekarang mengandung anak pertamaku itu..
Dia duduk disampingku lalu mengambil majalah wanita yang tersimpan di bawah meja, aku dihadiahi senyum manisnya lalu dia tenggelam dalam halaman halaman majalah favoritnya itu.. kembali kutelusuri dari ujung rambut sampai ujung kaki sosok wanita yang kini sudah resmi jadi istriku itu..
Dadanya seakan akan bisa tumpah kapan saja dari bra yang tampak sudah kekecilan itu.. sepertinya malam ini akan kembali panas!
Dia duduk disampingku lalu mengambil majalah wanita yang tersimpan di bawah meja, aku dihadiahi senyum manisnya lalu dia tenggelam dalam halaman halaman majalah favoritnya itu.. kembali kutelusuri dari ujung rambut sampai ujung kaki sosok wanita yang kini sudah resmi jadi istriku itu..
Dadanya seakan akan bisa tumpah kapan saja dari bra yang tampak sudah kekecilan itu.. sepertinya malam ini akan kembali panas!
“Apa sih Sayang?! Dari tadi ngeliatin aku terus??”
Lamunanku buyar oleh sapaan Indri..
“Ah engga! Aku cuma berpikir betapa beruntungnya aku mendapatkan istri secantik kamu Sayang.. hehehe!”
“Wuuuu! Gombal aja bisanya! hihihi!
Ehiya Mas.. Aku minggu depan mau ada check-up lagi disuruh Dokter Widya.. Bisa temenin aku ga Mas?”
Ehiya Mas.. Aku minggu depan mau ada check-up lagi disuruh Dokter Widya.. Bisa temenin aku ga Mas?”
Suasana hatiku yang tadi melambung tinggi kembali jatuh terhempas oleh pernyataannya..
Duit darimana untuk periksa lagi ke dokter! Apa yang harus kukatakan!
Apa aku musti bilang kalo tabunganku di bank hanya tinggal beberapa ratus ribu saja??!
Duit darimana untuk periksa lagi ke dokter! Apa yang harus kukatakan!
Apa aku musti bilang kalo tabunganku di bank hanya tinggal beberapa ratus ribu saja??!
“Ya bisa dong Sayang.. kamu ini ada ada aja deh.. masa aku biarin kamu sendirian check-up ke rumah sakit??”
Indri tersenyum hangat dan mengusap lembut pipiku.. dia kembali membaca majalah itu..
Aku sendiri menatap jendela kecil di ruang tamu itu.. memikirkan bagaimana caranya mencari uang untuk biaya persalinan istriku kelak dan tentunya pemeriksaan rutin itu!
Aku sendiri menatap jendela kecil di ruang tamu itu.. memikirkan bagaimana caranya mencari uang untuk biaya persalinan istriku kelak dan tentunya pemeriksaan rutin itu!
****
Suasana ruang meeting itu terasa tegang.. Bu Neny yang merupakan Team Leader kami tidak henti mengeluh dan berkicau atas buruknya kinerja teamnya yang tidak sesuai harapan, sejauh ini baru dua orang yang sukses Closed Deal dengan premi yang cukup tinggi, itupun keduanya perempuan yang pastinya mereka memanfaatkan keseksian tubuhnya untuk melakukan tandatangan diatas perut! huh!
“Kamu Gung! kamu belum sekalipin ada Polis yang Closed! bagaimana bisa?? Kamu sudah 2 bulan kerja disini, seharusnya kamu sudah bisa dapat prospek untuk penjualan Polis Asuransi kita! Kali ini saya akan bantu kamu, tapi hanya untuk kali ini! mengerti kamu??”
Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku lemah..
Bu Neny menyodorkan selembar kertas berisikan nama nama yang juga terdapat Contact Number dan alamat yang bisa kudatangi, Aku menerima kertas itu dengan mata berkaca kaca memandang Bu Neny.. Ini kesempatanku!
Masa dari belasan nama yan tertera di kertas itu tidak satupun yang tembus?! Aku harus bisa memanfaatkan kesempatan ini!
Bu Neny menyodorkan selembar kertas berisikan nama nama yang juga terdapat Contact Number dan alamat yang bisa kudatangi, Aku menerima kertas itu dengan mata berkaca kaca memandang Bu Neny.. Ini kesempatanku!
Masa dari belasan nama yan tertera di kertas itu tidak satupun yang tembus?! Aku harus bisa memanfaatkan kesempatan ini!
“Ma..makasih Bu! saya akan follow-up sekarang daftar ini!”
****
DEWI MAHARANI
Nama kesekian dalam daftar yang diberikan Bu Neny kepadaku itu menarik perhatianku, Alamat rumahnya yang tidak terlalu jauh dari kontrakanku juga salah satu faktor yang sangat mendukung, jadi aku tidak perlu repot repot bepergian jauh untuk mem prospek Target.
Ku cek sisa pulsa di hape jadulku itu.. yah sejak aku menikah aku menjual semua barang barang semasa aku masih kuliah, sebisa mungkin aku tidak bergantung pada orangtuaku..
Ternyata hanya tersisa 4 ribu perak!
Ku cek sisa pulsa di hape jadulku itu.. yah sejak aku menikah aku menjual semua barang barang semasa aku masih kuliah, sebisa mungkin aku tidak bergantung pada orangtuaku..
Ternyata hanya tersisa 4 ribu perak!
Masih cukup ga yah..
Kucoba menghubungi contact number itu..
…
Tersambung!
Ada suara merdu yang terdengar di ujung sambungan..
…
Tersambung!
Ada suara merdu yang terdengar di ujung sambungan..
“Haloo? Ini betul dengan Ibu Rani?? Oh.. kebetulan sekali Bu! Perkenalkan nama saya Agung!
Saya disini ingin menginformasikan bahwa Ibu adalah salah satu yang beruntung mendapatkan hadiah suvenir dari perusahaan kami Bu!”
Saya disini ingin menginformasikan bahwa Ibu adalah salah satu yang beruntung mendapatkan hadiah suvenir dari perusahaan kami Bu!”
Suara merdu itu terdengar bingung dengan berita yang kusampaikan itu.. Aku sendiri juga sebenarnya bingung!
Darimana datangnya ide mengatakan hadiah! Aaahh bodo amat! yang penting aku sudah mendapatkan perhatiannya, daripada telepon itu ditutup sebelum aku sempat menjelaskan apapun!
Darimana datangnya ide mengatakan hadiah! Aaahh bodo amat! yang penting aku sudah mendapatkan perhatiannya, daripada telepon itu ditutup sebelum aku sempat menjelaskan apapun!
“Iya Bu, hari ini saya akan mengantarkan hadiah handphone nya ke alamat Ibu, kira kira ada waktu jam berapa ya Bu?
Oh gitu?? masih kerja toh?? Kalau sore bisa??
Oke deh kalau begitu sampai ketemu besok ya Bu, Terimakasih!”
Oh gitu?? masih kerja toh?? Kalau sore bisa??
Oke deh kalau begitu sampai ketemu besok ya Bu, Terimakasih!”
Cepat cepat kututup telepon itu.. aku langsung berlari ke ruangan Bu Neny,
“Bu! Saya minta bantuannya! Saya mau pinjam duit untuk modal prospek!”
Bu Neny yang sempat terkejut mendengar permintaanku itu tersenyum lalu membuka tasnya dan mengambil sebuah amplop dari dalamanya, dia menyodorkan amplop itu kepadaku, Aku langsung menerimanya tapi sempat ditahannya amplop itu..
“Tapi inget! Ini pinjaman bunganya tinggi loh Gung! Kamu sanggup ga bayarnya nanti??”
“Emang berapa persen Bu? jangan tinggi tinggi.. saya nanti ga bisa bayar loh Bu..”
Bu Neny hanya tertawa mendengar jawabanku, sialan! malah diketawain! apa sih maksudnya si Ibu!
“Bukaaan, ini bukan masalah duit Aguuung! yaudah sana gih di follow up prospek kamunya!
Nanti malam datang kerumah saya, nanti kita bicarakan lagi soal bunga pinjaman kamu!”
Nanti malam datang kerumah saya, nanti kita bicarakan lagi soal bunga pinjaman kamu!”
Aku hanya manggut manggut tanpa berusaha mencerna apa maksud dari bunga pinjaman itu..
Yang terpikir olehku adalah aku harus bisa segera Closed satu polis hari ini!
Aku bergegas keluar dari ruangan itu meninggalkan Bu Neny yang masih saja tertawa melihatku..
Segera kunyalakan motorku dan menuju B*C untuk membeli “hadiah” yang tadi kujanjikan pada Ibu Dewi
Aku harus berhasil hari ini!
Harus!
Yang terpikir olehku adalah aku harus bisa segera Closed satu polis hari ini!
Aku bergegas keluar dari ruangan itu meninggalkan Bu Neny yang masih saja tertawa melihatku..
Segera kunyalakan motorku dan menuju B*C untuk membeli “hadiah” yang tadi kujanjikan pada Ibu Dewi
Aku harus berhasil hari ini!
Harus!
End of 2nd Act
10 YEARS AGO..
Rumah besar berpagar kayu di salah satu komplek elit itu terlihat sangat mengintimidasi..
Aku melihat ada kamera CCTV yang terpasang di ujung pagar..
Kupencet Interkom yang terpasang di dinding dekat pagar,
Aku melihat ada kamera CCTV yang terpasang di ujung pagar..
Kupencet Interkom yang terpasang di dinding dekat pagar,
“Permisi.. Saya Agung Bu, yang tadi pagi menelepon Ibu Dewi..”
Tidak berapa lama kotak kecil itu berbunyi, suara merdu yang tadi pagi kudengar di telepon itu berbicara,
“Oh iya! yang mau nganter hadiah ya?? silahkan masuk Pak!”
Pagar kayu itu terbuka dengan sendirinya, gila juga keamanan di rumah ini…
Aku berjalan melalui halaman depannya yang luasnya kurang lebih sama atau mungkin lebih luas dari rumah kontrakanku!
Seorang wanita dengan postur mungil berpakaian daster mini menyambutku di pintu masuk..
Wuaaahh! Seksi banget ternyata Ibu Dewi ini! Dadanya sedikit menyembul dari celah bukaan leher dasternya..
Daster yang tidak sampai ke paha itu panjangnya menampakkan kakinya yang mulus tanpa cela..
Aku berjalan melalui halaman depannya yang luasnya kurang lebih sama atau mungkin lebih luas dari rumah kontrakanku!
Seorang wanita dengan postur mungil berpakaian daster mini menyambutku di pintu masuk..
Wuaaahh! Seksi banget ternyata Ibu Dewi ini! Dadanya sedikit menyembul dari celah bukaan leher dasternya..
Daster yang tidak sampai ke paha itu panjangnya menampakkan kakinya yang mulus tanpa cela..
“Silahkan Pak, maaf saya lagi masak tadi jadi ga sempet dandan dulu!
Suami saya masih di luar negeri. Pembantu juga lagi pulang kampung jadinya ngerjain apa apa sendiri deh! huuff! mari masuk Pak..”
Suami saya masih di luar negeri. Pembantu juga lagi pulang kampung jadinya ngerjain apa apa sendiri deh! huuff! mari masuk Pak..”
Aku mengikuti Ibu Dewi masuk ke ruang tamu, goyangan pinggulnya sedikit membangkitkan gairahku..
Ibu Dewi ini biar mungil badannya tapi lekuk lekuk tubuhnya sangat menggoda!
Aku duduk di sofa panjang yang empuk itu lalu meletakkan kotak hape “hadiah” itu di atas meja..
Ibu Dewi ini biar mungil badannya tapi lekuk lekuk tubuhnya sangat menggoda!
Aku duduk di sofa panjang yang empuk itu lalu meletakkan kotak hape “hadiah” itu di atas meja..
Perempuan itu duduk di sofa yang berseberangan denganku, kakinya yang disilangkan untuk menutupi bagian paling pribadinya malah dengan gamblang menampakkan betis dan pahanya yang mulus! dudukku semakin gelisah.. lebih baik aku mulai menjelaskan kedatanganku kemari sebelum aku kehilangan konsentrasiku!
“Jadi begini Bu Dewi.. kedatangan saya kemari untuk menerangkan salah satu produk andalan kami..”
Tiba tiba tangan Bu Dewi terangkat memberiku kode untuk menghentikan ucapanku..
“Saya sudah paham kok Pak.. sejak tadi pagi saat ditelepon bapak juga saya sudah paham, Saya hanya penasaran aja apa yang mau bapak tawarkan ke saya sampa bela belain mau beli hape itu buat iming iming saya mendengarkan tawaran bapak! hihihi!
Sialan ni cewek.. ternyata dia ngerjain aku!
“Emm.. kalo gitu saya to the point aja ya Bu..”
“Tolong Mas.. panggil saja saya Rani.. saya ga suka panggil Dewi.. apalagi pak tambahan Ibu di depannya! okay?”
Aku kembali melanjutkan penjelasanku mengenai produk produk asuransi yang dimiliki perusahaan kami, tidak lupa aku “meminjam” nama BU Neny untuk lebih meyakinkan calon nasabahku ini, Maaf ya Bu Neny! hehehe!
“Tidak terasa hari sudah menjelang malam, Bu De.. maksudku Rani malah sudah berpindah tempat dan duduk disampingku untuk lebih jelas melihat tabel investasi yang kubawa bersamaku, dia sepertinya tertarik.. Lagi asyik asyiknya aku menjelaskan produk produk yang kujual, entah disengaja atau tidak lenganku tersentuh payudara Rani yang duduk disampingku.. berkali kali aku menelan ludah menahan nafsuku yang sudah di ubun ubun, hadeeeh harus buru buru balikk niiiiih!
“Eeeh! saya lupa!”
Rani menyentuh pahaku beberapa detik, tapi cukup membuat penisku bergerak dengan liar dibalik celanaku!
“dah lama disini, belum saya suguhin minum buat mas siapa tadi namanya?? Agung yah? bentar yah saya ke dapur dulu”
“Ga usah repot repot Bu.. err.. Ran..”
Tapi perempuan itu sudah melangkah menuju dapur.. sesaat kemudian dia kembali dengan secangkir teh, dadanya yang sekal itu nampak indah menggantung saat dia menunduk meletakkan cangkir itu.. mataku yang sedang melotot memandang belahan dadaanya tertangkap basah oleh lirikan Rani, dia hanya tersenyum penuh adti lalu kembali duduk disampingku..
“Mangga Mas.. maap yah cuma teh manisnya.. susunya lagi habis sih.. hihihi!”
Kembali tangan itu menyentuh pahaku.. kali ini bahkan terlalu dekat ke daerah sensitif di ujung pahaku!
“i..iya Teh.. eh.. Bu.. emm maksud saya Ran.. ditampi nya Ran..”
Aku menyeruput minuman yang masih panas itu, bibir dan lidahku seperti terbakar terkena air yang kurasa masih mendidih itu!
Seketika teh itupun tumpah mengenai celanaku!
Seketika teh itupun tumpah mengenai celanaku!
“Aaaah! maaf Ran! aduuuh! jadi tumpah!”
“Mas siiih buru buru minumnya padahal masih panas gitu tehnya, bentar saya ambilkan lap dulu ya, tahan panasnya Mas, hihihi!”
Sialan! masih sempet sempetnya ngetawain aku!
Tidak lama dia kembali membawa lap bermotif kotak kotak dan bersimpuh di dekat kakiku, kali ini aku mendapat suguhan Close Up pabrik susu dan paha mulusnya!
Tangannya yang mungil itu memegang lap tersebut dan menyusuri celanaku yang basah perlahan..
entah disengaja atau tidak, ujung telapak tangannya selalu menyenggol kemaluanku setiap sedang menyusur bagian bagian yang basah di celanaku..
Mataku nyalang memandang belahan leher yang entah imajinasku atau bukan seakan bertamabah terbuka di hadapanku!
Tidak lama dia kembali membawa lap bermotif kotak kotak dan bersimpuh di dekat kakiku, kali ini aku mendapat suguhan Close Up pabrik susu dan paha mulusnya!
Tangannya yang mungil itu memegang lap tersebut dan menyusuri celanaku yang basah perlahan..
entah disengaja atau tidak, ujung telapak tangannya selalu menyenggol kemaluanku setiap sedang menyusur bagian bagian yang basah di celanaku..
Mataku nyalang memandang belahan leher yang entah imajinasku atau bukan seakan bertamabah terbuka di hadapanku!
“ngeliatin apa sih daritadi Mas.. emang pengen nyusu ya.. daritadi ko ngeliatin dada saya terus..”
“DEG!”
Jantungku terasa berhenti mendengar ucapannya!
Kepalaku terasa ringan akibat menahan nafsu sejak tadi duduk di ruang tamu ini.. Aura mesum semakin terasa kental memenuhi ruangan di sekeliling kami..
Kepalaku terasa ringan akibat menahan nafsu sejak tadi duduk di ruang tamu ini.. Aura mesum semakin terasa kental memenuhi ruangan di sekeliling kami..
“Ma..maaf Ran.. aseli saya ga bermaksud kurang ajar.. ta.. tapi kamu..”
“Saya kenapa?? hmmm??”
Kali ini tangan itu tidak malu-malu lagi menyentuh bahkan meremas penisku! posisinya sudah berpindah dan sekarang bersimpuh di antara kedua pahaku,,
“Kamu seksi banget Ran.. Saya sebenarnya cuma mau jualan Polis Asuransi ke sini.. beneran! saya ga mau nanti dibilang kurang ajar sama kamu..”
“SREEET!”
Suara restleting celanaku yang ditarik membuatku terkesiap! Mimpi apa aku semalam bisa ada di situasi kaya gini sekarang!
Rani menyusupkan tangannya mencari cari, dan saat menemukan dia langsung mengeluarkan penisku yang sejak tadi sudah tersiksa itu!
Tangannya yang mungil itu mengurut batang kemaluanku perlahan.. matanya yang nakal itu menatapku tajam, ada senyum tipis yang tersungging di bibirnya..
Rani menyusupkan tangannya mencari cari, dan saat menemukan dia langsung mengeluarkan penisku yang sejak tadi sudah tersiksa itu!
Tangannya yang mungil itu mengurut batang kemaluanku perlahan.. matanya yang nakal itu menatapku tajam, ada senyum tipis yang tersungging di bibirnya..
“Hmmm.. lumayan juga.. daripada ga ada sama sekali.. hihihi!
Iya.. saya tau kok kamu jualan asuransi.. sekarang kamu tinggal taro aja form nya diatas meja, preminya terserah kamu aja mau yang berapa juta perbulan..
Asaaall.. kamu mau memberiku ‘jatah’ rutin tiap minggu ke rumah.. saya malah bakal kasih kamu uang jajan setiap kamu nyempetin mampir disini..
gimana?? Deal?”
Iya.. saya tau kok kamu jualan asuransi.. sekarang kamu tinggal taro aja form nya diatas meja, preminya terserah kamu aja mau yang berapa juta perbulan..
Asaaall.. kamu mau memberiku ‘jatah’ rutin tiap minggu ke rumah.. saya malah bakal kasih kamu uang jajan setiap kamu nyempetin mampir disini..
gimana?? Deal?”
Otakku sudah tidak bisa berpikir jernih! bayangan akan pujian Bu Neny atas hasil kerjaku, Biaya persalinan Indri yang bisa ku cover! dan bahkan aku bakal mendapat servis gratis dari perempuan seksi ini!
“Uuuugh! Bu.. aaakkh! Raaaan! de.. deal!”
Mendengar perkataanku Rani tersenyum lebar dan bibirnya yang tipis itu langsung mengulum penisku!
Seakan kuluman bibirnya sebagai segel yang menutup negosiasi pertamaku selama bekerja sebagai Sales Insurance!
Tanpa kusadari tanganku menggenggam sejumput rambut Rani yang panjang itu.. dadanya yang sekel itu juga tidak luput dari serangan remasanku!
Dengan sedikit jambakan aku mempercepat kulumannya, Rani yang paham maksudkupun semakin bersemangat menghisap penisku dan menaik turunkan kepalanya!
Badanku menegang, rambut Rani semakin kencang kujambak, Buah pelirku bahkan sekarang sedang dipijat pijat lebut oleh Rani..
Seakan kuluman bibirnya sebagai segel yang menutup negosiasi pertamaku selama bekerja sebagai Sales Insurance!
Tanpa kusadari tanganku menggenggam sejumput rambut Rani yang panjang itu.. dadanya yang sekel itu juga tidak luput dari serangan remasanku!
Dengan sedikit jambakan aku mempercepat kulumannya, Rani yang paham maksudkupun semakin bersemangat menghisap penisku dan menaik turunkan kepalanya!
Badanku menegang, rambut Rani semakin kencang kujambak, Buah pelirku bahkan sekarang sedang dipijat pijat lebut oleh Rani..
“Raaaan! Aku mau keluaar! Aaaahkkk!”
Bukannya menghindar, Rani malah semakin mempercepat hisapannya! aku mendengar lenguhannya saat penisku beberapa kali menyemprot mulut nasabah pertamaku itu..
Batang kemaluanku semakin ngilu terasa saat hisapannya tidak juga berhenti! Aku bahkan harus menghentikan hisapannya dengan menarik penisku dari mulutnya yang seperti vacuum itu! Suara “plop!” terdengar saat penisku kucabut..
Dihadapanku Rani menelan hampir semua pejuh yang kusemprotkan ke mulutnya, sebagian yang meleleh ke dadanya dibiarkan olehnya..
Batang kemaluanku semakin ngilu terasa saat hisapannya tidak juga berhenti! Aku bahkan harus menghentikan hisapannya dengan menarik penisku dari mulutnya yang seperti vacuum itu! Suara “plop!” terdengar saat penisku kucabut..
Dihadapanku Rani menelan hampir semua pejuh yang kusemprotkan ke mulutnya, sebagian yang meleleh ke dadanya dibiarkan olehnya..
Huff.. gilaaaaaaak!
****
Di meja itu sekarang sudah ada form pendaftaran asuransi yang harus diisi oleh Rani sebagai tanda dia mendaftar sebagai nasabah kami,
Rani langsung mengambil pulpen di genggamanku lalu mencantumkan tandatangannya di kolom kolom yang tersedia tanpa mengisi terlebih dahulu data datanya..
Rani langsung mengambil pulpen di genggamanku lalu mencantumkan tandatangannya di kolom kolom yang tersedia tanpa mengisi terlebih dahulu data datanya..
“Loh.. Ran.. ko ga di isi dulu form nya??”
“Kan sudah saya bilang.. terserah kamu Mas!”
Aku hanya geleng geleng kepal melihat Rani dengan rambut dan dasternya yang awut awutan hasil perbuatanku tadi sedang menandatangani form kosong itu..
Hapeku bergetar di sakuku.. aku melihat id callernya.. Indri!
Seketika perasaan bersalah menyergapku detik itu juga.. Telepon itu kureject. aku segera mengirimkan SMS kalo aku sedang Closing Deal pertamaku..
Hapeku bergetar di sakuku.. aku melihat id callernya.. Indri!
Seketika perasaan bersalah menyergapku detik itu juga.. Telepon itu kureject. aku segera mengirimkan SMS kalo aku sedang Closing Deal pertamaku..
“dari siapa? ko dimatiin? bini kamu yah??”
Aku hanya menganggukkan kepala lalu memasukkan kembali hape itu kedalam celanaku..
“Nah.. dah semua nih! oiya mas! itu ‘Hadiahnya’ bawa aja! saya ga butuh! yang saya butuhkan itu yang ini nih! hihihi!”
Kembali penisku diremasnya dari luar.. hadeeeh gawat juga ni cewek..
Aku segera membereskan form pendaftaran itu lalu bangkit dari sofa..
Rani sempat permisi ke dalam, katany terlupa sesuatu, dia kembali dengan sebuah amplop putih tebal lalu memasukkan amplop itu ke saku celanaku secara paksa!
Aku segera membereskan form pendaftaran itu lalu bangkit dari sofa..
Rani sempat permisi ke dalam, katany terlupa sesuatu, dia kembali dengan sebuah amplop putih tebal lalu memasukkan amplop itu ke saku celanaku secara paksa!
“Ran! apa apa’an ini! saya ga bisa nerima ini!”
“Udah ambil aja! itung itung sebagai terimakasih saya buat hiburan dari kamu! pamali nolak rejeki!”
Aku tidak bisa berkata apa apa.. aku hanya bisa memandang perempuan yang seperti didatangkan dari langit untuk menolongku ini dengan tatapan kagum..
Jarum jam menunjukkan pukul sembilan.. sudah semakin larut.. kasihan juga Istriku ditinggal terlalu larut begini..
Jarum jam menunjukkan pukul sembilan.. sudah semakin larut.. kasihan juga Istriku ditinggal terlalu larut begini..
“Ran.. saya permisi dulu yah.. kasian istri saya nunggu di rumah euy..”
Rani mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi cemburu.. jadi semakin menggemaskan saja!
“huh! yaudah! tapi besok kesini lagi yaaa! awas kalo engga! aku ga mau bayar Preminya loh!”
Ancaman nyata itu terdengar sangat menakutkan walaupun diucapkan dengan nada manja..
Akupun pamit lalu melangkahkan kakiku meninggalkan rumah gedongan itu..
Motorku yang kuparkir di pinggir jalan terlihat menyedihkan diantara berbagai macam mobil mewah yang terparkir di kiri kanan bahu jalan..
Akupun pamit lalu melangkahkan kakiku meninggalkan rumah gedongan itu..
Motorku yang kuparkir di pinggir jalan terlihat menyedihkan diantara berbagai macam mobil mewah yang terparkir di kiri kanan bahu jalan..
Well.. akhirnya pecah telur juga!
Indri! wait for me sayaaaang! I’m Coming!
End of 3rd Act
Tidak ada komentar:
Posting Komentar