Namaku Pajang, umurku 50 tahun dan aku seorang supir taxi yang hidup pas-pasan bersama seorang istri dan 2 orang putri yang kucintai.Aku dulu sorang jawara yang sangat ditakuti karena ilmu kanuraganku yang tinggi Walaupun hidup pas-pasan kami hidup bahagia. Istriku bekerja sebagai pembantu rumah rumah tangga sekaligus membantu menjaga Tika anak Pak Samsudin. Keluarga pak Samsudin tinggal di kompleks perumahan Mewah disamping kampungku. Mereka pun hidup bahagia dan rukun sehingga menjadi panutan warga disekitar. Pak Samsudin berumur 40 tahun seorang pengusaha yang sukses dan beriman demikian juga Bu Dewi juga membantu mengelola usaha suaminya. Bu Dewi sendiri berumur 34 tahun cantik dan berwajah alim, pakaian yang dikenakan selalu tertutup rapat dan berjilbab.
Suatu kejadian yang mengubah hal ini, suatu hari mobil mereka ditabrak oleh truck yang dikemudikan seorang supir yang mabuk dan mengakibatkan pak Samsudin mengalami kecelakaan yang serius sehingga harus duduk dikursi roda. Akibat kecelakaan ini aku diminta untuk membantu membawa mobil mereka untuk mengantar Bu Dewi bekerja menggantikan suaminya mengurus usahanya.
Hal ini menyebabkan keluarga kami bertambah akrab dan pak Samsudin berserta bu Dewi memberi bantuan finansial sehingga ekonomi keluarga kami meningkat dengan baik.
Saya sering menemani bu Dewi untuk mengurus usahanya sampai larut malam. Hubungan kami juga masih dalam batas sopan santun antara majikan dan supirnya. Bu Dewi selalu duduk dibelakang layaknya seorang majikan . Bahkan bila pergi dengan Tika dan istriku mereka selalu duduk dibelakang.
Karena masih muda dan cantik bu Dewi sering dilirik dan digodain oleh para lelaki baik yang muda atau yang tua. Pernah suatu malam sehabis rapat dikantor pelanggannya yang rawan bu Dewi hampir diperkosa oleh pelanggannya yang dibantu para preman. Untungnya aku turun membantunya mengusir para preman tersebut. Bajunya sobek, BH terlepas demikian juga jilbabnya entah kemana. Aku beruntung dapat menyaksikan keelokan tubuhnya yang putih dengan rambut panjangnya yang hitam mengkilat Buah dadanya yang terbuka terlihat menantang dengan bekas merah akibat remasan para preman. Aku memberikan jaketku untuk menutupi lemolekan tubuhnya. Selama dijalan aku menghiburnya karena bu Dewi terus menangis karena merasa terhina atas kejadian itu.
Aku mengantar sampai rumah dan pak Samsudin serta bu Dewi sangat berterimakasih atas pertolonganku itu. Dan sebagai tanda terimakasih bu Dewi sekarang duduk didepan disampingku demikian juga kalau bu Dewi makan akan selalu mengajak makan semeja dan melayaniku Demikian juga kalau pergi ke Mal atau ke pesta aku akan mendampinginya. Para lelaki buaya tidak lagi berani mengganggu bu Dewi karena tampangku yang seram.
Suatu malam aku dan istriku diundang bertemu disebuah ruangan tertutup disebuah restoran. Aku takut sekali karena mengira akan mendapat kabar buruk atau kemungkinan aku dan istriku dipecat karena kami sudah bergaul melwati batas antara majikan dan supir.
Pak Samsudin menenangkan aku karena hal itu tidak mungkin terjadi karena aku sangat berjasa kepada keluarga mereka bahkan mereka memanggil kami karena pak Samsudin menawarkan aku menjadi suami kedua istrinya. Hal ini disebabkan karena pak Samsudin sudah tidak sanggup menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami dan sebagai balas jasa atas pertolonganku. Bu Dewipun memohon kepadaku dan istriku agar merelakan aku menjadi suaminya Karena terus dipaksa akhirnya aku menyetujinya. Sebagai rencana untuk melakukan hubungan kami dan bu Dewi akan menginap di Villa selama seminggu.
Pagi-pagi aku diminta mengantar bu Dewi kesalon untuk berdandan. Aku pangling dengan penampilannya pagi itu karena Bu Dewi memakai celana jin dan jilbabnya pun dicopot
Disalon bu Dewi berganti kain kebaya yang seksi, buah dadanya kelihatan menonjol dari kebayanya demikian juga kainnya berbelah samping yang cukup tinggi sehingga pangkal pahanya kelihatan.
Sewaktu berangkat ke Villa aku iseng-iseng menyenggol pahanya dan bu Dewi pun berkata “sabar mas tubuhku adalah milikku” Sesampai di Villa bagaikan pengantin yang baru saja menikah, tanpa diminta Aku mengangkat tubuh Bu Dewi dan meletakkan tubuh indahnya dengan lembut di atas ranjang. Walaupun awalnya kaget, namun Bu Dewi menuruti saja kemauan lelaki tua perkasa itu. Aku duduk di samping Bu Dewi yang terbaring. Dengan berani istri pak Samsudin itu menyentuh pundak laki - laki kurus dan tua yang rebah disampingnya. Ia menyentuh pundak Aku tanpa melepaskan pandangan dari mata pria yang pernah menjadi preman itu. Tangan lembut Bu Dewi meraih bagian belakang kepala Aku dan menariknya ke bawah, lalu bibir seksi si cantik itu mengecup bibir sang supir.
Ciuman lembut Bu Dewi yang tulus mengoles bibirnya bagaikan obat untuk semua lelah yang pernah Aku keluarkan seumur hidupnya. Olesan lembut bibir mungil majikannya itu juga membuat tubuh Aku bagaikan disentak aliran listrik berjuta volt, seandainya dia adalah sebuah baterai hidup, Aku sudah langsung tercharge dengan energi hingga penuh. Bibir mereka berdua saling mengelus, saling menimang, beruntai, berjalin, menikmati sentuhan pelan dan nikmat yang tak bisa diungkap dengan kata. “Mmmhh…” desah Bu Dewi manja. Ia memejamkan mata dan membiarkan bibir Aku menari di atas bibirnya yang lembut, membiarkan bibir tebal dan keras sang sopir menyelimuti bibirnya yang ranum. Olesan bibir Aku tidak seperti bibir Samsudin yang lembut
Lama pagutan bibir mereka tak saling lepas, Aku mulai mengeluarkan lidahnya yang bagai ular. Lidah Aku membuat Bu Dewi makin tak berkutik dan tenggelam sepenuhnya dalam pelukan sang sopir.“Mas?” tanya Bu Dewi ketika bibir mereka lepas sejenak. “Hmm?” Bu Dewi tak buru - buru menjawab karena kembali menikmati lidah dan bibir Aku.
“Aku… mhh… mmhh… mau… tanya…”
“Hmm?”
Kembali bibir Aku menggelayut di bibir sang kekasih namun kali ini Bu Dewi menolaknya.
“Iiihhh… Mas nakal! Aku kan mau tanya sesuatu yang penting, jangan digangguin dulu!”
“Habis bibir kamu menggemaskan, mungil dan mengundang, aku jadi tidak tahan.” Kata Aku sambil tersenyum. “Baiklah, kamu mau tanya apa, sayang?”
“Bagian mana dari tubuhku yang paling Mas Aku suka? Akan langsung aku berikan sekarang juga.” Kata Bu Dewi sambil menggigit bibir bawahnya dengan genit.
“Aku suka semuanya.”
“Ah, jawaban gombal.”
“Kalau begitu… aku suka dari ujung kaki sampai ujung rambut.”
“Hi hi hi, aku nggak percaya. Mana ada yang suka ujung kaki aku.”
“Aku suka.”
“Bohong.”
“Eh, gak percaya? Baik aku buktiin!”
Aku membalik badannya dengan cepat tanpa mempedulikan protes Bu Dewi yang tertawa.
“Aku kan cuma becanda, Mas!”
Aku membuktikan kesungguhannya dengan menciumi jempol dan jemari kaki Bu Dewi. Si cantik beranak satu itu adalah wanita yang amat memperhatikan kebersihan, sehingga Aku tidak sedikitpun merasa jijik karena kaki Bu Dewi sangat mulus dan bersih. Mirip kaki seorang bayi yang lembut dan suci. Aku mencium dan menjilat - jilat kaki sang kekasih dengan sepenuh hati. Bu Dewi bergetar karena rangsangan Aku ini.
“A… aku percaya, Mas… aku percaya…”
Sambil tersenyum puas Aku mengelus lembut betis sang bidadari. Tentu saja pria tua itu tidak berhenti sampai di situ saja. Ia mengeluskan tangannya dari bawah ke atas, naik ke arah paha mulus Bu Dewi. Kaki Bu Dewi yang jenjang membuat Aku terkagum - kagum, begitu mulus, indah dan putih, sangat sedap dipandang. Bu Dewi memiliki karunia yang sangat lengkap dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, semua indah dan sempurna.
Tapi bidadari itu kini tengah dilanda nafsu birahi yang meledak - ledak, ia tidak mau tangan Aku hanya mengelus - elus betis dan pahanya saja, ia ingin lebih. Sambil berbaring di ranjang, Bu Dewi memberanikan diri mengelus batang kemaluan Aku yang masih tersembunyi di balik celana. Tangannya yang lembut bergerak naik turun dengan perlahan, membuat sekujur tubuh Aku merinding keenakan. Siapa yang tidak mau penisnya dikocok wanita semolek Bu Dewi? Hanya dengan melihat pandangan mata Bu Dewi yang berbinar, Aku tahu kalau Bu Dewi merindukan permainan cinta yang sebenarnya, bukan perkosaan brutal ala Pak Bejo, atau hubungan dingin tanpa perasaan seperti yang ditunjukkan Samsudin. Aku akan membuat si cantik ini menikmati seks yang indah bersamanya.
Perlahan Aku menurunkan celana berikut celana dalamnya. Batang kemaluannya menegak kencang di hadapan wajah cantik Bu Dewi.
“Mas… aku ingin… mmm… boleh aku…?” tanya Bu Dewi malu - malu. “Mmm… bolehkah?”
Bu Dewi tidak melanjutkan kata - katanya saat ia melihat Aku mengernyit keenakan. Elusan lembut jemari Bu Dewi pada batang kemaluan Aku membuat mantan penjual bakso itu bergetar dan menggelinjang tak kuasa menahan nafsu. Hal itu membuat Bu Dewi tersenyum tertahan, seperkasa apapun Aku, ia ternyata tidak tahan dengan jari - jarinya yang lembut.
Sembari menikmati elusan lembut jemari Bu Dewi pada penisnya, Aku melucuti pakaian yang ia kenakan. Ia ingin bersentuhan langsung dengan kulit mulus Bu Dewi, tanpa terhalang baju mereka. Seakan mengerti kemauan Aku, Bu Dewi mengikuti dengan melucuti pakaiannya sendiri. Ia berhenti sebentar mengelus penis Aku untuk membuka baju. Pria tua itu mengerang kecewa ketika Bu Dewi berhenti menyentuh kemaluannya, namun karena ia mendapati Bu Dewi sudah tak berbusana ketika ia membuka mata, Aku tak mengeluh sedikitpun.
Aku berdecak kagum ketika kembali bisa menikmati keutuhan tubuh molek Bu Dewi. Benar - benar seorang bidadari yang turun dari langit, sempurna tiada duanya. Bila dibandingkan dengan bintang sinetron, mungkin Bu Dewi lebih cantik dan seksi, kini bayangkan jika tubuh sesempurna itu dipersembahkan untuk pria seperti Aku! Pandangan matanya tak ingin lepas dari kesempurnaan Bu Dewi, wajah cantik lembut dengan rambut yang terurai indah, kulit mulus seputih susu yang memancarkan keharuman mewangi, payudara sempurna yang sintal dan menggairahkan, pinggang ramping, pantat bulat, semua - untuk Aku.
Bu Dewi diam saja tanpa mempedulikan kekaguman Aku kepadanya dan meneruskan ‘pekerjaannya’ memainkan kemaluan Aku.
Aku buru - buru sadar dari rasa kagum yang membuatnya terbengong - bengong dan segera kembali ke posisi semula, ia berbaring dan membiarkan wajah Bu Dewi tepat berada di depan penisnya sementara ia sendiri berhadapan langsung dengan kaki sang bidadari. Saat itulah pria tua yang perkasa itu menurunkan wajahnya hingga ke kaki sang bidadari. Bu Dewi meringis keenakan saat Aku beraksi, tanpa malu - malu pria tua yang pernah berjualan bakso itu menjilati dan menciumi ujung - ujung jemari kaki Bu Dewi. Aku melakukan aksinya dengan sangat pintar dan membuat Bu Dewi menggelinjang, ibu muda satu anak yang statusnya adalah istri orang itupun tak kuasa menahan desahan demi desahan yang terus menerus keluar dari bibir mungilnya.
“Auhhhhhmmm, Masss… geli mass… jangan… aaaaahhhh…” tangan Bu Dewi tak beranjak dari batang kemaluan Aku, terus meremas dan mengocok penisnya yang besar dan hitam sementara sang supir mencumbu dan mengulum jari - jari kaki dan betisnya. Melihat Bu Dewi keenakan, Aku menarik kaki wanita cantik yang mulus dan jenjang itu ke bawah. Jengkal demi jengkal sisi - sisi kaki Bu Dewi dicumbui dengan buas oleh Aku, si cantik itu makin tak tahan dibuatnya, kakinya bergerak tak menentu arah, menyepak kesana kemari. Aku tersenyum, dengan tangannya yang berotot dipegangnya kaki Bu Dewi erat - erat, lalu dijilatinya seluruh bagian kaki Bu Dewi yang sangat putih dan indah itu.
“Aaaahh, Massss… ouuuhhh, jahaaaat… geli ahhhh!!”
Aku melanjutkan ciuman dan jilatannya tanpa memperdulikan desahan manja sang ibu muda. Bu Dewi memejamkan mata menahan nafsunya yang menggelegak hebat karena foreplay yang dilakukan oleh Aku. Semua perasaan jijik yang selama ini dipelihara karena tidur dengan laki - laki yang tidak ia sukai ia lepaskan dengan bebas bersama Aku. Laki - laki ini memang bukan Samsudin, tapi paling tidak ia bukan Pak Bejo. Bu Dewi melenguh dan mengembik tanpa malu, membiarkan suaranya lepas menyebar ke seluruh penjuru rumah. Seluruh penat dan stress karena masalah Pak Bejo dan Samsudin membuat Bu Dewi menyerahkan seluruh tubuhnya pada Aku.
Aku kini tak hanya menggunakan lidah dan mulutnya saja, tangannya bergerak menyentuh paha Bu Dewi dan mengelus - elusnya lembut. Tak pernah ia membayangkan sebelumnya kalau ia mampu melakukan hal ini selepas keluar dari penjara, yaitu mengelus - elus paha mulus seorang wanita cantik dan terhormat seperti Bu Dewi.
Istri Samsudin itu masih memejamkan mata, ia membiarkan saja tangan Aku bergerak nakal menyusuri pahanya yang putih mulus sampai ke pangkal paha. Setelah bagian bawah kaki Bu Dewi yang jenjang basah oleh ciuman dan jilatan bibir dan lidah Aku, kini giliran paha mulus Bu Dewi yang diserang.
Ibu muda satu anak itu membuka pahanya lebar - lebar memperlihatkan keindahan bibir kemaluannya yang merekah merah muda, kuncupnya yang mungil mempesona Aku. Ia kagum Bu Dewi masih memiliki bentuk vagina yang indah padahal sudah memberikan keperawanan pada Samsudin, melahirkan Opi dan tidur berkali - kali dengan Pak Bejo.
Jari jemari Aku bergerak lincah menyusuri daerah sekitar kemaluan Bu Dewi tanpa sekalipun menyentuh bibir vaginanya. Tubuh Bu Dewi menggelinjang karena menahan nafsu yang kian lama kian tak tertahankan. Sekali - sekali Aku menyentuhkan jarinya ke bibir kemaluan Bu Dewi seakan tak disengaja.
“Ahhhh!! Ahhh!!” desah Bu Dewi manja, tubuhnya bergetar hebat tiap kali Aku memancingnya. Tak tahan oleh perlakuan sang supir, Bu Dewi melenguh panjang, kepalanya bergerak makin tak terkendali ke kanan kiri sementara matanya masih terus terpejam. Melihat gerakan erotis dan lenguhan manja sang majikan, Aku makin berani. Dengan nekat pria kurus berkulit gelap itu mendorong kepalanya masuk ke pangkal paha Bu Dewi.
“Aaaaaaaaaaahhhh!!!” Bu Dewi kembali mengeluarkan desahan panjang.
Aku terus melaksanakan niatnya menguasai daerah kemaluan Bu Dewi dengan bibir dan lidahnya. Hisapan, ciuman dan jilatan silih berganti menyerang sang ibu muda. Belum sampai kemaluan Aku masuk, liang cinta Bu Dewi sudah mulai basah. Bahkan Aku bisa melihat tetesan air cinta mengalir tipis dari bibir mungil kemaluan sang kekasih. Bu Dewi mengangkat pantatnya, meminta bibir Aku terus mengelus bibir vaginanya. Dengan lembut Aku menyusuri rambut kemaluan Bu Dewi yang lembut. Aku paling suka dengan wanita seperti Bu Dewi, dia merawat rambut kemaluannya dengan mencukurnya rajin, baunya juga sangat wangi dengan aroma khas. Aku sengaja menggoda Bu Dewi dengan menghembuskan nafas ke liang memeknya tanpa menyentuh. Bu Dewi tak tahan lagi, dia sodorkan bibir kewanitaannya ke mulut Aku.
Dengan kedua jarinya, Aku membuka sedikit mulut kemaluan Bu Dewi. Iapun segera mencari titik kelemahan sang ibu muda - klitorisnya. Ketika tonjolan kecil yang mematikan itu berhasil ditemukan, Aku memperlancar aksinya menaklukkan Bu Dewi. Jilatan, hisapan dan sedotannya membuat tubuh Bu Dewi melonjak - lonjak bagai kuda liar yang sangat binal. Aku bahkan harus memegang erat tubuh Bu Dewi agar tak terlonjak jatuh dari ranjang. Aku melumat lembut kelentit sang wanita cantik yang ada dalam pelukannya, ciumannya lalu beralih ke sisi luar bibir vagina dan akhirnya ke bawah, masuk ke dalam liang cintanya. Sekali lagi Bu Dewi melonjak ke atas dan mendesis dengan keras, wajahnya yang cantik terlihat histeris namun ia berusaha keras menahan teriakannya.
“Mas! Sudah, Mas! Aku tidak kuat lagi! Masukkan! Ayo! Masukkan…”
Aku tidak begitu saja menuruti permintaan Bu Dewi. Ia mainkan dulu lidahnya di bibir memek Bu Dewi. Gerakan kaki sang bidadari makin tak tertahan, ia menendang kesana kemari tanpa sasaran. Kepalanya berpaling ke kanan dan kiri dengan mata terpejam dan keringat yang terus bercucuran. Bu Dewi mengambil bantal dan menggigit ujungnya untuk menahan kenikmatan yang terus ia rasakan. Ketika Aku menyedot cairan cinta yang menetes keluar dari memek Bu Dewi, rasa gelinya ia alirkan dengan menggigit ujung bantal.
Lidah Aku makin berkuasa. Ia mendorong lidahnya masuk ke memek Bu Dewi, menjilat dinding yang ada di dalam, menari dan bergoyang tanpa ampun. Jari jemari Aku membuka sedikit bibir memek Bu Dewi agar lidahnya bisa lebih leluasa.
“Sudah, Mas! Sudah cukup! Aku tidak tahan lagi!” desis Bu Dewi untuk yang kesekiankali.
Aku mengangkat kepala dan tubuhnya, kini ia membenamkan bibirnya ke telinga sang bidadari. Orang yang pernah menjadi narapidana itu terus membisikkan kata - kata mesra ke telinga Bu Dewi, sementara tangannya asyik memainkan pentil susu yang sudah sangat menjorok keluar. Istri Samsudin itu sudah sangat bernafsu, wajahnya memerah karena sangat menginginkan kemaluan Aku. Ia mengelus dada Aku dan meminta dengan pandangan memelas. Aku tahu apa yang diinginkan oleh majikannya yang jelita itu, ia segera mengambil posisi.
Aku kembali mengincar klitoris milik Bu Dewi. Benda mungil yang menjorok tepat di dalam area kemaluan sang bidadari itu dijilatnya ke kanan dan kiri, digerakkan naik turun. Bagi seorang wanita, titik kelemahan inilah yang membuatnya tak tahan menerima godaan laki - laki. Begitu pula bagi Bu Dewi, tubuhnya melejit dan pantatnya diangkat tinggi - tinggi, cairan cintapun meleleh membasahi bibir kemaluan si cantik itu. Ketika Aku nekat menyeruput cairan cinta Bu Dewi, istri Samsudin itupun menggelinjang keenakan dan meronta.
“Masssss… ahhhhh… ooooohhhhmmm… jangan dimaininnnn…” Bu Dewi merem melek keenakan, dia sudah tidak tahan lagi. “Ayo masukkan, Mas! Cepeeeet!! Aku tidak tahaaaan!!” rengeknya manja.
Dengan hati - hati Aku menaiki tubuh sempurna milik Bu Dewi, putihnya kulit mulus Bu Dewi yang bagai pualam membuat pria tua kurus itu terkagum - kagum. Kontras sekali kulit bidadari ini dengan kulitnya yang hitam legam. Apalagi melihat payudara sempurna yang tak puas - puas remas dengan gemas. Betapa kagetnya Aku ketika Bu Dewi nekat menarik batang kemaluannya yang sudah mengeras.
“Ouuuughhhh, besar sekali… ehmmmm… masukin, Masssss!! Cepeeettt!!”
Tentu saja Aku tidak ingin begitu saja menyodokkan penisnya ke memek Bu Dewi walaupun dia sangat ingin. Dengan gerakan ringan, digoyangkan ujung gundul penisnya ke bibir kemaluan Bu Dewi tapi selalu ditariknya batang kemaluan itu ketika Bu Dewi ingin membimbingnya masuk ke dalam.
“Aaaahhh! Gimana sih!! Ayoooo, aku sudah tidak tahaaaann!!!” rengek si cantik.
Dengan hati - hati batang kemaluan Aku ditarik oleh Bu Dewi masuk ke dalam liang kemaluannya. Bagi Aku, ini yang namanya mimpi menjadi kenyataan. Sang majikan yang cantik jelita dan seksi sangat bernafsu menikmati kemaluan supirnya yang buruk rupa, kurus dan hitam legam. Bu Dewi sudah tidak ingat lagi statusnya sebagai istri Samsudin ataupun ibu Opi, ia hanya ingin disetubuhi saat ini - - disetubuhi oleh penis raksasa Aku!
Penis Aku melesak masuk dengan mudah karena memek Bu Dewi sudah sangat basah, cairan pelumas yang keluar di dalam liang kenikmatan Bu Dewi membanjir dengan deras, memudahkan batang kemaluan Aku melesak masuk ke dalam. Bu Dewi mengerang dan menggoyangkan kepalanya ke kiri dan kanan, ia menderita dalam kenikmatan. Ketika melihat Bu Dewi sedikit kesakitan, Aku menunda menyodokkan penisnya, tapi Bu Dewi justru mengangkat pantatnya, ingin segera digenjot.
Aku memaju mundurkan pinggulnya dengan perlahan, ia takut menyakiti vagina Bu Dewi. Tapi wanita cantik itu sudah terlalu tenggelam dalam kenikmatan birahi yang tanpa ujung. Aku tak puas - puasnya memandang kecantikan dan kemolekan wajah dan tubuh Bu Dewi. Lekuk tubuhnya yang sempurna, buah dadanya yang kenyal, pinggang ramping dan kulit putih mulus sang majikan. Ia bagaikan berada di awang - awang, tak percaya ia ternyata berhasil menikmati keindahan tubuh istri Samsudin yang sangat seksi ini.
“Masss… aku nggak tahan… terussss… aaaahhhh…” Bu Dewi merengek manja.
Aku tidak mampu menjawab karena merem melek keenakan. Memek Bu Dewi meremas - remas kemaluannya, memilin dan menggilingnya dalam liang kenikmatan yang sempit dan lembab. Ia tidak menyangka memek ibu satu anak ini masih begitu sempit dan nikmat, penisnya seakan disedot ke dalam tubuh Bu Dewi. Memek si cantik itu lama kelamaan makin basah oleh cairan kenikmatan yang keluar dari dalam, membuat goyangan penis Aku seakan menumbuk liang yang becek.
Desahan manja dan kecantikan Bu Dewi membuat Aku makin tak kuat menahan nafsunya. Dengan penuh tenaga pria tua kurus berkulit gelap itu mempercepat gerakan menumbuknya. Bu Dewi makin kebingungan, sakit sekaligus enak sekali rasanya, ia tidak tahu harus berbuat apa. Bu Dewi hanya bisa mengimbangi gerakan memilin Aku dengan menggerakkan pinggulnya maju mundur. Kemaluan Aku yang ukurannya sangat besar memenuhi liang kenikmatannya dengan penuh, hanya dengan menggerakkan pinggulnya sedikit, penis itu sudah sampai di ujung terdalam dinding memek Bu Dewi, si cantik itupun belingsatan dan merem melek keenakan.
Tempat tidur Aku makin tak berbentuk, sepreinya acak - acakan, bantal dan gulingnya terjatuh entah kemana. Makin lama, kedua insan yang sedang bercinta itu semakin dekat ke puncak kenikmatan. Aku berusaha keras menahan orgasme, ia tak ingin terlalu cepat mengeluarkan air maninya, ia masih ingin menikmati memek Bu Dewi yang nikmatnya bagaikan surgawi. Tapi ia tak bisa mengingkari kekuatannya sendiri, dengan sekuat tenaga, Aku menyodokkan penisnya berkali - kali ke dalam memek Bu Dewi yang menjerit - jerit penuh kenikmatan. Akhirnya Aku mengeluarkan satu lolongan panjang, ia meremas bahu Bu Dewi kuat - kuat. Ia hampir sampai di puncak kenikmatan.
Bu Dewi yang tahu Aku sudah hampir orgasme juga tak mau kalah, ia menggerakkan tubuhnya dengan gerakan menggila dan mendaki jalan nikmat menuju puncak. Bu Dewi sudah tidak peduli lagi dengan posisinya sebagai majikan Aku ataupun statusnya sebagai istri Samsudin dan ibu satu anak. Ia hanya ingin memuaskan birahinya secara alami, tanpa paksaan, tanpa tuntutan. Bu Dewi mengangkat kakinya dan mengapit pinggul Aku, ia sodokkan pantatnya ke atas untuk melesakkan penis Aku lebih dalam lagi. Akhirnya si cantik itu sampailah ke ujung perjalanan permainan cinta ini, ia mengerang tanpa terkendali.
“Masssss! Massss! Aku mau keluaaaaaar!!” jerit Bu Dewi panik, ia tak kuat lagi menahan orgasme. “Ahhhhhh! Aaahhhh!!!”
“Ahhhhmmm!! Ayo sayang! Kita sama - sama keluar! Aaahhh!!! Bu Dewiku sayaaaang!!”
Semprotan demi semprotan air mani mengalir deras di dalam memek Bu Dewi, bercampur dengan cairan cinta yang memancar dari dalam. Cairan kental meleleh dari ujung bibir kemaluan sang ibu muda, membuktikan penyatuan kedua tubuh insan berlainan jenis ini.
Desah nafas kelelahan berpacu dari mulut Bu Dewi dan Aku yang masih berpelukan dalam ketelanjangan, keringat deras membanjir di seluruh tubuh mereka, kemaluan Aku masih bertahan di dalam liang lembut Bu Dewi. Untuk beberapa saat lamanya, mereka berdua hanya terdiam, membiarkan waktu berlalu dan mencoba memperoleh kembali nafas mereka yang kembang kempis.
Tangan Aku menggenggam erat tangan Bu Dewi, untuk sesaat sekalipun, ia tidak mau melepaskannya. Ia ingin terus bisa melakukan ini, ia ingin terus bisa menikmati keindahan tubuh sang majikan… ah bukan… ia ingin terus bisa menikmati tubuh indah sang kekasih pujaan. Ya, walaupun di mata orang luar mereka adalah majikan dan sopir, tapi Aku dan Bu Dewi kini resmi menjadi sepasang kekasih.
Mata mereka saling berpandangan, mencoba menyelami perasaan masing - masing. Aku tahu, walaupun ada kepuasan dalam diri Bu Dewi, namun matanya yang indah itu tak bisa berbohong. Ia menyimpan kesedihan yang teramat dalam. Aku tahu apa yang mereka lakukan ini salah, Bu Dewi adalah istri sah Samsudin dan ia mungkin telah menggoda wanita cantik itu untuk berselingkuh. Mungkin apa yang mereka berdua rasakan bukan cinta, mungkin hanya nafsu… tapi… seandainya diijinkan, ia ingin selalu bersama… selamanya.
Bu Dewi menatap mata Aku tajam, entah kenapa ia terlihat ragu hendak mengungkapkan sesuatu. “Mas, aku… bolehkah aku menanyakan sesuatu? Sebenarnya aku malu… tapi…”
“Boleh saja, sayang. Mau tanya apa?”
“Mas… emmm, sudah capek belum?… emm… mau… lagi?” Bu Dewi mengedip genit dan tersenyum manja.
Aku tertawa geli. Ia memeluk bidadarinya erat - erat tanpa sedikitpun keinginan melepas tubuh indahnya. “Apapun yang kamu minta, sayang. Apapun yang kamu minta.”
Dengan manja Bu Dewi mengangkat tangan Aku dan membiarkan jemarinya mengelus pantatnya yang bulat, Bu Dewi kemudian menggoyangnya tanpa merasa malu. “Mau coba dari belakang?” tanya si cantik itu dengan senyum nakal.
Ini bukan kali pertama baginya, dan jelas bukan yang terakhir.
Malam pun terasa panjang untuk mereka berdua.
Suatu kejadian yang mengubah hal ini, suatu hari mobil mereka ditabrak oleh truck yang dikemudikan seorang supir yang mabuk dan mengakibatkan pak Samsudin mengalami kecelakaan yang serius sehingga harus duduk dikursi roda. Akibat kecelakaan ini aku diminta untuk membantu membawa mobil mereka untuk mengantar Bu Dewi bekerja menggantikan suaminya mengurus usahanya.
Hal ini menyebabkan keluarga kami bertambah akrab dan pak Samsudin berserta bu Dewi memberi bantuan finansial sehingga ekonomi keluarga kami meningkat dengan baik.
Saya sering menemani bu Dewi untuk mengurus usahanya sampai larut malam. Hubungan kami juga masih dalam batas sopan santun antara majikan dan supirnya. Bu Dewi selalu duduk dibelakang layaknya seorang majikan . Bahkan bila pergi dengan Tika dan istriku mereka selalu duduk dibelakang.
Karena masih muda dan cantik bu Dewi sering dilirik dan digodain oleh para lelaki baik yang muda atau yang tua. Pernah suatu malam sehabis rapat dikantor pelanggannya yang rawan bu Dewi hampir diperkosa oleh pelanggannya yang dibantu para preman. Untungnya aku turun membantunya mengusir para preman tersebut. Bajunya sobek, BH terlepas demikian juga jilbabnya entah kemana. Aku beruntung dapat menyaksikan keelokan tubuhnya yang putih dengan rambut panjangnya yang hitam mengkilat Buah dadanya yang terbuka terlihat menantang dengan bekas merah akibat remasan para preman. Aku memberikan jaketku untuk menutupi lemolekan tubuhnya. Selama dijalan aku menghiburnya karena bu Dewi terus menangis karena merasa terhina atas kejadian itu.
Aku mengantar sampai rumah dan pak Samsudin serta bu Dewi sangat berterimakasih atas pertolonganku itu. Dan sebagai tanda terimakasih bu Dewi sekarang duduk didepan disampingku demikian juga kalau bu Dewi makan akan selalu mengajak makan semeja dan melayaniku Demikian juga kalau pergi ke Mal atau ke pesta aku akan mendampinginya. Para lelaki buaya tidak lagi berani mengganggu bu Dewi karena tampangku yang seram.
Suatu malam aku dan istriku diundang bertemu disebuah ruangan tertutup disebuah restoran. Aku takut sekali karena mengira akan mendapat kabar buruk atau kemungkinan aku dan istriku dipecat karena kami sudah bergaul melwati batas antara majikan dan supir.
Pak Samsudin menenangkan aku karena hal itu tidak mungkin terjadi karena aku sangat berjasa kepada keluarga mereka bahkan mereka memanggil kami karena pak Samsudin menawarkan aku menjadi suami kedua istrinya. Hal ini disebabkan karena pak Samsudin sudah tidak sanggup menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami dan sebagai balas jasa atas pertolonganku. Bu Dewipun memohon kepadaku dan istriku agar merelakan aku menjadi suaminya Karena terus dipaksa akhirnya aku menyetujinya. Sebagai rencana untuk melakukan hubungan kami dan bu Dewi akan menginap di Villa selama seminggu.
Pagi-pagi aku diminta mengantar bu Dewi kesalon untuk berdandan. Aku pangling dengan penampilannya pagi itu karena Bu Dewi memakai celana jin dan jilbabnya pun dicopot
Disalon bu Dewi berganti kain kebaya yang seksi, buah dadanya kelihatan menonjol dari kebayanya demikian juga kainnya berbelah samping yang cukup tinggi sehingga pangkal pahanya kelihatan.
Sewaktu berangkat ke Villa aku iseng-iseng menyenggol pahanya dan bu Dewi pun berkata “sabar mas tubuhku adalah milikku” Sesampai di Villa bagaikan pengantin yang baru saja menikah, tanpa diminta Aku mengangkat tubuh Bu Dewi dan meletakkan tubuh indahnya dengan lembut di atas ranjang. Walaupun awalnya kaget, namun Bu Dewi menuruti saja kemauan lelaki tua perkasa itu. Aku duduk di samping Bu Dewi yang terbaring. Dengan berani istri pak Samsudin itu menyentuh pundak laki - laki kurus dan tua yang rebah disampingnya. Ia menyentuh pundak Aku tanpa melepaskan pandangan dari mata pria yang pernah menjadi preman itu. Tangan lembut Bu Dewi meraih bagian belakang kepala Aku dan menariknya ke bawah, lalu bibir seksi si cantik itu mengecup bibir sang supir.
Ciuman lembut Bu Dewi yang tulus mengoles bibirnya bagaikan obat untuk semua lelah yang pernah Aku keluarkan seumur hidupnya. Olesan lembut bibir mungil majikannya itu juga membuat tubuh Aku bagaikan disentak aliran listrik berjuta volt, seandainya dia adalah sebuah baterai hidup, Aku sudah langsung tercharge dengan energi hingga penuh. Bibir mereka berdua saling mengelus, saling menimang, beruntai, berjalin, menikmati sentuhan pelan dan nikmat yang tak bisa diungkap dengan kata. “Mmmhh…” desah Bu Dewi manja. Ia memejamkan mata dan membiarkan bibir Aku menari di atas bibirnya yang lembut, membiarkan bibir tebal dan keras sang sopir menyelimuti bibirnya yang ranum. Olesan bibir Aku tidak seperti bibir Samsudin yang lembut
Lama pagutan bibir mereka tak saling lepas, Aku mulai mengeluarkan lidahnya yang bagai ular. Lidah Aku membuat Bu Dewi makin tak berkutik dan tenggelam sepenuhnya dalam pelukan sang sopir.“Mas?” tanya Bu Dewi ketika bibir mereka lepas sejenak. “Hmm?” Bu Dewi tak buru - buru menjawab karena kembali menikmati lidah dan bibir Aku.
“Aku… mhh… mmhh… mau… tanya…”
“Hmm?”
Kembali bibir Aku menggelayut di bibir sang kekasih namun kali ini Bu Dewi menolaknya.
“Iiihhh… Mas nakal! Aku kan mau tanya sesuatu yang penting, jangan digangguin dulu!”
“Habis bibir kamu menggemaskan, mungil dan mengundang, aku jadi tidak tahan.” Kata Aku sambil tersenyum. “Baiklah, kamu mau tanya apa, sayang?”
“Bagian mana dari tubuhku yang paling Mas Aku suka? Akan langsung aku berikan sekarang juga.” Kata Bu Dewi sambil menggigit bibir bawahnya dengan genit.
“Aku suka semuanya.”
“Ah, jawaban gombal.”
“Kalau begitu… aku suka dari ujung kaki sampai ujung rambut.”
“Hi hi hi, aku nggak percaya. Mana ada yang suka ujung kaki aku.”
“Aku suka.”
“Bohong.”
“Eh, gak percaya? Baik aku buktiin!”
Aku membalik badannya dengan cepat tanpa mempedulikan protes Bu Dewi yang tertawa.
“Aku kan cuma becanda, Mas!”
Aku membuktikan kesungguhannya dengan menciumi jempol dan jemari kaki Bu Dewi. Si cantik beranak satu itu adalah wanita yang amat memperhatikan kebersihan, sehingga Aku tidak sedikitpun merasa jijik karena kaki Bu Dewi sangat mulus dan bersih. Mirip kaki seorang bayi yang lembut dan suci. Aku mencium dan menjilat - jilat kaki sang kekasih dengan sepenuh hati. Bu Dewi bergetar karena rangsangan Aku ini.
“A… aku percaya, Mas… aku percaya…”
Sambil tersenyum puas Aku mengelus lembut betis sang bidadari. Tentu saja pria tua itu tidak berhenti sampai di situ saja. Ia mengeluskan tangannya dari bawah ke atas, naik ke arah paha mulus Bu Dewi. Kaki Bu Dewi yang jenjang membuat Aku terkagum - kagum, begitu mulus, indah dan putih, sangat sedap dipandang. Bu Dewi memiliki karunia yang sangat lengkap dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, semua indah dan sempurna.
Tapi bidadari itu kini tengah dilanda nafsu birahi yang meledak - ledak, ia tidak mau tangan Aku hanya mengelus - elus betis dan pahanya saja, ia ingin lebih. Sambil berbaring di ranjang, Bu Dewi memberanikan diri mengelus batang kemaluan Aku yang masih tersembunyi di balik celana. Tangannya yang lembut bergerak naik turun dengan perlahan, membuat sekujur tubuh Aku merinding keenakan. Siapa yang tidak mau penisnya dikocok wanita semolek Bu Dewi? Hanya dengan melihat pandangan mata Bu Dewi yang berbinar, Aku tahu kalau Bu Dewi merindukan permainan cinta yang sebenarnya, bukan perkosaan brutal ala Pak Bejo, atau hubungan dingin tanpa perasaan seperti yang ditunjukkan Samsudin. Aku akan membuat si cantik ini menikmati seks yang indah bersamanya.
Perlahan Aku menurunkan celana berikut celana dalamnya. Batang kemaluannya menegak kencang di hadapan wajah cantik Bu Dewi.
“Mas… aku ingin… mmm… boleh aku…?” tanya Bu Dewi malu - malu. “Mmm… bolehkah?”
Bu Dewi tidak melanjutkan kata - katanya saat ia melihat Aku mengernyit keenakan. Elusan lembut jemari Bu Dewi pada batang kemaluan Aku membuat mantan penjual bakso itu bergetar dan menggelinjang tak kuasa menahan nafsu. Hal itu membuat Bu Dewi tersenyum tertahan, seperkasa apapun Aku, ia ternyata tidak tahan dengan jari - jarinya yang lembut.
Sembari menikmati elusan lembut jemari Bu Dewi pada penisnya, Aku melucuti pakaian yang ia kenakan. Ia ingin bersentuhan langsung dengan kulit mulus Bu Dewi, tanpa terhalang baju mereka. Seakan mengerti kemauan Aku, Bu Dewi mengikuti dengan melucuti pakaiannya sendiri. Ia berhenti sebentar mengelus penis Aku untuk membuka baju. Pria tua itu mengerang kecewa ketika Bu Dewi berhenti menyentuh kemaluannya, namun karena ia mendapati Bu Dewi sudah tak berbusana ketika ia membuka mata, Aku tak mengeluh sedikitpun.
Aku berdecak kagum ketika kembali bisa menikmati keutuhan tubuh molek Bu Dewi. Benar - benar seorang bidadari yang turun dari langit, sempurna tiada duanya. Bila dibandingkan dengan bintang sinetron, mungkin Bu Dewi lebih cantik dan seksi, kini bayangkan jika tubuh sesempurna itu dipersembahkan untuk pria seperti Aku! Pandangan matanya tak ingin lepas dari kesempurnaan Bu Dewi, wajah cantik lembut dengan rambut yang terurai indah, kulit mulus seputih susu yang memancarkan keharuman mewangi, payudara sempurna yang sintal dan menggairahkan, pinggang ramping, pantat bulat, semua - untuk Aku.
Bu Dewi diam saja tanpa mempedulikan kekaguman Aku kepadanya dan meneruskan ‘pekerjaannya’ memainkan kemaluan Aku.
Aku buru - buru sadar dari rasa kagum yang membuatnya terbengong - bengong dan segera kembali ke posisi semula, ia berbaring dan membiarkan wajah Bu Dewi tepat berada di depan penisnya sementara ia sendiri berhadapan langsung dengan kaki sang bidadari. Saat itulah pria tua yang perkasa itu menurunkan wajahnya hingga ke kaki sang bidadari. Bu Dewi meringis keenakan saat Aku beraksi, tanpa malu - malu pria tua yang pernah berjualan bakso itu menjilati dan menciumi ujung - ujung jemari kaki Bu Dewi. Aku melakukan aksinya dengan sangat pintar dan membuat Bu Dewi menggelinjang, ibu muda satu anak yang statusnya adalah istri orang itupun tak kuasa menahan desahan demi desahan yang terus menerus keluar dari bibir mungilnya.
“Auhhhhhmmm, Masss… geli mass… jangan… aaaaahhhh…” tangan Bu Dewi tak beranjak dari batang kemaluan Aku, terus meremas dan mengocok penisnya yang besar dan hitam sementara sang supir mencumbu dan mengulum jari - jari kaki dan betisnya. Melihat Bu Dewi keenakan, Aku menarik kaki wanita cantik yang mulus dan jenjang itu ke bawah. Jengkal demi jengkal sisi - sisi kaki Bu Dewi dicumbui dengan buas oleh Aku, si cantik itu makin tak tahan dibuatnya, kakinya bergerak tak menentu arah, menyepak kesana kemari. Aku tersenyum, dengan tangannya yang berotot dipegangnya kaki Bu Dewi erat - erat, lalu dijilatinya seluruh bagian kaki Bu Dewi yang sangat putih dan indah itu.
“Aaaahh, Massss… ouuuhhh, jahaaaat… geli ahhhh!!”
Aku melanjutkan ciuman dan jilatannya tanpa memperdulikan desahan manja sang ibu muda. Bu Dewi memejamkan mata menahan nafsunya yang menggelegak hebat karena foreplay yang dilakukan oleh Aku. Semua perasaan jijik yang selama ini dipelihara karena tidur dengan laki - laki yang tidak ia sukai ia lepaskan dengan bebas bersama Aku. Laki - laki ini memang bukan Samsudin, tapi paling tidak ia bukan Pak Bejo. Bu Dewi melenguh dan mengembik tanpa malu, membiarkan suaranya lepas menyebar ke seluruh penjuru rumah. Seluruh penat dan stress karena masalah Pak Bejo dan Samsudin membuat Bu Dewi menyerahkan seluruh tubuhnya pada Aku.
Aku kini tak hanya menggunakan lidah dan mulutnya saja, tangannya bergerak menyentuh paha Bu Dewi dan mengelus - elusnya lembut. Tak pernah ia membayangkan sebelumnya kalau ia mampu melakukan hal ini selepas keluar dari penjara, yaitu mengelus - elus paha mulus seorang wanita cantik dan terhormat seperti Bu Dewi.
Istri Samsudin itu masih memejamkan mata, ia membiarkan saja tangan Aku bergerak nakal menyusuri pahanya yang putih mulus sampai ke pangkal paha. Setelah bagian bawah kaki Bu Dewi yang jenjang basah oleh ciuman dan jilatan bibir dan lidah Aku, kini giliran paha mulus Bu Dewi yang diserang.
Ibu muda satu anak itu membuka pahanya lebar - lebar memperlihatkan keindahan bibir kemaluannya yang merekah merah muda, kuncupnya yang mungil mempesona Aku. Ia kagum Bu Dewi masih memiliki bentuk vagina yang indah padahal sudah memberikan keperawanan pada Samsudin, melahirkan Opi dan tidur berkali - kali dengan Pak Bejo.
Jari jemari Aku bergerak lincah menyusuri daerah sekitar kemaluan Bu Dewi tanpa sekalipun menyentuh bibir vaginanya. Tubuh Bu Dewi menggelinjang karena menahan nafsu yang kian lama kian tak tertahankan. Sekali - sekali Aku menyentuhkan jarinya ke bibir kemaluan Bu Dewi seakan tak disengaja.
“Ahhhh!! Ahhh!!” desah Bu Dewi manja, tubuhnya bergetar hebat tiap kali Aku memancingnya. Tak tahan oleh perlakuan sang supir, Bu Dewi melenguh panjang, kepalanya bergerak makin tak terkendali ke kanan kiri sementara matanya masih terus terpejam. Melihat gerakan erotis dan lenguhan manja sang majikan, Aku makin berani. Dengan nekat pria kurus berkulit gelap itu mendorong kepalanya masuk ke pangkal paha Bu Dewi.
“Aaaaaaaaaaahhhh!!!” Bu Dewi kembali mengeluarkan desahan panjang.
Aku terus melaksanakan niatnya menguasai daerah kemaluan Bu Dewi dengan bibir dan lidahnya. Hisapan, ciuman dan jilatan silih berganti menyerang sang ibu muda. Belum sampai kemaluan Aku masuk, liang cinta Bu Dewi sudah mulai basah. Bahkan Aku bisa melihat tetesan air cinta mengalir tipis dari bibir mungil kemaluan sang kekasih. Bu Dewi mengangkat pantatnya, meminta bibir Aku terus mengelus bibir vaginanya. Dengan lembut Aku menyusuri rambut kemaluan Bu Dewi yang lembut. Aku paling suka dengan wanita seperti Bu Dewi, dia merawat rambut kemaluannya dengan mencukurnya rajin, baunya juga sangat wangi dengan aroma khas. Aku sengaja menggoda Bu Dewi dengan menghembuskan nafas ke liang memeknya tanpa menyentuh. Bu Dewi tak tahan lagi, dia sodorkan bibir kewanitaannya ke mulut Aku.
Dengan kedua jarinya, Aku membuka sedikit mulut kemaluan Bu Dewi. Iapun segera mencari titik kelemahan sang ibu muda - klitorisnya. Ketika tonjolan kecil yang mematikan itu berhasil ditemukan, Aku memperlancar aksinya menaklukkan Bu Dewi. Jilatan, hisapan dan sedotannya membuat tubuh Bu Dewi melonjak - lonjak bagai kuda liar yang sangat binal. Aku bahkan harus memegang erat tubuh Bu Dewi agar tak terlonjak jatuh dari ranjang. Aku melumat lembut kelentit sang wanita cantik yang ada dalam pelukannya, ciumannya lalu beralih ke sisi luar bibir vagina dan akhirnya ke bawah, masuk ke dalam liang cintanya. Sekali lagi Bu Dewi melonjak ke atas dan mendesis dengan keras, wajahnya yang cantik terlihat histeris namun ia berusaha keras menahan teriakannya.
“Mas! Sudah, Mas! Aku tidak kuat lagi! Masukkan! Ayo! Masukkan…”
Aku tidak begitu saja menuruti permintaan Bu Dewi. Ia mainkan dulu lidahnya di bibir memek Bu Dewi. Gerakan kaki sang bidadari makin tak tertahan, ia menendang kesana kemari tanpa sasaran. Kepalanya berpaling ke kanan dan kiri dengan mata terpejam dan keringat yang terus bercucuran. Bu Dewi mengambil bantal dan menggigit ujungnya untuk menahan kenikmatan yang terus ia rasakan. Ketika Aku menyedot cairan cinta yang menetes keluar dari memek Bu Dewi, rasa gelinya ia alirkan dengan menggigit ujung bantal.
Lidah Aku makin berkuasa. Ia mendorong lidahnya masuk ke memek Bu Dewi, menjilat dinding yang ada di dalam, menari dan bergoyang tanpa ampun. Jari jemari Aku membuka sedikit bibir memek Bu Dewi agar lidahnya bisa lebih leluasa.
“Sudah, Mas! Sudah cukup! Aku tidak tahan lagi!” desis Bu Dewi untuk yang kesekiankali.
Aku mengangkat kepala dan tubuhnya, kini ia membenamkan bibirnya ke telinga sang bidadari. Orang yang pernah menjadi narapidana itu terus membisikkan kata - kata mesra ke telinga Bu Dewi, sementara tangannya asyik memainkan pentil susu yang sudah sangat menjorok keluar. Istri Samsudin itu sudah sangat bernafsu, wajahnya memerah karena sangat menginginkan kemaluan Aku. Ia mengelus dada Aku dan meminta dengan pandangan memelas. Aku tahu apa yang diinginkan oleh majikannya yang jelita itu, ia segera mengambil posisi.
Aku kembali mengincar klitoris milik Bu Dewi. Benda mungil yang menjorok tepat di dalam area kemaluan sang bidadari itu dijilatnya ke kanan dan kiri, digerakkan naik turun. Bagi seorang wanita, titik kelemahan inilah yang membuatnya tak tahan menerima godaan laki - laki. Begitu pula bagi Bu Dewi, tubuhnya melejit dan pantatnya diangkat tinggi - tinggi, cairan cintapun meleleh membasahi bibir kemaluan si cantik itu. Ketika Aku nekat menyeruput cairan cinta Bu Dewi, istri Samsudin itupun menggelinjang keenakan dan meronta.
“Masssss… ahhhhh… ooooohhhhmmm… jangan dimaininnnn…” Bu Dewi merem melek keenakan, dia sudah tidak tahan lagi. “Ayo masukkan, Mas! Cepeeeet!! Aku tidak tahaaaan!!” rengeknya manja.
Dengan hati - hati Aku menaiki tubuh sempurna milik Bu Dewi, putihnya kulit mulus Bu Dewi yang bagai pualam membuat pria tua kurus itu terkagum - kagum. Kontras sekali kulit bidadari ini dengan kulitnya yang hitam legam. Apalagi melihat payudara sempurna yang tak puas - puas remas dengan gemas. Betapa kagetnya Aku ketika Bu Dewi nekat menarik batang kemaluannya yang sudah mengeras.
“Ouuuughhhh, besar sekali… ehmmmm… masukin, Masssss!! Cepeeettt!!”
Tentu saja Aku tidak ingin begitu saja menyodokkan penisnya ke memek Bu Dewi walaupun dia sangat ingin. Dengan gerakan ringan, digoyangkan ujung gundul penisnya ke bibir kemaluan Bu Dewi tapi selalu ditariknya batang kemaluan itu ketika Bu Dewi ingin membimbingnya masuk ke dalam.
“Aaaahhh! Gimana sih!! Ayoooo, aku sudah tidak tahaaaann!!!” rengek si cantik.
Dengan hati - hati batang kemaluan Aku ditarik oleh Bu Dewi masuk ke dalam liang kemaluannya. Bagi Aku, ini yang namanya mimpi menjadi kenyataan. Sang majikan yang cantik jelita dan seksi sangat bernafsu menikmati kemaluan supirnya yang buruk rupa, kurus dan hitam legam. Bu Dewi sudah tidak ingat lagi statusnya sebagai istri Samsudin ataupun ibu Opi, ia hanya ingin disetubuhi saat ini - - disetubuhi oleh penis raksasa Aku!
Penis Aku melesak masuk dengan mudah karena memek Bu Dewi sudah sangat basah, cairan pelumas yang keluar di dalam liang kenikmatan Bu Dewi membanjir dengan deras, memudahkan batang kemaluan Aku melesak masuk ke dalam. Bu Dewi mengerang dan menggoyangkan kepalanya ke kiri dan kanan, ia menderita dalam kenikmatan. Ketika melihat Bu Dewi sedikit kesakitan, Aku menunda menyodokkan penisnya, tapi Bu Dewi justru mengangkat pantatnya, ingin segera digenjot.
Aku memaju mundurkan pinggulnya dengan perlahan, ia takut menyakiti vagina Bu Dewi. Tapi wanita cantik itu sudah terlalu tenggelam dalam kenikmatan birahi yang tanpa ujung. Aku tak puas - puasnya memandang kecantikan dan kemolekan wajah dan tubuh Bu Dewi. Lekuk tubuhnya yang sempurna, buah dadanya yang kenyal, pinggang ramping dan kulit putih mulus sang majikan. Ia bagaikan berada di awang - awang, tak percaya ia ternyata berhasil menikmati keindahan tubuh istri Samsudin yang sangat seksi ini.
“Masss… aku nggak tahan… terussss… aaaahhhh…” Bu Dewi merengek manja.
Aku tidak mampu menjawab karena merem melek keenakan. Memek Bu Dewi meremas - remas kemaluannya, memilin dan menggilingnya dalam liang kenikmatan yang sempit dan lembab. Ia tidak menyangka memek ibu satu anak ini masih begitu sempit dan nikmat, penisnya seakan disedot ke dalam tubuh Bu Dewi. Memek si cantik itu lama kelamaan makin basah oleh cairan kenikmatan yang keluar dari dalam, membuat goyangan penis Aku seakan menumbuk liang yang becek.
Desahan manja dan kecantikan Bu Dewi membuat Aku makin tak kuat menahan nafsunya. Dengan penuh tenaga pria tua kurus berkulit gelap itu mempercepat gerakan menumbuknya. Bu Dewi makin kebingungan, sakit sekaligus enak sekali rasanya, ia tidak tahu harus berbuat apa. Bu Dewi hanya bisa mengimbangi gerakan memilin Aku dengan menggerakkan pinggulnya maju mundur. Kemaluan Aku yang ukurannya sangat besar memenuhi liang kenikmatannya dengan penuh, hanya dengan menggerakkan pinggulnya sedikit, penis itu sudah sampai di ujung terdalam dinding memek Bu Dewi, si cantik itupun belingsatan dan merem melek keenakan.
Tempat tidur Aku makin tak berbentuk, sepreinya acak - acakan, bantal dan gulingnya terjatuh entah kemana. Makin lama, kedua insan yang sedang bercinta itu semakin dekat ke puncak kenikmatan. Aku berusaha keras menahan orgasme, ia tak ingin terlalu cepat mengeluarkan air maninya, ia masih ingin menikmati memek Bu Dewi yang nikmatnya bagaikan surgawi. Tapi ia tak bisa mengingkari kekuatannya sendiri, dengan sekuat tenaga, Aku menyodokkan penisnya berkali - kali ke dalam memek Bu Dewi yang menjerit - jerit penuh kenikmatan. Akhirnya Aku mengeluarkan satu lolongan panjang, ia meremas bahu Bu Dewi kuat - kuat. Ia hampir sampai di puncak kenikmatan.
Bu Dewi yang tahu Aku sudah hampir orgasme juga tak mau kalah, ia menggerakkan tubuhnya dengan gerakan menggila dan mendaki jalan nikmat menuju puncak. Bu Dewi sudah tidak peduli lagi dengan posisinya sebagai majikan Aku ataupun statusnya sebagai istri Samsudin dan ibu satu anak. Ia hanya ingin memuaskan birahinya secara alami, tanpa paksaan, tanpa tuntutan. Bu Dewi mengangkat kakinya dan mengapit pinggul Aku, ia sodokkan pantatnya ke atas untuk melesakkan penis Aku lebih dalam lagi. Akhirnya si cantik itu sampailah ke ujung perjalanan permainan cinta ini, ia mengerang tanpa terkendali.
“Masssss! Massss! Aku mau keluaaaaaar!!” jerit Bu Dewi panik, ia tak kuat lagi menahan orgasme. “Ahhhhhh! Aaahhhh!!!”
“Ahhhhmmm!! Ayo sayang! Kita sama - sama keluar! Aaahhh!!! Bu Dewiku sayaaaang!!”
Semprotan demi semprotan air mani mengalir deras di dalam memek Bu Dewi, bercampur dengan cairan cinta yang memancar dari dalam. Cairan kental meleleh dari ujung bibir kemaluan sang ibu muda, membuktikan penyatuan kedua tubuh insan berlainan jenis ini.
Desah nafas kelelahan berpacu dari mulut Bu Dewi dan Aku yang masih berpelukan dalam ketelanjangan, keringat deras membanjir di seluruh tubuh mereka, kemaluan Aku masih bertahan di dalam liang lembut Bu Dewi. Untuk beberapa saat lamanya, mereka berdua hanya terdiam, membiarkan waktu berlalu dan mencoba memperoleh kembali nafas mereka yang kembang kempis.
Tangan Aku menggenggam erat tangan Bu Dewi, untuk sesaat sekalipun, ia tidak mau melepaskannya. Ia ingin terus bisa melakukan ini, ia ingin terus bisa menikmati keindahan tubuh sang majikan… ah bukan… ia ingin terus bisa menikmati tubuh indah sang kekasih pujaan. Ya, walaupun di mata orang luar mereka adalah majikan dan sopir, tapi Aku dan Bu Dewi kini resmi menjadi sepasang kekasih.
Mata mereka saling berpandangan, mencoba menyelami perasaan masing - masing. Aku tahu, walaupun ada kepuasan dalam diri Bu Dewi, namun matanya yang indah itu tak bisa berbohong. Ia menyimpan kesedihan yang teramat dalam. Aku tahu apa yang mereka lakukan ini salah, Bu Dewi adalah istri sah Samsudin dan ia mungkin telah menggoda wanita cantik itu untuk berselingkuh. Mungkin apa yang mereka berdua rasakan bukan cinta, mungkin hanya nafsu… tapi… seandainya diijinkan, ia ingin selalu bersama… selamanya.
Bu Dewi menatap mata Aku tajam, entah kenapa ia terlihat ragu hendak mengungkapkan sesuatu. “Mas, aku… bolehkah aku menanyakan sesuatu? Sebenarnya aku malu… tapi…”
“Boleh saja, sayang. Mau tanya apa?”
“Mas… emmm, sudah capek belum?… emm… mau… lagi?” Bu Dewi mengedip genit dan tersenyum manja.
Aku tertawa geli. Ia memeluk bidadarinya erat - erat tanpa sedikitpun keinginan melepas tubuh indahnya. “Apapun yang kamu minta, sayang. Apapun yang kamu minta.”
Dengan manja Bu Dewi mengangkat tangan Aku dan membiarkan jemarinya mengelus pantatnya yang bulat, Bu Dewi kemudian menggoyangnya tanpa merasa malu. “Mau coba dari belakang?” tanya si cantik itu dengan senyum nakal.
Ini bukan kali pertama baginya, dan jelas bukan yang terakhir.
Malam pun terasa panjang untuk mereka berdua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar