Cerita Plus Plus

Cerita Seks dan 17 Plus Plus Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Ngentot Pengalaman ML Pengalaman Sex Pengalaman Seks Meniduri Pembantu

window.open('http://graizoah.com/afu.php?zoneid=3334601')

Sabtu, 01 Desember 2012

Menjenguk nenek

Ketika aku masihkelas 2 SMP, aku libur sekolah ke kampung. Di sana nenek dan kakekku bemukim. Aku disuruh oleh ayah dan ibuku untuk mengunjungi nenek dan kakekku bersama kakakku. Kakakku dua tahun di atasku. Sambil berlibur, ibu dan ayahku ingin, agar kami juga melihat keadaan nenek, agar nenek dan kakekku terhibur. Mereka tinggal berdua di kampung.


Tak jauh dari rumah nenek, ada sebuah sungai kecil dengan berbatua yang besar-besar. Airnya jernih, bening dan sejuk sekali, ditambah udara pegunungan yang memang sejuk. AKu dan kakakku semasa kecil, sering mandi di sungai itu dan mencuci pakaian. Begitu kami tiba di kampung, besoknya, kakakku mengajakku ke sungai. Kakak membuka semua gorijn jendela, sarung bantal, seprei dan pakaian kakek dan nenek. Semua kami bawa ke sungai untuk dicuci. Kami berniat menyenangkan hati nenek dan kakek. Kami sengaja membawa nasi dan lauk-pauk dari rumah, biar kami berpuas-puas di dungau. Setiap pakaian yang habis dicuci, kami jemur dibebatuan besar yang tertimpa matahari dan cepat kering.

Kain plekat batik yang pendek menutupi tubuh kakakku. Air sungai memang nakal dan selalu membuat kain batik yang menutupi tubuh kakakku tersingkap. Betis dan pahanya yang putih mulus selalu terlihat olehku. Sedang aku hanya memakai celana dalam saja. Kain basah, membuat bayangan pentil tetek kakakku kelihatan jelas. Denganiseng aku menarik kain kakekku, hingga kepitan kain batik itu terlepas dan kelihatanlah tetek kakakku. Aku tertawa melihatnya. Dan kakakku menyiramku pakai air hingga badanku basah.
"Kamu nakal," katanya.
"Dari tadi aku sudah melihat tetek kakak."
"Mana? Kan aku lilit. Mana mungkinnampak," katanya. Aku jelaskan, kalau air membuat bayangan tetek kakak jelas terlihat. Kakakku menyiramku kembali dengan air. Kembali aku menarikkan kainnya, hingga terlepas lagi. Kali ini, air semakin nakal, membuat kainnya hampir terlepas dan hampir semua badan kakakku kelihatan. Jembutnya yang tipis pun kelihatan. Aku tertawa lagi dan kakakku menggamitku. Aku lari ke air yang sedikit lebih deras, yang dalamnya sampai ke leher. Kakakku terbawa arus air deras itu dan memelukku kuat-kuat dan tak sempat melilitkan kainnya kembali. Untung kain itu tersangkut di kakiku. Kakakku berada dalam pelukanku bertelanjang bulat. Tetekku menempel ke dadaku. Dia sesunggukan, karean air masuk ke hidungnya. Aku peluk dia kuat dan menyeretnya ke tepian di pinggiran batu besar. Hari itu memangs angat sepi. Hanya ada burung-burung kecil yang menyaksikan kami dan besiul-siul riang.

"Sekarang semuanya sudah kelihatan, kan?" kataku.
"Kamu nakal. Mana kain ku?" katanya sembaria menutupu teteknya dengan sebelah tangan dan sebelah lagui menutupi memeknya yang jelas kelihatan. Aku mengambil kain dari kakiku dan menyerahkannya. terus terang, kontolku menjadi tegang dan aku membuka celana dalamku di dalam air. Ketika kakakku mau memakai kain itu, kembali aku menariknya. Kucampakkan kain itu ke atas batau bersama celana dalamku. Hanya aku yang bisa menggapainya, karena aku dekat dengan batu itu. Kami berdua bertelanjang bulat.
"Kamu jahat," katanya menarik rambutku. Aku memeluknya dan mencium pipinya. Kurangkul dia dan nafsuku benar-benar sudah menggila.

"Jangan, dik. Aku ini kakakmu?"
Aku daim saja, terus aku mengulum teteknya. Dia menarik kepalaku, tapi bibirku sudah lebih dulu mengulum pentil teteknya. Kutekan mulutku dan mengisap-isap teteknya dengan putingnya yang kecil. AKu b aru mengerti betapa nikmatnya mengulum pentil tetek. Kontolku semakin menegang.
"Ah...dik, nanti ketahuan orang. Malu," katanya berupaya terus menarik kepalaku dai teteknya. Aku merangkulnya kuat-kuat dan kontolku kutekan ke memeknya.
Ah...dik, nanti ketahuan," katanya lagi. Kepalaku sudah tidak lagi ditarik bahkan tanganku sudah merangkul tengkukku.

Perlahan dia kutarik ke sebuah batu ceper dan aku mendudukkan kakaku di atas batu yang terlindung oleh pakis-pakis hutan dan pepohonan perdu. Kutekan-tekan kontolku ke memeknya. AKu tak menemukan lubang. Kepala kontolku hanya bergesekan dengan jembutnya. Sampai akhirnya, aku merasakan tangan kakakku memegang kontolku dan mengarahkan kontolku ke lubang memeknya. Aku tekan perlahan kontolku.
"Jangan dik...sakiiiitt," katanya mendesah. Aku tak mau tau. Aku terus menekannya sampai aku merasakan kontolku menembus lubang memeknya. Kakakku menjerit menahan sakit. Aku peluk dia kuat-kuat.
"Tunggu dik...sakiiit," katanya meminta dan menghiba. Aku menghentikan tekananku dan menciumi bibirnya. Kubiarkan kontolku di dalam lubang memeknya. Tak lama, aku merasa, kalau kakakku mulai menggoyang tubuhnya, hingga kontolku ikut tergoyang. Aku terus menekannya dan membiarkan kontolku berada dalam memeknya. Aku merasa keenakan digoyang seperti itu. Kakakku mencakar pungungku dan meremas kuat-kuat tengkukku.
"Ayo dok...digoyang," katanya. Aku mulai menggoyang pantatku menarik cucuk kontolku ke dalam memekanya. Kakak memelukku kuat-kuat dan aku yerus menggoyangnya sampai aku mengeluarkan spermaku. Kami berpelukan. Perlahan kontolku melemas dan keluar dengan sendrinya dari lubang memek kakakku. Kakak dengan cepat menceboki memeknya. AKu melihat ada warna air yang memerah. Setelah itu kakakku memakai kainnya. Aku tersenyum kepadanya.
"Awas ya, kalau adik cerita. Enggak boleh. AKu enggak mau berteman denganmu lagi," kata kakakku. Aku setuju untuk tidak bercerita kepada siapapun juga. Kami duduk di atas batu dan makan dengan nasi dan lauk yang kami bawa dari rumah. Belum kami siap makan, nenek datang ke sungai. Kami ajak dia makan, tapi nenek menolak. Justru nenek, mulai mengambil kain yang sudah kering dan melipatinya. Kami meneruskan makan kami, sembari tersenyum.
"Untung nenek tidak tau," kata kakakku dan aku tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar