Aku Kiky. Penampilanku tomboy sehingga kebanyakan orang sering beranggapan aku ini adalah seorang cowok, usiaku menginjak 21 tahun, aku kuliah Di PTS yang amat terkemuka di kota Semarang. Aku sendiri anak tunggal dan juga tak kekurangan materi. Aku sejak kecil selalu didik untuk disiplin, karena maklumlah Opaku seorang anggota TNI juga. Aku sejak SMP sudah mempunyai ketertarikan dengan sesama jenisku (cewek), terutama cewek yang manja, centil, asyik diajak ngobrol dan rata-rata mereka manis wajahnya (menurut penilaianku sich..)
Awal perjalanan cintaku tak semulus yang aku bayangkan. Setelah beberapa kali pacaran dalam dunia maya, akhirnya kusadari bahwa cinta tak selamanya dapat berjalan mulus yang kita inginkan. Setelah aku putus dengan My The First Love.. (sebut saja Dinda, karena aku sering memanggil dengan sebutan itu) aku selalu mancoba dan mencoba untuk mengisi hati ini dengan cewek lain, tapi aku masih belum bisa melupakanya. Ternyata aku baru benar-benar baru bisa melupakanya dalam waktu 2 tahun lebih, walaupun saat ini aku masih sayang padanya.
Setelah aku jalani 2 tahun hidup tanpa adanya cinta , walau selalu saja mencoba untuk mencinta, akhirnya aku dipertemukan oleh dua pilihan. Ada dua cewek yang aku kenal dari sebuah majalah yang memang khusus bagi seorang lesbian dan gay. Mereka berdua telah bekerja. Yang pertama: Yuli (dia berusia 24 tahun, keturunan Jawa China juga seperti aku) manis, perhatian, baik dan lain-lain (walau Yuli lebih kelihatan masih China kalau aku sudah seperti orang jawa. Yah.. May be karena gen Bokapkulah Jawa yang lebih menang dari pada gen Nyokap China). Yang kedua: Ainun (Andro juga, 21 tahun, jawa, manis, perhatian, baik, agak cuek dan lain-lain.
Setelah 1 bulan kita (aku dan Yuli ; Aku dan Ainun) berkomunikasi lewat telepon dan SMS. Akhirnya aku lebih tertarik dengan Yuli. Karena hanya Yuli lah yang selalu rutin SMS dan ngasih perhatian ke aku, awalnya aku biasa-biasa saja, namun entah mengapa aku jadi suka sama dia.
Ya.. Mybe karena dia amat perhatian and care sama ku dibandingkan dengan Ainun. Waktupun berjalan dengan sendirinya, akupun masih enggan untuk suka padanya.
Akhirnya kita (Aku dan Yuli) untuk saling bertukar pick/foto. Dan akulah yang memulainya karena aku tahu aku ini sebagai cowoknya. Ternyata ketertarikanku tak hanya bertepuk sebelah tangan, karena Yuli sendirilah yang menyatakan untuk melanjutkan hubungan ini lebih serius (pacaran/Gfan). Kitapun akhirnya sepakat untuk pacaran/Gfan dan Yulipun memanggil aku dengan sebutan Papa, begitu juga sebaliknya aku panggil dia Mama. Sebenarnya saat itu aku masih ragu setelah tahu wajahnya, Mama cewek yang manis, putih, dan dalam penilaianku Mama amatlah sempurna, sedangkan aku hanya seorang cewek yang yah.. bisa dikata jauh banget dengan wajahnya.
Akhirnya.. waktupun yang menjawabnya, akupun akhirnya amat menyayanginya dan amat mencintainya. Kitapun sepakat untuk bertemu dan dia yang berkeinginan ke kotaku menemui aku. Akupun setuju, hari H pun terjadi dengan perarasan takut, seneng, gugup and campur aduk rasanya saat itu.
Mamapun akhirnya tiba di Semarang, saat itu hari sudah malam dan akupun diperbolehkan Oma jemput dia ke terminal hingga aku berkesimpulan untuk menunggu Mama di rumah Oma saja (kenapa aku menunggu di rumah Oma? Hemm.. Itu karena aku juga belum siap untuk mengenalkan Mama ke ortuku). Akhirnya pukul 21.00 Mamapun tiba dengan taxi. Hati inipun seneng dan gugup pertama kali liat dia. Sempurna sekali aku rasa, dia baik, dan berface manis.
Karena hari sudah malam maka kamipun minta izin ke kamar untuk istirahat, setelah aku perkenalkan Mama ke Oma sebagai temanku. Tibanya di kamar kamipun ngobrol dan untungnya apa yang aku khawatirkan tak terjadi (tak bisa bicara satu sama lainya). Setelah kita ngobrol sejenak, akupun mengambil nasi untuk makan Mama. Mulanya Mama enggak mau makan namun.. setelah aku rayu akhirnya mau juga. Disaat Mama makan akupun sempat memandanginya hingga hati ini tak percaya "Apakah benar Mama Yuli telah menjadi milikku? Dan untuk waktu yang lama?" dan seraya bersyukur miliki dirinya.
Setelah makan kitapun lanjutkan pembicaraan sambil rebahan dan Mamapun menyuapinku dengan jeruk yang dibawanya. Hem.. Sungguh indah saat itu romantis banget.. Mama pun akhirnya merebahkan tubuhnya didadaku ini.. Hem.. Dak Dik duk jantungkupun berdegup dengan cepatnya. Dengan bisikan-bisikan sayang Mamapun aku terlena dan dibuai suasana yang begitu dingin.
Akhirnya Mama menaruhkan kepalanya ke lenganku, dan tak lama akupun mulai mengusap-usap dadanya yang berukuran 34 yang masih menggunakan kaos. Dengan sedikit takut bila Mama tak suka aku perlakukan seperti itu, namun karena Mama diam aku semakin berani mengusapnya dan akupun merasakan tonjolan puting susunya sudah semakin lama semakin mengeras dibalik bra dan kaosnya yang masih dikenakan.
Setelah itu kami pun saling tatap dan entah siapa yang mulai duluan, kitapun berciuman. Akupun mulai melumat bibirnya yang masih meras itu, kumainkan lidah ini dimulutnya, kamipun saling membelitkan lidah dan lidah kira menari-nari.
"Hheemm.. Mmmuuaacchh.. Mmmuuaacchh.."
Aku akhirnya merasakan desahan nafasnya yang semakin memburu. Akupun tak tahan sehingga tangan ini telah berada di pingangnya, punggungnya, dadanya, dan meremas-remas dengan lembut payudaranya yang cukup padat dan berukuran 34 itu.
"Aacchh.. Ah.. Oocchh.."
Desahannyapun terdengar lembut dan semakin membangkitkan gairahku. Begitu kenyalnya bukit itu dan masih padat, seakan belum terjamah siapa juga. Disaat aku menyelusupkan tangan ini ke kaos yang Mama kenakan, Mama memintaku untuk memadamkan lampu yang saat itu masih menyala. Maka akupun beranjak matikan lampu itu dan kembali ke pembaringan.
"Muua
Awal perjalanan cintaku tak semulus yang aku bayangkan. Setelah beberapa kali pacaran dalam dunia maya, akhirnya kusadari bahwa cinta tak selamanya dapat berjalan mulus yang kita inginkan. Setelah aku putus dengan My The First Love.. (sebut saja Dinda, karena aku sering memanggil dengan sebutan itu) aku selalu mancoba dan mencoba untuk mengisi hati ini dengan cewek lain, tapi aku masih belum bisa melupakanya. Ternyata aku baru benar-benar baru bisa melupakanya dalam waktu 2 tahun lebih, walaupun saat ini aku masih sayang padanya.
Setelah aku jalani 2 tahun hidup tanpa adanya cinta , walau selalu saja mencoba untuk mencinta, akhirnya aku dipertemukan oleh dua pilihan. Ada dua cewek yang aku kenal dari sebuah majalah yang memang khusus bagi seorang lesbian dan gay. Mereka berdua telah bekerja. Yang pertama: Yuli (dia berusia 24 tahun, keturunan Jawa China juga seperti aku) manis, perhatian, baik dan lain-lain (walau Yuli lebih kelihatan masih China kalau aku sudah seperti orang jawa. Yah.. May be karena gen Bokapkulah Jawa yang lebih menang dari pada gen Nyokap China). Yang kedua: Ainun (Andro juga, 21 tahun, jawa, manis, perhatian, baik, agak cuek dan lain-lain.
Setelah 1 bulan kita (aku dan Yuli ; Aku dan Ainun) berkomunikasi lewat telepon dan SMS. Akhirnya aku lebih tertarik dengan Yuli. Karena hanya Yuli lah yang selalu rutin SMS dan ngasih perhatian ke aku, awalnya aku biasa-biasa saja, namun entah mengapa aku jadi suka sama dia.
Ya.. Mybe karena dia amat perhatian and care sama ku dibandingkan dengan Ainun. Waktupun berjalan dengan sendirinya, akupun masih enggan untuk suka padanya.
Akhirnya kita (Aku dan Yuli) untuk saling bertukar pick/foto. Dan akulah yang memulainya karena aku tahu aku ini sebagai cowoknya. Ternyata ketertarikanku tak hanya bertepuk sebelah tangan, karena Yuli sendirilah yang menyatakan untuk melanjutkan hubungan ini lebih serius (pacaran/Gfan). Kitapun akhirnya sepakat untuk pacaran/Gfan dan Yulipun memanggil aku dengan sebutan Papa, begitu juga sebaliknya aku panggil dia Mama. Sebenarnya saat itu aku masih ragu setelah tahu wajahnya, Mama cewek yang manis, putih, dan dalam penilaianku Mama amatlah sempurna, sedangkan aku hanya seorang cewek yang yah.. bisa dikata jauh banget dengan wajahnya.
Akhirnya.. waktupun yang menjawabnya, akupun akhirnya amat menyayanginya dan amat mencintainya. Kitapun sepakat untuk bertemu dan dia yang berkeinginan ke kotaku menemui aku. Akupun setuju, hari H pun terjadi dengan perarasan takut, seneng, gugup and campur aduk rasanya saat itu.
Mamapun akhirnya tiba di Semarang, saat itu hari sudah malam dan akupun diperbolehkan Oma jemput dia ke terminal hingga aku berkesimpulan untuk menunggu Mama di rumah Oma saja (kenapa aku menunggu di rumah Oma? Hemm.. Itu karena aku juga belum siap untuk mengenalkan Mama ke ortuku). Akhirnya pukul 21.00 Mamapun tiba dengan taxi. Hati inipun seneng dan gugup pertama kali liat dia. Sempurna sekali aku rasa, dia baik, dan berface manis.
Karena hari sudah malam maka kamipun minta izin ke kamar untuk istirahat, setelah aku perkenalkan Mama ke Oma sebagai temanku. Tibanya di kamar kamipun ngobrol dan untungnya apa yang aku khawatirkan tak terjadi (tak bisa bicara satu sama lainya). Setelah kita ngobrol sejenak, akupun mengambil nasi untuk makan Mama. Mulanya Mama enggak mau makan namun.. setelah aku rayu akhirnya mau juga. Disaat Mama makan akupun sempat memandanginya hingga hati ini tak percaya "Apakah benar Mama Yuli telah menjadi milikku? Dan untuk waktu yang lama?" dan seraya bersyukur miliki dirinya.
Setelah makan kitapun lanjutkan pembicaraan sambil rebahan dan Mamapun menyuapinku dengan jeruk yang dibawanya. Hem.. Sungguh indah saat itu romantis banget.. Mama pun akhirnya merebahkan tubuhnya didadaku ini.. Hem.. Dak Dik duk jantungkupun berdegup dengan cepatnya. Dengan bisikan-bisikan sayang Mamapun aku terlena dan dibuai suasana yang begitu dingin.
Akhirnya Mama menaruhkan kepalanya ke lenganku, dan tak lama akupun mulai mengusap-usap dadanya yang berukuran 34 yang masih menggunakan kaos. Dengan sedikit takut bila Mama tak suka aku perlakukan seperti itu, namun karena Mama diam aku semakin berani mengusapnya dan akupun merasakan tonjolan puting susunya sudah semakin lama semakin mengeras dibalik bra dan kaosnya yang masih dikenakan.
Setelah itu kami pun saling tatap dan entah siapa yang mulai duluan, kitapun berciuman. Akupun mulai melumat bibirnya yang masih meras itu, kumainkan lidah ini dimulutnya, kamipun saling membelitkan lidah dan lidah kira menari-nari.
"Hheemm.. Mmmuuaacchh.. Mmmuuaacchh.."
Aku akhirnya merasakan desahan nafasnya yang semakin memburu. Akupun tak tahan sehingga tangan ini telah berada di pingangnya, punggungnya, dadanya, dan meremas-remas dengan lembut payudaranya yang cukup padat dan berukuran 34 itu.
"Aacchh.. Ah.. Oocchh.."
Desahannyapun terdengar lembut dan semakin membangkitkan gairahku. Begitu kenyalnya bukit itu dan masih padat, seakan belum terjamah siapa juga. Disaat aku menyelusupkan tangan ini ke kaos yang Mama kenakan, Mama memintaku untuk memadamkan lampu yang saat itu masih menyala. Maka akupun beranjak matikan lampu itu dan kembali ke pembaringan.
"Muua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar