
Lanjutan...
“emang ga gelap Boy?” kata Joy.
“Nggak kok malah bagus kena lampu jalan”, balas Boy sambil menshoot kami
Aku sempat risih saat Boy mengambil gambarkuku close up dari wajah sampai kaki, tapi berhenti lama di saat menshoot bagian dada dan paha, tapi aku akhirnya geli sendiri, mereka ini pasti mulai tertarik dengan bajuku yang cukup sexy malam ini. Tak hentinya Boy menshoot diriku dan memintaku tersenyum ke arah kamera hpnya. Tak diduga, tiba-tiba hujan turun langsung deras, Boy yang pegang kunci mobil langsung mengajak kami masuk mobil. Karena itu mobil bak terbuka akhirnya aku terpaksa berhimpitan di dalam mobil, bau aroma panas matahari dan keringat belum lagi campuran debu sempat membuatku mengernyit menahan bau menyengat dari tubuh mereka, tapi mau bagaimana lagi, Joy kembali menawarkan untuk mengantarku pulang. Akhirnya aku setuju, namun mereka terkejut saat aku beritahu rumahku di Cinere. Tampaknya jelas mereka tidak mengenal lokasi alamat rumahku, namun mereka tetap setuju hanya saja meminta persetujuanku untuk keluar tol dulu membeli bensin karena bahan bakar yang ada sudah tiris. Aku tadinya menawarkan untuk membayari dengan kartu kreditku namun baru teringat aku sama sekali tidak bawa dompet selain tas kecil berisi uang receh untuk parkir, ktp, kunci mobil dan hp. Melihat aku yg kebingungan karena lupa bawa uang dan kartu kredit, Roy mengusulkan untuk mampir ke pos mereka saja sebentar untuk pinjam uang kas kantor, sebab merekapun tidak bawa uang. Kami semua setuju, jadilah aku duduk ditengah terhimpit Joy sementara Boy nyetir dan Roy disisi pintu. Dalam perjalanan menuju pos mereka, baik Joy dan Boy tak hentin-hentinya bersandiwara seakan tak sengaja menyentuh paha atau dadaku, akupun berulangkali berusaha menyingkirkan tangan jahil mereka sambil mengomel kecil.
Singkatnya tiba di pos mereka Roy, situasi tambah memusingkan, brankas berisi uang dikunci dan kuncinya dibawa oleh rekan mereka yang bertugas shift siang.
“duh maaf tante aku sungguh ga tau kalau akan seperti ini.” kata Roy.
“Ya sudah tidak apa-apa, toh bukan salahmu kalian dan aku malah aman bersama kalian” kataku.
“tante.. boleh nggak aku onani di depan tante? Habis tante seksi sekali dari tadi Boy sudah ga tahan tante…” aku sangat terkejut dan tak menduga kalau Roy ikut duduk di sebelahku dan mulai mencoba menciumi leher dan tengkukku.
Aku sangat kaget dan takut, “eh jjj jangan dong.. aku nggak mau.. nggak berani..” sahutku.
“Nggak apa tante, lagipula tante juga sudah lama nggak terpuaskan sama suami tante kan? Lagipula telingamu indah sekali, kamu wangi sekali tante aku ingin menjilatinya” kata Roy berusaha mengintimidasi, tangannya kirinya mulai mengelus pahaku dan tangan kanannya merangkulku dari belakang.
Joy yang awalnya hanya duduk berdiri mendekatiku dan membuka resleting celana kumalnya, penisnya yang masih layu di pamerkan tepat di depan wajahku. Aku panik dan berusaha meronta,
”ehh jangan.. kalian mau apa sih.. tadi kan kalian nggak seperti ini, lepasin aku.. aku keluar saja” ucapku panik.
“tante mau kemana? Di luar hujan deras dan ini di tengah jalan tol, jauh dari mana-mana, lebih aman bersama kami dan kami akan bantu tante malam ini dengan memuaskan tante, hehehe” kata Boy sambil tertawa di sebelah kananku..
Roy yang merangkulku erat tetap duduk, Boy berdiri dan pergi ke belakang sementara Joy yang sudah melepas celananya mulai mengocok penisnya di depan wajahku.
“Tante Nita, jangan merem aja dong ga usah takut, kalau tante nurut sama kita dan nggak nakal, besok Tante akan kita anter pulang tapi malam ini kasih kita kesempatan untuk bikin tante puas.. hahahaha”
Tak lama kemudian, Boy datang dengan membawa dua buah borgol. “lihat borgol punya satpol PP ini akhirnya ada gunanya hehehe,” tawa Boy senang melihatku mulai ketakutan..
“Tante, baju tante bagus sekali dan sayang kalau kotor.. sebaiknya tante lepas saja daripada rusak nanti..” usulnya. Usul itu langsung disambut oleh Roy.
“Betul itu Nit, mending kamu lepas saja dari pada rusak dan besok kamu toh nggak mau pulang telanjang kan?” ucap Roy lalu melepas rangkulannya dan memaksaku berdiri.
Mereka yang awalnya sopan entah karena pengaruh alkohol mulai memanggil dengan menyebut namaku saja. Aku mulai gemetaran dan memohon-mohon pada mereka,
“ampun jangan, aku sudah bersuami, jangan apa-apakan aku, jangan sakiti aku, lepaskan aku..” aku mulai menangis ketakutan.
Tiba-tiba Roy membentak sambil menampar pahaku ppllaakk, “siapa suruh kamu nangis sih?! Ayo lepas bajumu!! Atau kamu mau kami yang lepas itu baju kamu? Mau kami robek-robek bajumu?!”
“Aaa Ammpunn iya.. iya aku lepas tapi jja jangan sakiti aku..”ujarku sambil membuka rusliting gaunku dari belakang.
Pelan tapi pasti aku akhirnya nyaris bugil di depan tiga pria tak dikenal ini. Aku sadar penuh tak lama lagi aku akan mengalami perkosaan bahkan mungkin saja aku akan disakiti, disiksa bahkan dibunuh.. Pilihanku untuk bertahan hidup hanya satu, ikuti kemauan mereka. Akhirnya sambil gemetaran aku lepaskan gaunku yang semula aku gunakan untuk mentutupi payudaraku dan bagian bawah tubuhku. Srrreettt gaunku di renggut paksa oleh Roy dan tanpa banyak bicara dilepasnya pula celana dalamku sambil menghinaku,
”Dasar tante girang, malam-malam keluyuran pakai baju kayak gini, mending ga usah pakai celana dalam sekalian daripada kayak gini..” ujarnya sambil melolosi celana dalamku.
“Wuah, teteknya besar juga yah.. masih kenceng banget lho Nit, nggak kayak pecun-pecun di plumpang hahaha”, ujar Joy tangannya mulai menjamah dan mengelus kedua payudaraku.
“wah memeknya gundul, memang tau banget nih tante girang selera gue..” kata Boy yang melihatku dari kejauhan.
Boy langsung menghampiriku dan memintaku berlutut di tengah mereka. Aku menurut dan mulai pasrah,
”iii iiya aku nurut tapi tolong jangan sakiti aku..” pintaku sungguh-sungguh.
“bagus itu, nurut aja, nanti kamu pasti akan kami bikin keenakan..” kata Boy sambil memborgolku.
Pergelangan kiriku diborgol menyatu dengan pergelangan kaki kanan dan sebaliknya pergelangan tangan kananku diborgol menyatu dengan dengan pergelangan kaki kiri. Posisiku sangat tidak enak dan sangat terintimidasi. Joy yang kini sudah telanjang hanya memakai celana dalam saja mengambil tali rami dan menyatukan paha kiri dengan betis kiriku dan betis kanan dengan paha kananku lalu diikat erat dengan tali rami. Kini posisiku benar-benar tidak nyaman, berlutut dengan kedua tungkai dipaksa mengangkang dan tangan terborgol menyatu dengan kaki membuat aku seakan membusungkan dadaku kedepan dan langsung menjadi bulan-bulanan mereka yang berebutan meremas dan memainkan putingku dengan kasar bahkan sangat kasar hingga Roy dengan kejam memelintir putingku masing-masing kearah berlawanan hingga aku menjerit-jerit kesakitan.
“Ahhh ammpun jangan sakittt sekali ammpunn..”pintaku menghiba.
Roy yang kini tampaknya menjadi pimpinan membentakku,”eh tante girang, mulai sekarang lo mesti panggil kita ‘TUAN’!! karena lo mulai sekarang udah jadi budak kita-kita.. lo mesti nurut apapun perintah kita kalau lo masih mau hidup!! Ngerti?!!”
Aku hanya menggigit bibir menahan sakit dan perih di putingku. Karena aku tidak menjawab, pelintiran semakin keras dan brutal hingga aku menjerit-jerit minta ampun,
”aaaaaaaahhhhhhhh iiyyaaaa Tttuannn aku nurut.. ammppuunn sakkitt Ttuann.”
Boy yang sempat menghilang datang lagi, kali ini membawa botol bekas bir dan menaruhnya tepat di bawah vaginaku. Tangannya kini mengelus dan berusaha memasukkan jarinya ke dalam liangku. Aku menggeliat menahan ngilu karena ulah jemari Boy yang nakal mulai bergerak-gerak di dalam liang vaginaku. Hal itu membuatku limbung hingga akhirnya jatuh terlentang dengan posisi kaki langsung mengangkang lebar karena ikatan dan borgol yang menyatukan kakiku dengan lenganku.
“Hahahahah liat tuh belum apa-apa langsung terlentang ngangkang.. udah ga tahan pingin ngentot ya? Dasar tante gatelan!!!”, hina Boy yang membuatku mulai terisak menangis lagi.
Boy yang wajahnya mirip Benoe Boeloe itu mencoba membuka bibir vaginaku, mencari kelentitku dan mencubitnya dengan keras hingga aku menjerit-jerit antara sakit dan nikmat, sampai tak terduga tanpa bisa aku tahan, cairan nikmatku muncrat keluar, aku yakin itu bukan cairan orgasme, namun aku tak bisa menahan hingga membuat mereka tertawa-tawa.
“Hahahahaha tadi minta ampun sekarang minta tambah hahaha enak kan Nit? Mau lagi? Hahahahaha” hina Boy sambil terus mengobok-obok vaginaku.
BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar