Lanjutan...
Joy yang dari tadi hanya mengenakan celana dalam mulai melepas dan bersimpuh di sebelahku, “Ayo nit, di cicipi kontolku ini, hehehe kamu pasti suka..” ujarnya kurang ajar sambil menempelkan kepala penisnya ke bibirku. Rasa mual langsung menjalar, bau khas kemaluan pria ditambah bau keringat yang aromanya sangat tidak enak langsung tercium hidungku. Rasa jijik melihat rimbunan bulu jembut Joy semakin memualkanku namun itu tidak ada artinya, Joy tetap saja mengoleskan kepala penisnya ke bibirku seperti mengoleskan ujung lipsick, rasa asin dan pahit langsung terasa di ujung bibir. Seumur hidupku aku belum pernah mencium penis lelaki apalagi mengulumnya. Jijik rasanya mengingat itu adalah alat untuk membuang urine. Dengan pacar atau suamiku saja aku belum pernah dan kini aku dipaksa untuk melakukannya dengan pria yang sama sekali belum kukenal. Astaga rupanya Joy ini tidak disunat, begitu penisnya mengacung, tampak di kepala penisnya kerak-kerak putih yang sepertinya adalah sisa-sisa air kencing yang telah mengering, bau pesing dan aroma menjijikkan benar-benar membuatku mual.
Tapi entah bagaimana akhirnya aku menjulurkan lidahku. Mungkin akibat dari kenikmatan yang muncul dari bawah vaginaku yang masih tak henti-hentinya di obok-obok oleh Boy, membuat rangsangan nikmat juga menjalari tubuhku. Rasa hangat dan nafsu menagih ingin dipuaskan menggelegak. Aku mulai menuruti perintah Joy untuk mencicipi penis baunya itu. Pelan-pelan aku jilati kepala penisnya, mulai dari lubang kencingnya yang mulai berair atau masih berair sisa kencing aku sudah tidak peduli, rasa asin dan jijik serta bau aroma yang memualkan seperti hilang. Kerak-kerak di kepala penis Joy yang semula membuatku mau muntah kini malah aku jilati dengan pasrah dan penuh nikmat, rasanya yang asin dan getir malah membuatku mencucup-cucup ujung kepala penisnya. Hingga penis itu bangun dan menegang keras. Setelah tegang penis hitam itu, sepertinya semakin menambah nafsuku saja. Tak kurang dari panjang sebuah mentimun kurasa aku pasrah saja saat Joy mulai memaksaku untuk mengulum dan menggelomoh penisnya hingga keujung pangkal penisnya. Wajahku dan hidungku benar-benar mentok sampai ke jembutnya yang rimbun dan bau, Joy mulai memperkosa mulutku hingga kedua biji penisnya menggantung beradu dengan daguku.

“Nit, kamu mau orgasme nggak?” tanyanya jahat.
“mmaauu mmaau tuan, toloongg jangan siksa aku.. “, sahutku
“kalau mau, kamu mesti mohon ke kita doongg bilang kamu minta dibuat orgasme..” tambahnya makin kurang ajar.. aku yang sudah hilang akal sehat tanpa piker panjang menghiba mereka, “iiyyaaa tuan tolong bikin aku orgasme, aku sudah ga tahan lagi.. tolong tuan..”
“wah udah sange berat nih tante girang hahaha “, kata Roy yang langsung menghunjamkan penis hitam dan kekarnya langsung sekali tusuk ke dalam relung vaginaku.

“aaoocchhhkkk ooohhkk aaahhkk ttuuaanngghh ppeellaanngghh peeellaannghhh aakkhh aaoohhkk” terus begitu hingga tiba-tiba rasa panas menyengat perut dan dadaku.
Aku tak bisa melihat apa yang terjadi karena Joy kini berada di atas dadaku dan memperkosa keroongkonganku dengan bengis.
Sepertinya Joy yang tadi menghilang telah kembali dengan ide barunya untuk menyiksaku, rupanya ia meneteskan lilin yang tengah menyala ke sekujur tubuhku, mulai paha, perut, dada bahkan payudaraku jadi tempat favoritnya untuk ditetesi lilin. Rasa sakit kini menjadi-jadi hingga aku tak mampu menahannya lagi jeritan dan desahanku menjadi tak terkendali anehnya rasa panas yang membakar kulitku rasanya malah menambah dan mamacu nafsuku untuk mencapai orgasme.
Putingku yang kini terasa kebas karena panasnya lelehan lilin terasa semakin munjung mengeras, sementara kerongkonganku mulai terasa mengatup dan liang vaginaku mencengkram keras hingga aku serasa tak sadar dan melayang, jeritanku semakin menjadi dan orgasme yang kutunggu sudah semakin dekat aku sudah tak mampu memberontak bahkan menjerit saat cairan nikmatku meluncur dan muncrat tak tertahan lagi seperti melepas kencing yang tertahan berjam-jam rasanya. Lama sekali orgasme puncakku saat itu hingga aku hampir pingsan rasanya dan tersadar lagi saat dimulutku terasa cairan kental dan sangat pahit memualkan menggumpal di dalam kerongkongan dan aku sadar bahwa itulah sperma Joy yang sudah orgasme dan langsung disusul Roy yang dengan brutal menggenjot tubuhku yang sudah lemah tak berdaya hingga spermanya langsung menembak ke dalam liang kesuburanku. Aku yang mengingat bahwa ini adalah masa suburku langsung menangis tersedu-sedu membayangkan aku akan hamil akibat perkosaan memalukan ini. Joy akhirnya mengeluarkan penis panjangnya dari keronkonganku dan Roypun perlahan menyingkir dari atas tubuhku. Belum sempat aku beristirahat, Joy dengan kasar membalikkan tubuhku hingga posisiku kini benar-benar memalukan, menungging dengan kaki terkangkang hingga lubang kemaluanku bakan lubang analku terekspose dengan jelas. Posisi tanganku yang terborgol menyatu dengan kakiku membuat tumpuan tubuh atasku hanya pada bahuku saja sakit sekali dan pegal rasanya kepalaku terpaksa miring ke kiri atau ke kanan menahan pegal belum lagi sisa gumpalan lilin yang telah berkerak mengering di kedua bongkahan payudaraku membuatku semakin tersiksa.
“aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh sakiiiiiiiiiiittt aammppuunn tuaaannn”, jeritku begitu menyadari Boy rupanya ingin memperkosa lubang analku.
Botol sisa bir tadi di jejel-jejelkan ke lubang analku hingga masuk dan diputar-putarnya didalam sana membuatku semakin lemas dan mengiba-iba minta ampun agar tidak diperkosa di lubang itu.
“Jangan di situ tttuuaaann ssaakiit sekali aku bisa mati tuaaann”, pintaku memohon belas kasihan dari Boy.
“Nggaklah, tante girang secantik kamu ga akan kubiarkan mati, paling tidak sebelum kuperawani dulu boolnya hahahahahahahaha” balasnya dan langsung tanpa peringatan mencobloskan kepala penisnya yang bentuknya mirip dengan postur tubuhnya yang gendut.
Penis gemuk namun panjang itu perlahan masuk dan terus semakin dalam di lubang analku. Jemari kakiku bahkan sampai mengkerut menahan sakit. Mau pingsan rasanya namun rasa sakit tak tertahankan rupanya malah membuatku tetap tersadar. Hingga mentok ke ujung pangkal penisnya Boy mendiamkan posisinya. Aku yang menangis-nangis pilu seperti diberi kesempatan untuk bernafas setelah menahan ngilu dan perih. Cccttaaaarrr ccttaaaaaaaarrr ccttttttttaaaaarrr ,
BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar