Cerita Plus Plus

Cerita Seks dan 17 Plus Plus Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Ngentot Pengalaman ML Pengalaman Sex Pengalaman Seks Meniduri Pembantu

window.open('http://graizoah.com/afu.php?zoneid=3334601')

Rabu, 08 Januari 2014

Cerita Dewasa: Petualangan'ku Menjadi Wanita Haus Seks di Negeri Orang (Part.3)



Doni langsung menangkap maksudku, dan
mempersilakan aku masuk ke dalam.
Baru saja aku melangkah melewati pintu apartemen, Doni menyergapku dari
belakang, dan tangannya meremas-remas
payudaraku dengan kasar. Napasnya
memburu menandakan nafsu birahinya yang
semakin meninggi. Aku sendiri sangat
terpengaruh dengan situasi, aku sangat menyadari keadaan ini dimana aku
menyerahkan tubuhku ke kapten tim basket
musuh besar tim kotaku, dan aku sebentar
lagi akan dipakai olehnya untuk memuaskan
kebutuhan seks semalam-malaman. Cairan
cintaku mengalir dengan deras, keluar dari vaginaku meleleh ke pahaku. Tangan Doni
sementara itu menjelajah ke bawah, dan
ketika dia menemui pangkal pahaku tidak
ditutupi celana dalam sama sekali, napasnya
semakin cepat, dia membalikkan badanku
menghadap dia sambil melepaskan pakaiannya.
Aku memegang tangannya,"Don, jangan
bilang siapa2 ya ? apalagi Budi"
"Jangan takut Ness, tidak ada orang lain
yang bakal tahu" Dengan selesainya kalimat itu, semua rasa
was2 dan malu pun terbang keluar jendela.
Doni menciumi leherku dan dua jarinya
menusuk2 vaginaku tanpa hambatan,
dibantu dengan cairan cintaku. Aku
mendesah-desah merasakan kenikmatan duniawi ini. Doni dengan sekali rengkuh
mengangkat tubuhku sambil berdiri, dan
menurunkan pinggulku ke penisnya yang
berdiri tegak. Kami bersenggama sambil
berdiri di ruang tamu apartemen Doni. Hanya
ada satu hal dipikiran kami yaitu menuntaskan nafsu seks yang telah
menumpuk sejak makan siang tadi.

Lengan Doni yang kekar meremas pantatku
dan mengontrol gerakan tubuhku naik turun
di kemaluannya, sementara mulutnya tak
henti2nya menjilati dan menyedoti buah dadaku yang ranum. Kami berpacu dengan
cepat mengejar gelombang nafsu. Aku yang
pertama-tama keluar, vaginaku meremas-
remas kemaluan Doni dan cairan cintaku
meleleh ke penis dan paha Doni. Tak lama
kemudian Doni menancapkan penisnya dalam-dalam sambil menyemprotkan air mani
ke dalam rahimku.
Doni berjalan sambil masih mengangkat
tubuhku ke arah kamar tidurnya, lalu
meletakkan tubuhku di ranjangnya. Kami
berusaha mengejar napas sampai detak jantung mulai mereda. "Ness, kenapa.."
Sebelum Doni selesai menanyakan
pertanyaan itu aku langsung mencium
bibirnya untuk menghindar pertanyaannya.
Kami berguling-guling di ranjangnya sambil
meraba2 tubuh satu sama lain. Tak lama kemudian kurasakan benda di
antara kaki Doni mulai mengeras kembali.
Aku pun naik ke atas tubuh Doni yang kekar,
mirip dengan tubuh Budi, dan mengarahkan
penisnya ke kemaluanku. Perlahan2
kuturunkan tubuhku disambut dengan kemaluan Doni yang tegak.
Birahiku yang naik kembali mengambil alih,
dan akupun naik-turun dengan cepat. Semalaman kami bermain cinta sampai subuh
hari. Ketika Doni akhirnya melepaskan
pakaianku, dan tak ada selembar benangpun
melekat di tubuhku, dia sudah 5 kali
orgasme, dan aku entah sudah berapa kali
keluar. Kami masih bercinta 4 kali lagi sebelum
akhirnya Doni terlelap jam 6 pagi. Badan
kami berdua sudah bugil dan terasa lengket
oleh berbagai cairan terkumpul selama 5 jam
terakhir.


Meskipun tubuhku terasa lelah sekali dan vaginaku perih, aku memaksakan diri bangun
dan mengenakan lingerie dan jaketku, lalu
aku mengendap-endap keluar apartemen
Doni, menyetir kembali ke apartemen
temanku. Budi ternyata masih tidur
meskipun pertandingan akan dimulai sekitar dua jam lagi. Aku segera masuk ke shower
dan membersihkan badanku dari segala
bukti-bukti percintaan yang luar biasa tadi.
Aku berharap apa yang baru saja kulakukan
dapat membantu Budi memenangkan
pertandingan basket hari ini. Selesai mandi, aku sempat tidur sekitar 3 jam
sebelum pergi ke pesta olahraga.
Sambil berjalan ke gymnasium tempat
pertandingan, kubeli segelas besar kopi
pekat untuk membantuku tetap bangun hari
ini. Ketika Doni terlintas dipikiranku, aku jadi tersenyum2 membayangkan dia ngos-
ngosan lari di lapangan basket. Pertandingan basket ternyata baru saja akan
dimulai, Doni dan Budi sedang berbicara
dengan tim masing2 di pojok yang
berseberangan.
Doni terlihat agak capai dan lesu, tetapi
begitu dia melihatku, sebuah senyum lebar berkembang di mulutnya. Aku membalas
dengan senyum juga dan sebuah blow-kiss..
aku yakin dia tahu bahwa apa yang terjadi
tadi malam itu untuk membuat dia kalah
dalam pertandingan basket ini.. ternyata dia
tidak terlalu peduli rupanya. Setelah permainan itu berlangsung sekitar 30
menit, mulai terlihat gejala2 stamina Doni
sangat berkurang dibanding Budi. Nafasnya
sudah habis, dan Doni seolah2 berdiri terus
di tengah lapangan, tidak mau berlari
mengejar bolah ke ujung2 lapangan. Aku hampir tertawa mengikik keras2 ketika
Doni jatuh tersandung sepatu sendiri. Sepanjang pertandingan tim Budi selalu
memimpin skor dengan nilai akhir 80-40.
Rencanaku semalam sukses besar! Dengan
senangnya aku memeluk Budi yang masih
basah oleh keringat. Budi berbisik,"Ness,
jangan lupa servis yang memuaskan sesudah pertandingan!"
"Jangan takut bud.. di tempat yang biasa" Setelah penyerahan piala beres, semua orang
berpindah ke acara olahraga di bagian lain
gedung gymnasium itu. Aku sengaja
menunggu pemain2 terakhir keluar dari
kamar locker bola basket. Setelah merapikan
diri dan meneguk lebih banyak kopi, aku masuk ke ruangan itu. Budi masih sedang
mandi di ruangan shower, aku ikut
melepaskan seluruh baju, dan mendekati
Budi yang tersenyum.

"Ness, gua menang! dan kamu engga perlu
melayani Doni!" Kupikir dalam hati,"Kalo aja kamu tahu..." Aku berlutut di depan Budi, dan mengambil
kemaluannya ke dalam mulutku. Satu
tanganku mengocok penis Budi, dan satu lagi
mengusap-usap bolanya. Budi bersandar ke
dinding sambil memegangi kepalaku.
Tak lama kemudian, Budi menarik tubuhku berdiri, lalu mendorongku ke pojok ruang
shower itu menghadap tembok, sambil
mengangkat satu kakiku dan melingkarkan di
pinggangnya, dia mempenetrasi dari
belakang, terasa nikmat sekali, penuh
gesekan dan goyangan yang enak. Kami mengadakan "pesta olahraga seks"
kami sendiri di ruangan shower itu, sekitar
satu jam kami bersenggama, untung tidak
banyak orang di kampus di akhir pekan ini. Ketika aku mengambil celana dalamku untuk
dikenakan kembali, kusadari ada segumpal
sperma dari Doni di selangkangan celana
dalam itu. Kupakai kembali celana itu sambil
berpikir sekarang ada sperma Doni dan Budi
di tempat yang sama. Setelah mengeringkan rambutku, kami
berdua berjalan kaki ke arah pertandingan
olahraga yang sedang berlangsung. Aku
menonton pertandingan berenang sekitar
setengah jam, tapi rasa kantuk ini benar2
kuat, kuberitahu Budi bahwa aku akan berjalan kaki pulang saja dan tidur siang. Di tengah tidur siangku, sekitar jam 3 siang,
tiba2 HP ku berdering. Aku pun menyumpah2
sambil mencari telepon itu dari tasku.
Ternyata Doni yang menelepon, dia
mendengar dari Budi bahwa aku pulang
untuk tidur, dan dia khawatir aku sakit gara- gara tidak tidur semalam.
"Ah engga Don, aku cuman kecapaian aja,
tadi malam kamu bener2 kuat sih."
"Haha.. kamu juga terus-terusan minta
tambah lagi Ness."
Aku hanya bisa tersenyum.. lalu kami diam sesaat.
"Ness, gua tahu kamu kemaren kenapa
datang ke apartementku. Pas elo muncul di
pintu gua juga aku udah nyadarin"

"Engga marah, Don?"
"Hahahaa.. lho koq marah. Menurut gua sih ini untungnya di gua, ngapain sih nyimpen2
piala itu bikin apartemen gua penuh aja.
Lebih enak tidur sama cewek cantik"
Kalau saja ada cermin di dekatku, pasti aku
bisa melihat mukaku merah seperti lampu
setopan. "Ness, gua mikirin elo dari tadi lho.. elo
pulang ke kota elo kapan sih ? Kita bisa
ketemu lagi enggak ?.. eh jangan salah pikir
dulu lho.. maksudku aku hanya ingin ngobrol
dan hang out aja, janji engga bakal macam2
deh." "Elo engga bakal nonton Pesta Olahraga ?"
"Ness, gua tadi malam bikin pilihan untuk
tidur sama elo daripada tidur beneran
supaya kita bisa menang tanding basket. Ya
tentu aja sekarang juga gua lebih pengen
ngobrol sama elo daripada nonton Pesta Olahraga" Aku tersenyum mendengarkan itu. "Aku dan Budi pulang besok siang setelah
upacara penutupan"
"Great! gimana kalo kita ketemu untuk
makan malem ? Tokh Budi juga masih sedang
nonton volleyball sekarang. Nanti elo engga
ada makanan lho!" "Oke.. jam berapa Don ?"
"Jam 6 gua jemput yah, tapi gua tungguin di
mobil gua deh.. kalo gua masuk ke
apartemen elo, nanti bisa2 kita engga jadi
makan malam nih hehee"
"Oke.. see ya" "bye" Sepertinya Doni agak jatuh hati denganku..
tak bisa dipungkiri aku pun menaruh hati
dengannya..
Sejak jam 5 aku mempercantik diri untuk
pergi makan malam bersama Doni. Pakaian
bersih terakhir yang kubawa adalah sebuah jeans yang ketat dan tank top yang ketat
pula. Rambutku dikepang ke belakang.
Biasanya aku mengenakan baju yang lebih
seksi dari itu untuk nge-date, tapi apa boleh
buat, hanya ada pakaian itu.
Doni muncul tepat waktu jam 6, dan dia pun ternyata mengenakan baju casual saja, jeans
dengan kemeja lengan pendek.


Kami pergi makan di sebuah restoran Korea
di dekat kampus. Setelah makan kami pindah
ke sebuah bar dan meneruskan ngobrol di
sana. Sekitar jam 11, kami berdua sudah merasa sangat mengantuk dan capai, Doni
mengantarkan aku pulang ke apartemen
temanku. Ketika kami tiba di lapangan parkir
apartemen, sengaja aku menyuruh Doni
parkir di tempat yang agak gelap dan sepi. Di
dalam mobilnya aku memberi blowjob untuk
mengakhiri date yang manis. Kira2 15 menit
sebelum Doni mengeluarkan air mani-nya di mulutku. Aku cukup takjub dengan
banyaknya air mani yang keluar, meskipun
kemarin malam kami baru saja bermain seks
semalaman. Kutelan semua sperma yang
keluar, dan kejilat bersih kemaluan Doni. Lalu
kami berciuman sebentar sebelum aku masuk ke apartemen temanku. Budi sementara itu telah tidur dengan
nyenyaknya di ruang tamu. Aku pun
menyelinap masuk ke ranjangku setelah
melepaskan bajuku. Nafsuku masih agak
tinggi setelah mengorali Doni, ditandai
dengan banyaknya cairan keluar dari vaginaku. Aku bermasturbasi di bawah
selimut sambil berusaha meredam desahan-
desahan supaya tidak kedengaran Budi.
Malam itu aku orgasme sambil
membayangkan Doni sedang meniduriku,
badan kami yang telanjang bersentuhan basah oleh keringat. Budi dan aku tiba kembali di kota kami
sekitar jam 11 pagi, capek sekali rasanya
akhir minggu panjang ini. Tapi aku senang
sekali bertemu dengan Doni, orangnya
menarik dan baik hati, juga pintar
memuaskan wanita di ranjang. Apakah kami akan mulai pacaran ? atau jadi teman
"spesial" saja seperti Budi dan beberapa
cowok temanku lainnya ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar