Cerita Plus Plus

Cerita Seks dan 17 Plus Plus Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Ngentot Pengalaman ML Pengalaman Sex Pengalaman Seks Meniduri Pembantu

window.open('http://graizoah.com/afu.php?zoneid=3334601')

Sabtu, 31 Agustus 2013

Mengintip Rumah Singgah

Mulanya aku tidak percaya sama sekali. Tapi karean teman-temanku sering pergi ke sana memberikan pelajaran, aku tertarik juga untuk mengintip mereka, walau setelah teman-temanku capek memberikan berbagai penjelasa.
Mereka adalah anak-anak kaum urban yangmemasuki kota dalam usia sangat dini. Mereka antara 9 sampai 14 tahun. Selepas 14 tahun biasanya mereka meninggalkan rumah singgah dan mencari tempat sendiri. Mereka meninggalkan rumah, karean kesulitan ekonomi, juga karena mereka mengatakan orang tua mereka kejam. Atau banyak juga alasan lain, yakni ingin bebas. Kebanyakan mereka karena mereka terpengaruh oleh teman-teman yang bebas berkeliaran di luar rumah.

Aku melihat, hanya sedikt di antara mereka yang memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh teman-temanku dari sebuah perguruan tinggi yang perduli terhadap mereka.Mereka merasa kurang cepat pelajaran selesai, agar mereka bisa ngamen atau mengemis cari uang di lampu-lampu merah atau di jalanan. Jika mereka tidak ikut dalam pelajaran, mereka tidak diperbolehka tinggal di rumah singah yang dikelola oleh sebuah yayasan. Terpaksa mereka ikut belajar. Sekali lagi terpaksa walau hati dan pikiran merka tidak berada di pelajaran itu sendiri. Hanya sedikit yang serius mau belajar.

AKu jelas mendengar seorang bocar berusia 12 tahun bertanya kepada temannya.
"Isteriku mana?" Aku hapir meledak tertawa. Seorang bocah bertanya tentang isterinya. Bagi mereka sudah biasa, sesama mereka mengawinkan teman-temabn mereka. Jika sudah dikawinkan, maka mereka akan melindungi teman-teman mereka. Dengan senyum Narti melirikku. Aku menganguk. Kami cepat ke sebuah kamar. Kamar berkaca gelap. Dari luar orang tak melihat kami, karena ruangan itu gelap. Kami bebas melihat keluar ke kamar sebelah.
Tak lama bocah tadi bernama Joko, 12 tahun memasuki kamar mereka yang sempit bersama Tinah, 10 tahun. Dadaku berdebar, apa yang akan mereka lakukan. 
"Sudah tiga hari Narti tak pulang," bisik Narti.
Begitu masuk kamar, pintu langsung di kunci. Cklek!. Joko Langsung memeluk Tinah dan Tinah membalas pelukan Joko. Betapa rindunya mereka. Tubuh kecil dan ringkih Tinah berada dalam pelukan Joko. Kelihatan Tinah baru saja siap makan, karean bibirnya masih berminyak.
"Aku rindu. Kamu kemana saja. Kok gak bilang-bilang?" kata Joko. Tinah diam saja.
"Kamu dibuking, ya? kata Joko menyebut di booking. Tinah mengeleng.
"Aku terbawa Kereta ke kota lain. Aku mau jalanj-jalan saja bersama Mimin," Tinah menjawab. Joko mencium bibir Tinah dan Tinah memeluk Joko. Satu persatu pakaian Tinah dilepas Tinah. Dadaku semakin berdebar menyaksikannya antara percaya dan tidak. Pakaian itu sudah lepas seluruhnya. Akh... dunia sudah gila bisikku. Narti tersenyum dan merapatkan telunjuknya di kedua bibirnya. 
Giliran Joko yang membuka pakaiannya, sampai mereka berdua telanjang bulat. Tiba-tiba terdengar teriakan dari luar memanggil Joko. Dengan enteng Joko menjawab dari dalam.
"Duluan saja. Aku lagi bermitra," katanya. Hampir saja aku meledak tertawa. Kata-kata bermitra, ternyata sedang bersetubuh.
"Cepat ya. Aku tungu di perempatan terminal," suara dari luar berteriak.
Jelas kulihat tetek mungil Tinah seperti baru saja terbentuk. Belum sebesar bola pimpong. Mungkin kurang gizi. 
tetek itu dijilati oleh Joko. Tinah pun mengelus-elus ****** Joko yang sebenarnya sudah berdiri. Walau masih kecil, ****** yang sudah bersunat itu, kelihatan gagah juga. Tangan Joko juga meraba-raba tempe tinah. Tempe yang belum ditumbuhi bulu-bulu. Aku bertanya dalam diriku, apa bisa ****** Joko memasuki tempe si Tinah yang mulus itu.
Tinah sudah rebah di lantai. Joko yang jongkok di antara kedua paha Tinah. mengangkangkan kedua kaki Tinah. Perlahan Joko menusukkan kontolnya ke lubang tempe Tinah. Ah... ternyata tak lama, ****** Joko memasuki lubang tempe Tinah. Joko menindih tubuh Tinah, setelah memastikan kontolnya amblas masuk semuanya. Joko mulai memompa Tinah dan mereka berpelukan. Tak lama, Joko menghentikan pompaan ke lubang Tinah. 
"Mereka sudah selesai," kata Narti. Sayang Tinah selalu saja merasa tak puas.
"Lalu bagaimana?" tanyaku pada Narti. Tungu saja. Kau pasti akan melihat yang lebih seru lagi bisik Narti.
Joko memakai celananya. Setelah mengatakan sesuatu, Joko pergi dan Tinah berpura-pura tertidur. 
Benar, tak lama kemudian, suara kamar Tinah diketuk halus. Narti tersenyum. Dia membuka kamar sempit yang terbuat dari tripleks itu. Tinah masih bertelanjang. Akh... aku terkejut, ketika kulihat yang masuk adalah penjual rokok di depan rumah singgah. Ya namanya kalau tak salah Mas Min. Umurnya berkisar 30 tahun. Dengan cepat Mas Min membuka celananya. Mereka sudah telanjang berdua. Mas Min duduk di lantai di atas bangku-bangku kecil. Tinah sudah tahu apa yang dilakukannya. Dengan cepat Tinah mengangkangi kedua kaki Mas Min. Jelas kulihat, kalau ****** besar Mas Min dituntun oleh Tinah ke lubang Tempenya. Perlahan tapi pasti, Koontol Mas Min memasuki lubang tempe Tinah. Mas Min mengulum bibir Tinah. Tinah memeluknya. Mereka berangkulan. Tubuh TInah maju mundur di pangkuan Mas Min. Mas Min menjilati leher Tinah. ****** yang jauh lebih besar dari ****** Joko keluar masuk di lubang tempe Tinah. Tinah mengejang-ngejang dan memeluk Mas Min semakin kuat.

Mereka istirhat sejenak. Tinah masih berada dalam pelukan Mas Min. Mas Min membuka botol mineral dan menyuguhkannya kepada Tinah. Tinah meneguk seteguh dua. Mas Min juga ikut meneguk air mineral itu. Rupanya, sejenak tadi Tinah sudah orgasme.
Istirahat dua menit itu membuat Tinah kembali segar. Kini Tinah ditelentangkan di lantai. Mas Min menindihnya. Mulai mencucuk cabut kontolnya di lubang tempe Tinah. Aku jelas melihat Tinah memberi respons dari bawah. Aku ikut-ikutan horny. Dalam hati aku berkata, aku akan menggarap Joko, jika ada kesempatan. Aku akan mengajarinya soal seks yang benar.

Kocokan ke lubang tempe Tinah semakin cepat. Tinah memeluk Joko dan meringis-ringis dari bawah tindihan Mas Mas. Mas Min semakin cepat dan cepat. Lalu keduanya kejang.
"Lebih dalam Mas..." kata Tinah. Jelas terdengar suaranya meminta. Mas Min menekan sekuat-kuatnya kontolnya ke Tempe Tinah."Ohhh...." TInah melenguh. Mas Min juga melenguh. Keduanya orgasme. 
Cepat Mas Min memakai celananya. TInah juga memakai pakaiannya. Mas Min mengeluarkan uang. Jelas uang itu dua lembar, tukaran Rp.500,- Tinah tersenyum menerimanya.
Menurut Narti Mas Min memang langganan Tinah, jika Tinah ada. Narti hafal betul kode-kode mereka. Bila Narti menanyakannya, Tinah hanya berkata: Itu urusanku!"
Aku benar-benar tak percaya. Tapi bukan hanya Joko dan Tinah yang seperti itu. Ada beberapa pasang. Tapi hanya Tinah yang mau menerima Mas Min menyetubuhinya. Mas Min memang sedikit ganteng dan berkulit putih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar