Sob Kali ini admin posting dengan judul : Foto Tante Girang Seksi 10
mudah2 bisa menambah semangat si otong hehehe... oiya selain posting : Foto Tante Girang Seksi 10 ini, admin juga kasih bonus cerita seks dewasa biar tambah greng wkwkwk...
Istri Setia
Mungkin pembaca bertanya-tanya kenapa aku menceritakan kisah yang sebenarnya
memalukan bila diketahui orang lain ini? Aku sendiri sesungguhnya juga bingung
kenapa aku nekad menceritakan kisah ini pada para pembaca. Tetapi yang jelas
seperti ada sensasi tersendiri yang kurasakan bila kisah gila ini dapat dibaca
oleh banyak orang. Apalagi melalui internet, identitasku jelas tidak akan
diketahui oleh orang lain.
Sebelum kupaparkan kisah gilaku ini, ada baiknya aku memperkenalkan sedikit
identitasku pada para pembaca. Agar ketika membaca kisah nyata ini, para pembaca
mempunyai bayangan yang jelas bagaimana pelaku (sekaligus penulis) dalam kisah
yang sangat sensasional ini.
Sebut saja namaku Riri, seorang wanita yang saat ini berusia 27 tahun dan telah
bersuami. Menurut banyak teman, aku adalah seorang perempuan yang cukup cantik
dengan kulit putih bersih. Walaupun demikian, postur tubuhku sebenarnya
terhitung ramping dan kecil. Tinggi badanku hanya 154 cm. Tetapi meskipun
bertubuh ramping, pantatku cukup bulat dan berisi. Sedangkan buah dadaku yang
hanya berukuran 34 juga nampak padat dan serasi dengan bentuk tubuhku.
Aku bekerja sebagai karyawati staf accounting pada sebuah toserba yang cukup
besar di kotaku. Sehingga aku mengenal banyak relasi dari para pekerja
perusahaan lain yang memasok barang ke toko tempatku bekerja. Dari sinilah kisah
yang akan kupaparkan ini terjadi.
Sebagai seorang istri, aku sebenarnya merupakan tipe istri yang sangat setia
pada suami. Aku selalu berprinsip, tidak ada lelaki lain yang menyentuh hati dan
tubuhku, kecuali suamiku yang sangat kucintai. Dan sebelum kisah ini terjadi,
aku memang selalu dapat menjaga kesetiaanku. Jangankan disentuh, tertarik dengan
lelaki lain pun merupakan pantangan bagiku.
Tetapi begitulah, beberapa bulan terakhir, justru suamiku mempunyai khayalan
gila. Ia seringkali mengatakan padaku, ia selalu terangsang jika membayangkan
diriku bersetubuh dengan lelaki lain. Entahlah, mungkin ia terpengaruh dengan
cerita kawan-kawannya. Atau mungkin juga termakan oleh bacaan-bacaan seks yang
sering dibacanya. Pada awalnya, aku jengkel setiap kali ia mengatakan hal itu
padaku. Namun lama kelamaan, entah kenapa, aku juga mulai terangsang oleh
khayalan-khayalannya.
Setiap ia mengatakan dirinya ingin melihat aku digumuli lelaki lain, tiba-tiba
dadaku berdebar-debar. Tanda kalau aku juga mulai terangsang dengan fantasinya
itu. Bersamaan dengan itu di toko tempatku bekerja, aku semakin akrab dengan
seorang karyawan perusahaan distribusi yang biasa datang memasok barang.
Sebutlah namanya Mas Roni. Ia seorang lelaki berbadan tinggi besar dan cukup
atletis, tingginya lebih dari 180 cm. Sedang usia sekitar 35 tahun. Sungguh aku
tidak pernah mempunyai pikiran atau perasaan tertarik padanya.
Pada awalnya hubunganku, biasa-biasa saja. Keakrabanku sebatas hubungan kerja.
Namun begitulah, Mas Roni yang berstatus duda itu selalu bersikap baik padaku.
Kuakui pula, ia merupakan pria yang simpatik. Ia sangat pandai mengambil hati
orang lain. Begitu perhatiannya pada diriku, Mas Roni seringkali memberikan
hadiah padaku. Misalnya pada saat lebaran dan tahun baru, Mas Roni memberiku
bonus yang cukup besar. Padahal karyawan lain di tokoku tidak satupun yang
mendapatkannya. Bahkan saat datang ke tokoku, ia kadang bersedia membantu
pekerjaanku. Mas Roni dapat saja melakukan itu sebab ia sangat akrab dengan
bosku.
Hingga suatu ketika, sewaktu aku sedang menghitung keuangan bulanan perusahaan,
tiba-tiba Mas Roni muncul di depan meja kerjaku.
“Aduh sibuknya, sampai nggak lihat ada orang datang,” sapa Mas Roni klise.
“Eh, sorry Mas, ini baru ngitung keuangan akhir bulan,” jawabku.
“Jangan terlalu serius, nanti nggak kelihatan cakepnya lho..!” Mas Roni masih
bergurau.
“Ah, Mas Roni bisa aja,” aku menjawab pendek sambil tetap berkonsentrasi ke
pekerjaanku.
Setelah itu seperti biasanya, di sela-sela pekerjaanku, aku dan Mas Roni
mengobrol dan bersendau-gurau ke sana kemari. Tidak terasa sudah satu jam aku
mengobrol dengannya.
“Ri, aku mau ngasih hadiah tahun baru, Riri mau terima nggak?” tanyanya tiba-tiba.
“Siapa sih yang nggak mau dikasih hadiah. Mau dong, asal syaratnya hadiahnya
yang banyak lho,” jawabku bergurau.
“Aku juga punya syarat lho Ri. Hadiah itu akan kuberikan kalau Riri mau
memejamkan mata. Mau nggak?” tanyanya lagi.
“Serius nih? Oke kalau cuman itu syaratnya aku mau,” kataku sambil menejamkan
mata.
“Awas jangan buka mata sampai aku memberi aba-aba..!” kata Mas Roni lagi.
Sambil terpejam, aku penasaran hadiah apa yang akan diberikannya. Tetapi, ya
ampun, pada saat mataku terpejam, tiba-tiba aku merasakan ada benda yang lunak
menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, benda itu juga melumat bibirku dengan
halus. Aku langsung tahu, Mas Roni tengah menciumku. Maka aku langsung membuka
mata. Dari sisi meja di hadapanku, Mas Roni membungkuk dan menciumi diriku.
Tetapi anehnya, setelah itu aku tidak berusaha menghindar.
Untuk beberapa lama, Mas Roni masih melumat bibirku. Kalau mau jujur aku juga
ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara refleks aku juga membalas melumat
bibir Mas Roni. Sampai kemudian aku sadar, lalu kudorong dada Mas Roni hingga ia
terjengkang ke belakang.
“Mas, seharusnya ini nggak boleh terjadi,” kataku dengan nada tergetar menahan
malu dan sungkan yang menggumpal di hatiku.
Mas Roni terdiam beberapa saat.
“Maaf Ri, mungkin aku terlalu nekat. Seharusnya aku sadar kamu sudah menjadi
milik orang lain. Tetapi inilah kenyataannya, aku sangat sayang padamu Ri,”
ujarnya dengan lirih sambil meninggalkanku.
Seketika itu aku merasa sangat menyesal. Aku merasa telah menghianati suamiku.
Tetapi uniknya peristiwa semacam itu masih terulang hingga beberapa kali.
Beberapa kali kesempatan Mas Roni berkunjung ke tokoku, ia selalu memberiku ‘hadiah’
seperti itu. Tentu, itu dilakukannya jika kawan-kawanku tidak ada yang melihat.
Meskipun pada akhirnya aku menolaknya, namun anehnya, aku tidak pernah marah
terhadap tindakan Mas Roni itu.
Entahlah, aku sendiri bingung. Aku tidak tahu, apakah ini dikarenakan pengaruh
khayalan suamiku yang terangsang jika membayangkan aku berselingkuh. Ataukah
karena aku jatuh cinta pada Mas Roni. Sekali lagi, aku tidak tahu. Bahkan dari
hari ke hari, aku semakin dekat dan akrab dengan Mas Roni.
Hingga pada suatu saat, Mas Roni mengajakku jalan-jalan. Awalnya aku selalu
menolaknya. Aku khawatir kalau kedekatanku dengannya menjadi penyebab
perselingkuhan yang sebenarnya. Tetapi karena ia selalu mendesakku, akhirnya aku
pun menerima ajakkannya. Tetapi aku mengajukan syarat, agar salah seorang kawan
kerjaku juga diajaknya. Dengan mengajak kawan, aku berharap Mas Roni tidak akan
berani melakukan perbuatan yang tidak-tidak.
Begitulah, pada hari Minggu, aku dan Mas Roni akhirnya jadi berangkat jalan-jalan.
Agar suamiku tidak curiga, aku katakan padanya, hari itu aku ada lemburan hingga
sore hari. Selain aku dan Mas Roni, ikut juga kawan kerjaku, Yani dan pacarnya.
Oh ya, berempat kami mengendarai mobil inventaris perusahaan Mas Roni. Berempat
kami jalan-jalan ke suatu lokawisata pegunungan yang cukup jauh dari kotaku.
Kami sengaja memilih tempat yang jauh dari kotaku, agar tidak mengundang
kecurigaan tetangga, keluarga dan terutama suamiku.
Setelah lebih dari satu jam kami berputar-putar di sekitar lokasi wisata, Mas
Roni dan pacar Yani mengajak istirahat di sebuah losmen. Yani dan pacarnya
menyewa satu kamar, dan kedua orang itu langsung hilang di balik pintu tertutup.
Maklum keduanya baru dimabuk cinta. Aku dengan suamiku waktu pacaran dulu juga
begitu, jadi aku maklum saja.
Mas Roni juga menyewa satu kamar di sebelahnya. Aku sebenarnya juga berniat
menyewa kamar sendiri tetapi Mas Roni melarangku.
“Ngapain boros-boros, kalau sekedar istirahat satu kamar saja. Tuh, bed-nya ada
dua,” ujarnya.
Akhirnya aku mengalah. Aku numpang di kamar yang disewa Mas Roni.
Kami mengobrol tertawa cekikikan membicarakan Yani dan pacarnya di kamar sebelah.
Apalagi, Yani dan pacarnya seperti sengaja mendesah-desah hingga kedengaran di
telinga kami. Sejujurnya aku deg-degan juga mendengar desahan Yani yang mirip
dengan suara orang terengah-engah itu. Entah kenapa dadaku semakin berdegup
kencang ketika aku mendengar desahan Yani dan membayangkan apa yang sedang
mereka lakukan di kamar sebelah. Untuk beberapa saat, aku dan Mas Roni diam
terpaku.
Tiba-tiba Mas Roni menarik tanganku hingga aku terduduk di pangkuan Mas Roni
yang saat sedang duduk di tepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung
mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika
bibir dan kumis Mas Roni menempel ke bibirku hingga beberapa saat. Dadaku
semakin berdegup kencang ketika kurasakan bibir Mas Roni melumat mulutku. Lidah
Mas Roni menelusup ke celah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku.
Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu
tengkukku merinding.
Namun tiba-tiba timbul kesadaranku. Kudorong dada Mas Roni supaya ia melepas
pelukannya pada diriku.
“Mass, jangan Mas, ini nggak pantas kita lakukan..!” kataku terbata-bata.
Mas Roni memang melepas ciumannya di bibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar
dan kuat itu masih tetap memeluk pinggang rampingku dengan erat. Aku juga masih
terduduk di pangkuannya.
“Kenapa nggak pantas, toh aku sama dengan suamimu, yaitu sama-sama mencintaimu,”
ujar Mas Roni yang terdengar seperti desahan.
Setelah itu Mas Roni kembali mendaratkan ciuman. Ia menjilati dan menciumi
seluruh wajahku, lalu merembet ke leher dan telingaku. Aku memang pasif dan diam,
namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui,
Mas Roni sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya di
leherku benar-benar telah membuat diriku terbakar dalam kenikmatan. Bahkan
dengan suamiku sekalipun aku belum pernah merasakan rangsangan sehebat ini.
Mas Roni sendiri nampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakan napasnya
mulai terengah-engah. Sementara aku sendiri semakin tidak kuat untuk menahan
erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai
membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Mas Roni yang kekar itu
membuka kancing bajuku. Tak ayal lagi, buah dadaku yang berwarna putih bersih
itu terbuka di depan Mas Roni. Secara refleks aku masih berusaha berontak.
“Cukup, Mas jangan sampai ke situ. Aku takut,” kataku sambil meronta dari
pelukannya.
“Takut dengan siapa Ri, toh nggak ada yang tahu. Percayalah denganku,” jawab Mas
Roni dengan napas yang semakin memburu.
Seperti tidak perduli dengan protesku, Mas Roni yang telah melepas bajuku, kini
ganti sibuk melepas BH-ku. Meskipun aku masih berusaha meronta, namun itu tidak
berguna sama sekali. Sebab tubuh Mas Roni yang besar dan kuat itu mendekapku
sangat erat.
Kini, dipelukan Mas Roni, buah dadaku terbuka tanpa tertutup sehelai kain pun.
Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan di dadaku, tetapi dengan cepat
tangan Mas Roni memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Mas Roni
mengangkatku dan merebahkannya di tempat tidur. Tanpa membuang waktu, bibir Mas
Roni melumat salah satu buah dadaku, sementara salah satu tangannya juga
langsung meremas-remas buah dadaku yang lainnya. Bagai seekor singa buas ia
menjilati dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini.
Kini aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang
karena kenikmatan yang mencengkeram diriku. Aku menggeliat-geliat seperti cacing
kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Mas Roni menjilat
dan melumat puting susuku.
“Ri, da.. dadamu putih dan in.. indah sekali. A.. aku makin nggak ta.. tahan..,
sayang..,” kata Mas Roni terputus-putus karena nafsu birahi yang semakin
memuncak.
Kemudian Mas Roni juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai
sekali menggelitik buah dada hingga perutku. Sekali lagi aku hanya mendesis-desis
mendapat rangsangan yang menggelora itu. Kemudian tanpa kuduga, dengan cepat Mas
Roni melepaskan celana dan celana dalamku dalam satu tarikan. Lagi-lagi aku
berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar dan tenaga kuat yang dimiliki Mas
Roni, dengan mudah ia menaklukkan perlawananku.
Sekarang tubuhku yang ramping dan berkulit putih ini benar-benar telanjang total
di hadapan Mas Roni. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang di hadapan
lelaki lain, kecuali di hadapan suamiku. Sebelumnya aku juga tidak pernah
berpikir melakukan perbuatan seperti ini. Tetapi kini, Mas Roni berhasil
memaksaku, sementara aku seperti pasrah saja tanpa daya.
“Mas, untuk yang satu ini jangan Mas, aku tidak ingin merusak keutuhan
perkawinanku..!” pintaku sambil meringkuk di atas tempat tidur, untuk melindungi
buah dada dan vaginaku yang kini tanpa penutup.
“Ri.. apa.. kamu.. nggak kasihan padaku sayang.., aku sudah terlanjur terbakar..,
aku nggak kuat lagi, sayang. Please, aku.. mohon,” kata Mas Roni masih dengan
terbata-bata dan wajah yang memelas.
Entah karena aku tidak tega atau karena aku sendiri juga sudah terbakar birahi,
aku diam saja ketika Mas Roni kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu
tangannya menggarap kedua buah dadaku, sementara tangan yang satunya lagi
mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek
merasakan kenikmatan itu. Sementara napasku juga semakin terengah-engah.
Tiba-tiba saja Mas Roni beranjak dan dengan cepat melepas semua pakaian yang
menempel di tubuhnya. Kini ia sama denganku telanjang bulat-bulat. Ya ampun, aku
tidak dapat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar dengan lelaki yang
bukan suamiku, ohh. Aku melihat tubuh Mas Roni yang memang atletis, besar dan
kekar. Ia jauh lebih tinggi dan lebih besar dibanding suamiku yang berperawakan
sedang-sedang saja.
Tetapi yang membuat dadaku berdegup lebih keras adalah benda di selangkangan Mas
Roni. Benda yang besarnya hampir sama dengan lenganku itu berwarna coklat tua
dan kini tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 22 cm, atau
hampir dua kali lipat dibanding milik suamiku, sementara besarnya sekitar 3
sampai 4 kali lipatnya. Sungguh aku hampir tidak percaya ada penis sebesar dan
sepanjang itu. Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemas dan penasaran.
Kini tubuh telanjang Mas Roni mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika
merasakan dada bidang Mas Roni menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang
melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini
kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku. Ia masih terus menciumi sekujur
tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku
yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan
rangsangan sedahsyat ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang
vaginaku. Ternyata Mas Roni nekat memasukkan jari tangannya ke celah vaginaku.
Ia memutar-mutarkan telunjuknya di dalam lubang vaginaku, sehingga aku benar-benar
hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang
luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-mutarkan pantatku. Toh, aku
masih berusaha menolaknya.
“Mas, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup di luaran saja..!” pintaku.
Tetapi lagi-lagi Mas Roni tidak menggubrisku. Ia selanjutnya menelusupkan
kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya tanpa henti melumat habis
vaginaku. Aku tergetar hebat mendapat rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan
kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Mas Roni yang masih
terengah-engah di selangkanganku. Kini aku benar-benar telah tenggelam dalam
birahi.
Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Mas Roni
melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngocok batang
penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
“Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekarang
ganti kamu dong Ri yang aktif..!” kata Mas Roni.
“Aku nggak bisa, Mas. Lagian aku masih takuut..!” jawabku dengan malu-malu.
“Oke kalau gitu pegang aja iniku, please, aku mohon, Ri..!” ujarnya sambil
menyodorkan batang penis besar itu ke hadapanku.
Dengan malu-malu kupegang batang yang keras dan berotot itu. Lagi-lagi dadaku
berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis Mas
Roni. Sejenak aku sempat membayangkan, bagaimana nikmatnya jika penis yang besar
dan keras itu dimasukkan ke lubang vagina perempuan.
“Besaran mana dengan milik suamimu Ri..?” goda Mas Roni.
Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, penis Mas Roni jauh lebih
besar dan lebih panjang dibanding milik suamiku.
“Diapakan nih Mas..? Sumpah aku nggak bisa apa-apa,” kataku sambil menggenggam
batang penis Mas Roni.
“Oke, biar gampang, dikocok aja, sayang. Bisakan..?” jawab Mas Roni lembut.
Dengan dada berdegup kencang, kukocok perlahan-lahan penis yang besar milik Mas
Roni. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar Mas Roni yang
sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup menggenggamnya. Aku
berharap dengan kukocok penisnya, sperma Mas Roni cepat muncrat, sehingga ia
tidak dapat berbuat lebih jauh terhadap diriku.
Mas Roni yang kini telentang di sampingku memejamkan matanya ketika tanganku
mulai naik-turun mengocok batang zakarnya. Napasnya mendengus-dengus, tanda
kalau nafsunya mulai meningkat lagi. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh
tinggi besar di hadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat. Tiba-tiba
ia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada di selangkanganku,
sebaliknya kepalaku juga menghadap tepat di selangkangannya. Mas Roni kembali
melumat lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga
vaginaku. Sementara aku sendiri masih terus mengocok batang zakar Mas Roni
dengan tanganku.
Kini, kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga semakin memburu.
Setelah itu Mas Roni beranjak, lalu dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari
yang terletak di sebelah tempat tidur, aku dapat melihat tubuh rampingku seperti
tenggelam di kasur busa ketika tubuh Mas Roni yang tinggi besar tersebut mulai
menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila,
kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang, dan
lelaki itu bukan suamiku.
Mas Roni kembali melumat bibirku. Kali ini teramat lembut. Gila, aku bahkan
tanpa malu lagi mulai membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik
rongga mulut Mas Roni. Mas Roni terpejam merasakan seranganku, sementara tangan
kekarnya masih erat memeluk tubuhku, seperti tidak akan dilepaskan lagi.
Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh
kami mengucur deras dan berbaur di tubuhku dan tubuh Mas Roni. Dalam posisi itu
tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal di atas perutku. Ohh, aku
semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah
batang kemaluan Mas Roni. Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat
di bibir lubang kemaluanku. Rupanya Mas Roni nekat berusaha memasukkan batang
penisnya ke vaginaku. Tentu saja aku tersentak.
“Mas.. Jangan dimasukkan..! Jangan dimasukkan..!” kataku sambil tersengal-sengal
menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaanku itu tulus, sebab di sisi hatiku yang lain
sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang
besar itu masuk ke lubang vaginaku.
“Oke.. kalau nggak boleh dimasukkan, kugesek-gesekkan di bibirnya saja, yah..?”
jawab Mas Roni juga terengah-engah.
Kemudian Mas Roni kembali memasang ujung penisnya tepat di celah kamaluanku.
Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala penis itu menyentuh
bibir vaginaku. Namun karena batang zakar Mas Roni memang berukuran super besar,
Mas Roni sangat sulit memasukannya ke dalam celah bibir vaginaku. Padahal, jika
aku bersetubuh dengan suamiku, penis suamiku masih terlalu kekecilan untuk
ukuran lubang senggamaku.
Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Mas Roni berhasil menerobos
bibir kemaluanku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis besar itu
mulai menerobos masuk. Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa
nikmatnya sungguh tiada tara. Seperti janji Mas Roni, penisnya yang berkukuran
jumbo itu hanya digesek-gesekkan di bibir vagina saja. Meskipun hanya begitu,
kenikmatan yang kurasa benar-benar membuatku hampir teriak histeris. Sungguh
batang zakar besar Mas Roni itu luar biasa nikmatnya.
Mas Roni terus menerus memaju-mundurkan batang penis sebatas di bibir vagina.
Keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami terus
berpagutan.
“Ayoohh.., ngoommoong Saayaang, giimaanna raasaanyaa..?” kata Mas Roni tersengal-sengal.
“Oohh.., teerruss.. Maass.. teeruuss..!” ujarku sama-sama tersengal.
Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu
telah amblas semua ke vaginaku. Bless.., perlahan tapi pasti batang penis yang
besar itu melesak ke dalam lubang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh
batang penis Mas Roni yang sangat-sangat besar itu.
“Lohh..? Mass..! Dimaassuukiin seemmua yah..?” tanyaku.
“Taangguung, Saayang. Aku nggak tahhann..!” ujarnya dengan terus memompa
vaginaku secara perlahan.
Entahlah, kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua di
vaginaku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini
semakin tertahankan. Begitu besarnya penis Mas Roni, sehingga lubang vaginaku
terasa sangat sempit. Sementara karena tubuhnya yang berat, batang penis Mas
Roni semakin tertekan ke dalam vaginaku dan melesak hingga ke dasar rongga
vaginaku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek
dinding vaginaku.
Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Mas Roni dengan menggoyangkan pantatku.
Kini tubuh rampingku seperti timbul-tenggelam di atas kasur busa ditindih oleh
tubuh besar Mas Roni. Semakin lama, genjotan Mas Roni semakin cepat dan keras,
sehingga badanku tersentak-sentak dengan hebat. Clep.., clep.., clep.., clep..,
begitulah bunyi batang zakar Mas Roni yang terus memompa selangkanganku.
“Teerruss Maass..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..!” erangku berulang-ulang.
Sungguh inilah permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan. Aku
sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan terhadap suamiku. Mas Roni benar-benar
telah menenggelamkanku dalam gelombang kenikmatan. Persetan, toh suamiku sendiri
sering berkhayal aku disetubuhi lelaki lain.
Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan rasa nikmat yang luar biasa di sekujur
tubuhku. Badanku menggelepar-gelepar di bawah gencetan tubuh Mas Roni. Seketika
itu seperti tidak sadar, kucium lebih berani bibir Mas Roni dan kupeluk erat-erat.
“Mmaass.. aakkuu.. haampiirr.. oorrgaassmmee..!” desahku ketika aku hampir
menggapai puncak kenikmatan.
Tahu kalau aku hampir orgasme, Mas Roni semakin kencang menghunjam-hunjamkan
batang kejantanannya ke selangkanganku. Saat itu tubuhku makin meronta-ronta di
bawah dekapan Mas Roni yang sangat kuat. Akibatnya, tidak lama kemudian aku
benar-benar klimaks!
“Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. Saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut..
puuaass..!” desah Mas Roni.
“Oohh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. Maass..!” jawabku.
Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Mas Roni, sedangkan
tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan ke atas agar batang
kemaluan Mas Roni dapat menancap sedalam-dalamnya.
Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Mas Roni juga
menghentikan genjotannya.
“Aku belum keluar, Sayang. Tahan sebentar, ya..! Aku terusin dulu,” ujarnya
lembut sambil mencium pipiku.
Gila, aku bisa orgasme walaupun posisiku di bawah. Padahal jika dengan suamiku,
untuk orgasme aku harus berposisi di atas dulu. Tentu ini karena Mas Roni yang
jauh lebih perkasa dibanding suamiku, selain batangannya yang memang sangat
besar dan nikmat luar biasa untuk vagina perempuan.
Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Mas Roni memompa terus lubang
vaginaku. Karena lelah, aku pasif saja ketika Mas Roni masih terus menggumuliku.
Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil dan ramping benar-benar tenggelam
ditindih tubuh besar Mas Roni. Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik ke bawah
melihat kemaluanku yang tengah dihajar batang kejantanan Mas Roni. Gila,
vaginaku dimasuki penis sebesar itu. Dan lebih gila lagi, batang zakar besar
seperti itu ternyata nikmatnya tidak terkira.
Mas Roni semakin lama semakin kencang memompakan penisnya. Sementara mulutnya
tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapat rangsangan
tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan
merambat lagi dari selangkanganku yang dengan kencang dipompa Mas Roni. Maka aku
balik membalas ciuman Mas Roni, sementara pantatku kembali kuputar-putar
mengimbangi penis Mas Roni yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang kemaluanku.
“Kaamuu ingiin.. lagii.. Rii..?” tanya Mas Roni.
“Eehh..” hanya itu jawabku.
Kini kami kembali menggelepar-gelepar bersama.
Tiba-tiba Mas Roni bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku di atas, Mas
Roni di bawah.
“Ayoohh gaannttii..! Kaammuu yang di atass..!” kata Mas Roni.
Dengan posisi di atas tubuh Mas Roni, pantatku kuputar-putar, maju-mundur, kiri-kanan,
untuk mengocok batang penis Mas Roni yang masih mengacung di lubang vaginaku.
Dengan agak malu-malu aku juga ganti menjilat leher dan puting Mas Roni. Mas
Roni yang telentang di bawahku hanya dapat merem-melek karena kenikmatan yang
kuberikan.
“Tuuh.., biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisaa..,” ujar Mas Ronie
sambil balas menciumku dan meremas-remas buah dadaku.
Hanya selang lima menit setelah aku berada di atas, lagi-lagi kenikmatan luar
biasa datang menderaku. Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan vaginaku ke batang
penis Mas Roni. Tubuhku yang ramping semakin erat mendekap Mas Roni. Aku juga
semakin liar membalas ciuman Mas Roni.
“Maass.. aakuu.. haampiir.. orgasmee.. laggii.. Maass..!” kataku terengah-engah.
Tahu kalau aku akan orgasme kedua kalinya, Mas Roni langsung bergulung
membalikku, sehingga aku kembali di bawah. Dengan napas yang terengah-engah, Mas
Roni yang telah berada di atas tubuhku semakin cepat memompa selangkanganku. Tak
ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa di sekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat
itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Mas Roni kupeluk sekuat
tenaga, sementara napasku semakin tidak menentu.
“Kalauu maau orgasmee ngomong Sayang, biaar leepass..!” desah Mas Roni.
Karena tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.
“Teruss.., teruss.., akuu.. orgasmee Mass..!” desahku, sementara tubuhku masih
terus menggelepar-gelepar dalam tindihan tubuh Mas Roni.
Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Mas Roni mendengus-dengus
semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan
tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tidak dapat bergerak. Napasnya terus
memburu. Genjotannya di vaginaku juga semakin keras dan cepat. Kemudian tubuhnya
bergetar hebat.
“Rii.., akuu.. maauu.. keluuarr Sayang..!” erangnya tidak tertahankan.
Melihat Mas Roni yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku
juga semakin erat memeluknya. Crot.. croot.. croot..! Sperma Mas Roni terasa
sangat deras muncrat di lubang vaginaku. Mas Roni memajukan pantatnya sekuat
tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di
lubang kemaluanku. Aku merasakan lubang vaginaku terasa hangat oleh cairan
sperma yang mengucur dari penis Mas Roni.
Gila, sperma Mas Roni luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang vaginaku
terasa basah kuyup. Bahkan karena saking banyaknya, sperma Mas Roni belepotan
hingga ke bibir vagina dan pahaku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai
menurun.
Untuk beberapa saat Mas Roni masih menindihku, keringat kami pun masih
bercucuran. Setelah itu ia berguling di sampingku. Aku temenung menatap langit-langit
kamar. Begitupun dengan Mas Roni. Ada sesal yang mengendap dalam hatiku. Kenapa
aku harus menodai kesetiaan terhadap perkawinanku, itulah pertanyaan yang
bertalu-talu mengetuk perasaanku.
“Maafkan aku, Ri. Aku telah khilaf dengan memaksamu melakukan perbuatan ini,”
ujar Mas Roni lirih.
Aku tidak menjawab. Kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran masing-masing.
Bermenit-menit kemudian tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami
berdua.
Tiba-tiba Yani mengetuk pintu sambil berteriak, “Hee, sudah siang lho.., ayo
pulang..!”
Dengan masih tetap diam, aku dan Mas Roni segera beranjak, berbenah lalu
berjalan keluar kamar. Tanpa kata-kata pula Mas Roni mengecup keningku saat
pintu kamar akan kubuka.
“Hayo, lagi ngapain kok pintunya pakai ditutup segala..?” kelakar Yani.
“Ah, nggak apa-apa kok, kita cuman ketiduran tadi.” jawabku dengan perasaan malu.
Sementara Mas Roni hanya tersenyum.
“Tenang aja, Mbak Riri. Aku janji nggak akan menceritakan ini ke orang lain kok..!”
ujar Yani dengan masih cengengesan.
*****
Begitulah, hingga seminggu setelah kejadian itu rasa sesal masih mendera
perasaanku. Selama itu hatiku selalu diketuk pertanyaan, kenapa akhirnya aku
harus mengkhianati suamiku. Hanya saja, ketika mulai menginjak minggu kedua,
tiba-tiba rasa sesal itu seperti menguap begitu saja. Yang muncul dalam
perasaanku kemudian adalah kerinduan pada Mas Roni. Sungguh dadaku sering
berdebar-debar lagi setiap kali kuingat kenikmatan luar biasa yang diberikan Mas
Roni saat itu. Aku selalu terbayang dengan keperkasaan Mas Roni di atas ranjang,
yang itu semua tidak dimiliki suamiku.
Maka setelah itu, kami masih sering jalan-jalan bersama dengan Mas Roni. Bahkan
hampir rutin sebulan 2 sampai 4 kali aku dan Mas Roni selalu melepas hasrat
bersama. Dan jelas itu lebih menggelora lagi dibanding kencan kami yang pertama.
Sementara untuk menyembunyikan itu semua, aku bersikap biasa-biasa saja terhadap
suamiku. Ia juga masih sering merangsang diri dengan berfantasi aku disetubuhi
lelaki lain. Tetapi ia tidak tahu, sesungguhnya telah ada lelaki lain yang benar-benar
telah menyetubuhi isterinya. Dan aku tidak pernah bercerita padanya. Ini hanya
menjadi rahasiaku dan rahasia Mas Roni.
Begitulah pembaca, kisah awal mula perselingkuhanku yang menjadi kenangan
tersendiri hingga saat ini.
DIBAWAH INI FOTO TANTE GIRANG NYA GA KALAH SEKSI SOB... CERITA SEKSNYA JUGA MANTAP2.. SOB. TINGGAL KLIK SALAH SATU AJA SOB... SELAMAT MENIKMATI...
mudah2 bisa menambah semangat si otong hehehe... oiya selain posting : Foto Tante Girang Seksi 10 ini, admin juga kasih bonus cerita seks dewasa biar tambah greng wkwkwk...
Istri Setia
Mungkin pembaca bertanya-tanya kenapa aku menceritakan kisah yang sebenarnya
memalukan bila diketahui orang lain ini? Aku sendiri sesungguhnya juga bingung
kenapa aku nekad menceritakan kisah ini pada para pembaca. Tetapi yang jelas
seperti ada sensasi tersendiri yang kurasakan bila kisah gila ini dapat dibaca
oleh banyak orang. Apalagi melalui internet, identitasku jelas tidak akan
diketahui oleh orang lain.
Sebelum kupaparkan kisah gilaku ini, ada baiknya aku memperkenalkan sedikit
identitasku pada para pembaca. Agar ketika membaca kisah nyata ini, para pembaca
mempunyai bayangan yang jelas bagaimana pelaku (sekaligus penulis) dalam kisah
yang sangat sensasional ini.
Sebut saja namaku Riri, seorang wanita yang saat ini berusia 27 tahun dan telah
bersuami. Menurut banyak teman, aku adalah seorang perempuan yang cukup cantik
dengan kulit putih bersih. Walaupun demikian, postur tubuhku sebenarnya
terhitung ramping dan kecil. Tinggi badanku hanya 154 cm. Tetapi meskipun
bertubuh ramping, pantatku cukup bulat dan berisi. Sedangkan buah dadaku yang
hanya berukuran 34 juga nampak padat dan serasi dengan bentuk tubuhku.
Aku bekerja sebagai karyawati staf accounting pada sebuah toserba yang cukup
besar di kotaku. Sehingga aku mengenal banyak relasi dari para pekerja
perusahaan lain yang memasok barang ke toko tempatku bekerja. Dari sinilah kisah
yang akan kupaparkan ini terjadi.
Sebagai seorang istri, aku sebenarnya merupakan tipe istri yang sangat setia
pada suami. Aku selalu berprinsip, tidak ada lelaki lain yang menyentuh hati dan
tubuhku, kecuali suamiku yang sangat kucintai. Dan sebelum kisah ini terjadi,
aku memang selalu dapat menjaga kesetiaanku. Jangankan disentuh, tertarik dengan
lelaki lain pun merupakan pantangan bagiku.
Tetapi begitulah, beberapa bulan terakhir, justru suamiku mempunyai khayalan
gila. Ia seringkali mengatakan padaku, ia selalu terangsang jika membayangkan
diriku bersetubuh dengan lelaki lain. Entahlah, mungkin ia terpengaruh dengan
cerita kawan-kawannya. Atau mungkin juga termakan oleh bacaan-bacaan seks yang
sering dibacanya. Pada awalnya, aku jengkel setiap kali ia mengatakan hal itu
padaku. Namun lama kelamaan, entah kenapa, aku juga mulai terangsang oleh
khayalan-khayalannya.
Setiap ia mengatakan dirinya ingin melihat aku digumuli lelaki lain, tiba-tiba
dadaku berdebar-debar. Tanda kalau aku juga mulai terangsang dengan fantasinya
itu. Bersamaan dengan itu di toko tempatku bekerja, aku semakin akrab dengan
seorang karyawan perusahaan distribusi yang biasa datang memasok barang.
Sebutlah namanya Mas Roni. Ia seorang lelaki berbadan tinggi besar dan cukup
atletis, tingginya lebih dari 180 cm. Sedang usia sekitar 35 tahun. Sungguh aku
tidak pernah mempunyai pikiran atau perasaan tertarik padanya.
Pada awalnya hubunganku, biasa-biasa saja. Keakrabanku sebatas hubungan kerja.
Namun begitulah, Mas Roni yang berstatus duda itu selalu bersikap baik padaku.
Kuakui pula, ia merupakan pria yang simpatik. Ia sangat pandai mengambil hati
orang lain. Begitu perhatiannya pada diriku, Mas Roni seringkali memberikan
hadiah padaku. Misalnya pada saat lebaran dan tahun baru, Mas Roni memberiku
bonus yang cukup besar. Padahal karyawan lain di tokoku tidak satupun yang
mendapatkannya. Bahkan saat datang ke tokoku, ia kadang bersedia membantu
pekerjaanku. Mas Roni dapat saja melakukan itu sebab ia sangat akrab dengan
bosku.
Hingga suatu ketika, sewaktu aku sedang menghitung keuangan bulanan perusahaan,
tiba-tiba Mas Roni muncul di depan meja kerjaku.
“Aduh sibuknya, sampai nggak lihat ada orang datang,” sapa Mas Roni klise.
“Eh, sorry Mas, ini baru ngitung keuangan akhir bulan,” jawabku.
“Jangan terlalu serius, nanti nggak kelihatan cakepnya lho..!” Mas Roni masih
bergurau.
“Ah, Mas Roni bisa aja,” aku menjawab pendek sambil tetap berkonsentrasi ke
pekerjaanku.
Setelah itu seperti biasanya, di sela-sela pekerjaanku, aku dan Mas Roni
mengobrol dan bersendau-gurau ke sana kemari. Tidak terasa sudah satu jam aku
mengobrol dengannya.
“Ri, aku mau ngasih hadiah tahun baru, Riri mau terima nggak?” tanyanya tiba-tiba.
“Siapa sih yang nggak mau dikasih hadiah. Mau dong, asal syaratnya hadiahnya
yang banyak lho,” jawabku bergurau.
“Aku juga punya syarat lho Ri. Hadiah itu akan kuberikan kalau Riri mau
memejamkan mata. Mau nggak?” tanyanya lagi.
“Serius nih? Oke kalau cuman itu syaratnya aku mau,” kataku sambil menejamkan
mata.
“Awas jangan buka mata sampai aku memberi aba-aba..!” kata Mas Roni lagi.
Sambil terpejam, aku penasaran hadiah apa yang akan diberikannya. Tetapi, ya
ampun, pada saat mataku terpejam, tiba-tiba aku merasakan ada benda yang lunak
menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, benda itu juga melumat bibirku dengan
halus. Aku langsung tahu, Mas Roni tengah menciumku. Maka aku langsung membuka
mata. Dari sisi meja di hadapanku, Mas Roni membungkuk dan menciumi diriku.
Tetapi anehnya, setelah itu aku tidak berusaha menghindar.
Untuk beberapa lama, Mas Roni masih melumat bibirku. Kalau mau jujur aku juga
ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara refleks aku juga membalas melumat
bibir Mas Roni. Sampai kemudian aku sadar, lalu kudorong dada Mas Roni hingga ia
terjengkang ke belakang.
“Mas, seharusnya ini nggak boleh terjadi,” kataku dengan nada tergetar menahan
malu dan sungkan yang menggumpal di hatiku.
Mas Roni terdiam beberapa saat.
“Maaf Ri, mungkin aku terlalu nekat. Seharusnya aku sadar kamu sudah menjadi
milik orang lain. Tetapi inilah kenyataannya, aku sangat sayang padamu Ri,”
ujarnya dengan lirih sambil meninggalkanku.
Seketika itu aku merasa sangat menyesal. Aku merasa telah menghianati suamiku.
Tetapi uniknya peristiwa semacam itu masih terulang hingga beberapa kali.
Beberapa kali kesempatan Mas Roni berkunjung ke tokoku, ia selalu memberiku ‘hadiah’
seperti itu. Tentu, itu dilakukannya jika kawan-kawanku tidak ada yang melihat.
Meskipun pada akhirnya aku menolaknya, namun anehnya, aku tidak pernah marah
terhadap tindakan Mas Roni itu.
Entahlah, aku sendiri bingung. Aku tidak tahu, apakah ini dikarenakan pengaruh
khayalan suamiku yang terangsang jika membayangkan aku berselingkuh. Ataukah
karena aku jatuh cinta pada Mas Roni. Sekali lagi, aku tidak tahu. Bahkan dari
hari ke hari, aku semakin dekat dan akrab dengan Mas Roni.
Hingga pada suatu saat, Mas Roni mengajakku jalan-jalan. Awalnya aku selalu
menolaknya. Aku khawatir kalau kedekatanku dengannya menjadi penyebab
perselingkuhan yang sebenarnya. Tetapi karena ia selalu mendesakku, akhirnya aku
pun menerima ajakkannya. Tetapi aku mengajukan syarat, agar salah seorang kawan
kerjaku juga diajaknya. Dengan mengajak kawan, aku berharap Mas Roni tidak akan
berani melakukan perbuatan yang tidak-tidak.
Begitulah, pada hari Minggu, aku dan Mas Roni akhirnya jadi berangkat jalan-jalan.
Agar suamiku tidak curiga, aku katakan padanya, hari itu aku ada lemburan hingga
sore hari. Selain aku dan Mas Roni, ikut juga kawan kerjaku, Yani dan pacarnya.
Oh ya, berempat kami mengendarai mobil inventaris perusahaan Mas Roni. Berempat
kami jalan-jalan ke suatu lokawisata pegunungan yang cukup jauh dari kotaku.
Kami sengaja memilih tempat yang jauh dari kotaku, agar tidak mengundang
kecurigaan tetangga, keluarga dan terutama suamiku.
Setelah lebih dari satu jam kami berputar-putar di sekitar lokasi wisata, Mas
Roni dan pacar Yani mengajak istirahat di sebuah losmen. Yani dan pacarnya
menyewa satu kamar, dan kedua orang itu langsung hilang di balik pintu tertutup.
Maklum keduanya baru dimabuk cinta. Aku dengan suamiku waktu pacaran dulu juga
begitu, jadi aku maklum saja.
Mas Roni juga menyewa satu kamar di sebelahnya. Aku sebenarnya juga berniat
menyewa kamar sendiri tetapi Mas Roni melarangku.
“Ngapain boros-boros, kalau sekedar istirahat satu kamar saja. Tuh, bed-nya ada
dua,” ujarnya.
Akhirnya aku mengalah. Aku numpang di kamar yang disewa Mas Roni.
Kami mengobrol tertawa cekikikan membicarakan Yani dan pacarnya di kamar sebelah.
Apalagi, Yani dan pacarnya seperti sengaja mendesah-desah hingga kedengaran di
telinga kami. Sejujurnya aku deg-degan juga mendengar desahan Yani yang mirip
dengan suara orang terengah-engah itu. Entah kenapa dadaku semakin berdegup
kencang ketika aku mendengar desahan Yani dan membayangkan apa yang sedang
mereka lakukan di kamar sebelah. Untuk beberapa saat, aku dan Mas Roni diam
terpaku.
Tiba-tiba Mas Roni menarik tanganku hingga aku terduduk di pangkuan Mas Roni
yang saat sedang duduk di tepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung
mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika
bibir dan kumis Mas Roni menempel ke bibirku hingga beberapa saat. Dadaku
semakin berdegup kencang ketika kurasakan bibir Mas Roni melumat mulutku. Lidah
Mas Roni menelusup ke celah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku.
Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu
tengkukku merinding.
Namun tiba-tiba timbul kesadaranku. Kudorong dada Mas Roni supaya ia melepas
pelukannya pada diriku.
“Mass, jangan Mas, ini nggak pantas kita lakukan..!” kataku terbata-bata.
Mas Roni memang melepas ciumannya di bibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar
dan kuat itu masih tetap memeluk pinggang rampingku dengan erat. Aku juga masih
terduduk di pangkuannya.
“Kenapa nggak pantas, toh aku sama dengan suamimu, yaitu sama-sama mencintaimu,”
ujar Mas Roni yang terdengar seperti desahan.
Setelah itu Mas Roni kembali mendaratkan ciuman. Ia menjilati dan menciumi
seluruh wajahku, lalu merembet ke leher dan telingaku. Aku memang pasif dan diam,
namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui,
Mas Roni sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya di
leherku benar-benar telah membuat diriku terbakar dalam kenikmatan. Bahkan
dengan suamiku sekalipun aku belum pernah merasakan rangsangan sehebat ini.
Mas Roni sendiri nampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakan napasnya
mulai terengah-engah. Sementara aku sendiri semakin tidak kuat untuk menahan
erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai
membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Mas Roni yang kekar itu
membuka kancing bajuku. Tak ayal lagi, buah dadaku yang berwarna putih bersih
itu terbuka di depan Mas Roni. Secara refleks aku masih berusaha berontak.
“Cukup, Mas jangan sampai ke situ. Aku takut,” kataku sambil meronta dari
pelukannya.
“Takut dengan siapa Ri, toh nggak ada yang tahu. Percayalah denganku,” jawab Mas
Roni dengan napas yang semakin memburu.
Seperti tidak perduli dengan protesku, Mas Roni yang telah melepas bajuku, kini
ganti sibuk melepas BH-ku. Meskipun aku masih berusaha meronta, namun itu tidak
berguna sama sekali. Sebab tubuh Mas Roni yang besar dan kuat itu mendekapku
sangat erat.
Kini, dipelukan Mas Roni, buah dadaku terbuka tanpa tertutup sehelai kain pun.
Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan di dadaku, tetapi dengan cepat
tangan Mas Roni memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Mas Roni
mengangkatku dan merebahkannya di tempat tidur. Tanpa membuang waktu, bibir Mas
Roni melumat salah satu buah dadaku, sementara salah satu tangannya juga
langsung meremas-remas buah dadaku yang lainnya. Bagai seekor singa buas ia
menjilati dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini.
Kini aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang
karena kenikmatan yang mencengkeram diriku. Aku menggeliat-geliat seperti cacing
kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Mas Roni menjilat
dan melumat puting susuku.
“Ri, da.. dadamu putih dan in.. indah sekali. A.. aku makin nggak ta.. tahan..,
sayang..,” kata Mas Roni terputus-putus karena nafsu birahi yang semakin
memuncak.
Kemudian Mas Roni juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai
sekali menggelitik buah dada hingga perutku. Sekali lagi aku hanya mendesis-desis
mendapat rangsangan yang menggelora itu. Kemudian tanpa kuduga, dengan cepat Mas
Roni melepaskan celana dan celana dalamku dalam satu tarikan. Lagi-lagi aku
berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar dan tenaga kuat yang dimiliki Mas
Roni, dengan mudah ia menaklukkan perlawananku.
Sekarang tubuhku yang ramping dan berkulit putih ini benar-benar telanjang total
di hadapan Mas Roni. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang di hadapan
lelaki lain, kecuali di hadapan suamiku. Sebelumnya aku juga tidak pernah
berpikir melakukan perbuatan seperti ini. Tetapi kini, Mas Roni berhasil
memaksaku, sementara aku seperti pasrah saja tanpa daya.
“Mas, untuk yang satu ini jangan Mas, aku tidak ingin merusak keutuhan
perkawinanku..!” pintaku sambil meringkuk di atas tempat tidur, untuk melindungi
buah dada dan vaginaku yang kini tanpa penutup.
“Ri.. apa.. kamu.. nggak kasihan padaku sayang.., aku sudah terlanjur terbakar..,
aku nggak kuat lagi, sayang. Please, aku.. mohon,” kata Mas Roni masih dengan
terbata-bata dan wajah yang memelas.
Entah karena aku tidak tega atau karena aku sendiri juga sudah terbakar birahi,
aku diam saja ketika Mas Roni kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu
tangannya menggarap kedua buah dadaku, sementara tangan yang satunya lagi
mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek
merasakan kenikmatan itu. Sementara napasku juga semakin terengah-engah.
Tiba-tiba saja Mas Roni beranjak dan dengan cepat melepas semua pakaian yang
menempel di tubuhnya. Kini ia sama denganku telanjang bulat-bulat. Ya ampun, aku
tidak dapat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar dengan lelaki yang
bukan suamiku, ohh. Aku melihat tubuh Mas Roni yang memang atletis, besar dan
kekar. Ia jauh lebih tinggi dan lebih besar dibanding suamiku yang berperawakan
sedang-sedang saja.
Tetapi yang membuat dadaku berdegup lebih keras adalah benda di selangkangan Mas
Roni. Benda yang besarnya hampir sama dengan lenganku itu berwarna coklat tua
dan kini tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 22 cm, atau
hampir dua kali lipat dibanding milik suamiku, sementara besarnya sekitar 3
sampai 4 kali lipatnya. Sungguh aku hampir tidak percaya ada penis sebesar dan
sepanjang itu. Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemas dan penasaran.
Kini tubuh telanjang Mas Roni mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika
merasakan dada bidang Mas Roni menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang
melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini
kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku. Ia masih terus menciumi sekujur
tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku
yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan
rangsangan sedahsyat ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang
vaginaku. Ternyata Mas Roni nekat memasukkan jari tangannya ke celah vaginaku.
Ia memutar-mutarkan telunjuknya di dalam lubang vaginaku, sehingga aku benar-benar
hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang
luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-mutarkan pantatku. Toh, aku
masih berusaha menolaknya.
“Mas, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup di luaran saja..!” pintaku.
Tetapi lagi-lagi Mas Roni tidak menggubrisku. Ia selanjutnya menelusupkan
kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya tanpa henti melumat habis
vaginaku. Aku tergetar hebat mendapat rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan
kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Mas Roni yang masih
terengah-engah di selangkanganku. Kini aku benar-benar telah tenggelam dalam
birahi.
Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Mas Roni
melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngocok batang
penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
“Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekarang
ganti kamu dong Ri yang aktif..!” kata Mas Roni.
“Aku nggak bisa, Mas. Lagian aku masih takuut..!” jawabku dengan malu-malu.
“Oke kalau gitu pegang aja iniku, please, aku mohon, Ri..!” ujarnya sambil
menyodorkan batang penis besar itu ke hadapanku.
Dengan malu-malu kupegang batang yang keras dan berotot itu. Lagi-lagi dadaku
berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis Mas
Roni. Sejenak aku sempat membayangkan, bagaimana nikmatnya jika penis yang besar
dan keras itu dimasukkan ke lubang vagina perempuan.
“Besaran mana dengan milik suamimu Ri..?” goda Mas Roni.
Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, penis Mas Roni jauh lebih
besar dan lebih panjang dibanding milik suamiku.
“Diapakan nih Mas..? Sumpah aku nggak bisa apa-apa,” kataku sambil menggenggam
batang penis Mas Roni.
“Oke, biar gampang, dikocok aja, sayang. Bisakan..?” jawab Mas Roni lembut.
Dengan dada berdegup kencang, kukocok perlahan-lahan penis yang besar milik Mas
Roni. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar Mas Roni yang
sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup menggenggamnya. Aku
berharap dengan kukocok penisnya, sperma Mas Roni cepat muncrat, sehingga ia
tidak dapat berbuat lebih jauh terhadap diriku.
Mas Roni yang kini telentang di sampingku memejamkan matanya ketika tanganku
mulai naik-turun mengocok batang zakarnya. Napasnya mendengus-dengus, tanda
kalau nafsunya mulai meningkat lagi. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh
tinggi besar di hadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat. Tiba-tiba
ia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada di selangkanganku,
sebaliknya kepalaku juga menghadap tepat di selangkangannya. Mas Roni kembali
melumat lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga
vaginaku. Sementara aku sendiri masih terus mengocok batang zakar Mas Roni
dengan tanganku.
Kini, kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga semakin memburu.
Setelah itu Mas Roni beranjak, lalu dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari
yang terletak di sebelah tempat tidur, aku dapat melihat tubuh rampingku seperti
tenggelam di kasur busa ketika tubuh Mas Roni yang tinggi besar tersebut mulai
menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila,
kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang, dan
lelaki itu bukan suamiku.
Mas Roni kembali melumat bibirku. Kali ini teramat lembut. Gila, aku bahkan
tanpa malu lagi mulai membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik
rongga mulut Mas Roni. Mas Roni terpejam merasakan seranganku, sementara tangan
kekarnya masih erat memeluk tubuhku, seperti tidak akan dilepaskan lagi.
Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh
kami mengucur deras dan berbaur di tubuhku dan tubuh Mas Roni. Dalam posisi itu
tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal di atas perutku. Ohh, aku
semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah
batang kemaluan Mas Roni. Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat
di bibir lubang kemaluanku. Rupanya Mas Roni nekat berusaha memasukkan batang
penisnya ke vaginaku. Tentu saja aku tersentak.
“Mas.. Jangan dimasukkan..! Jangan dimasukkan..!” kataku sambil tersengal-sengal
menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaanku itu tulus, sebab di sisi hatiku yang lain
sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang
besar itu masuk ke lubang vaginaku.
“Oke.. kalau nggak boleh dimasukkan, kugesek-gesekkan di bibirnya saja, yah..?”
jawab Mas Roni juga terengah-engah.
Kemudian Mas Roni kembali memasang ujung penisnya tepat di celah kamaluanku.
Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala penis itu menyentuh
bibir vaginaku. Namun karena batang zakar Mas Roni memang berukuran super besar,
Mas Roni sangat sulit memasukannya ke dalam celah bibir vaginaku. Padahal, jika
aku bersetubuh dengan suamiku, penis suamiku masih terlalu kekecilan untuk
ukuran lubang senggamaku.
Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Mas Roni berhasil menerobos
bibir kemaluanku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis besar itu
mulai menerobos masuk. Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa
nikmatnya sungguh tiada tara. Seperti janji Mas Roni, penisnya yang berkukuran
jumbo itu hanya digesek-gesekkan di bibir vagina saja. Meskipun hanya begitu,
kenikmatan yang kurasa benar-benar membuatku hampir teriak histeris. Sungguh
batang zakar besar Mas Roni itu luar biasa nikmatnya.
Mas Roni terus menerus memaju-mundurkan batang penis sebatas di bibir vagina.
Keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami terus
berpagutan.
“Ayoohh.., ngoommoong Saayaang, giimaanna raasaanyaa..?” kata Mas Roni tersengal-sengal.
“Oohh.., teerruss.. Maass.. teeruuss..!” ujarku sama-sama tersengal.
Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu
telah amblas semua ke vaginaku. Bless.., perlahan tapi pasti batang penis yang
besar itu melesak ke dalam lubang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh
batang penis Mas Roni yang sangat-sangat besar itu.
“Lohh..? Mass..! Dimaassuukiin seemmua yah..?” tanyaku.
“Taangguung, Saayang. Aku nggak tahhann..!” ujarnya dengan terus memompa
vaginaku secara perlahan.
Entahlah, kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua di
vaginaku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini
semakin tertahankan. Begitu besarnya penis Mas Roni, sehingga lubang vaginaku
terasa sangat sempit. Sementara karena tubuhnya yang berat, batang penis Mas
Roni semakin tertekan ke dalam vaginaku dan melesak hingga ke dasar rongga
vaginaku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek
dinding vaginaku.
Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Mas Roni dengan menggoyangkan pantatku.
Kini tubuh rampingku seperti timbul-tenggelam di atas kasur busa ditindih oleh
tubuh besar Mas Roni. Semakin lama, genjotan Mas Roni semakin cepat dan keras,
sehingga badanku tersentak-sentak dengan hebat. Clep.., clep.., clep.., clep..,
begitulah bunyi batang zakar Mas Roni yang terus memompa selangkanganku.
“Teerruss Maass..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..!” erangku berulang-ulang.
Sungguh inilah permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan. Aku
sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan terhadap suamiku. Mas Roni benar-benar
telah menenggelamkanku dalam gelombang kenikmatan. Persetan, toh suamiku sendiri
sering berkhayal aku disetubuhi lelaki lain.
Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan rasa nikmat yang luar biasa di sekujur
tubuhku. Badanku menggelepar-gelepar di bawah gencetan tubuh Mas Roni. Seketika
itu seperti tidak sadar, kucium lebih berani bibir Mas Roni dan kupeluk erat-erat.
“Mmaass.. aakkuu.. haampiirr.. oorrgaassmmee..!” desahku ketika aku hampir
menggapai puncak kenikmatan.
Tahu kalau aku hampir orgasme, Mas Roni semakin kencang menghunjam-hunjamkan
batang kejantanannya ke selangkanganku. Saat itu tubuhku makin meronta-ronta di
bawah dekapan Mas Roni yang sangat kuat. Akibatnya, tidak lama kemudian aku
benar-benar klimaks!
“Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. Saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut..
puuaass..!” desah Mas Roni.
“Oohh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. Maass..!” jawabku.
Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Mas Roni, sedangkan
tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan ke atas agar batang
kemaluan Mas Roni dapat menancap sedalam-dalamnya.
Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Mas Roni juga
menghentikan genjotannya.
“Aku belum keluar, Sayang. Tahan sebentar, ya..! Aku terusin dulu,” ujarnya
lembut sambil mencium pipiku.
Gila, aku bisa orgasme walaupun posisiku di bawah. Padahal jika dengan suamiku,
untuk orgasme aku harus berposisi di atas dulu. Tentu ini karena Mas Roni yang
jauh lebih perkasa dibanding suamiku, selain batangannya yang memang sangat
besar dan nikmat luar biasa untuk vagina perempuan.
Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Mas Roni memompa terus lubang
vaginaku. Karena lelah, aku pasif saja ketika Mas Roni masih terus menggumuliku.
Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil dan ramping benar-benar tenggelam
ditindih tubuh besar Mas Roni. Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik ke bawah
melihat kemaluanku yang tengah dihajar batang kejantanan Mas Roni. Gila,
vaginaku dimasuki penis sebesar itu. Dan lebih gila lagi, batang zakar besar
seperti itu ternyata nikmatnya tidak terkira.
Mas Roni semakin lama semakin kencang memompakan penisnya. Sementara mulutnya
tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapat rangsangan
tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan
merambat lagi dari selangkanganku yang dengan kencang dipompa Mas Roni. Maka aku
balik membalas ciuman Mas Roni, sementara pantatku kembali kuputar-putar
mengimbangi penis Mas Roni yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang kemaluanku.
“Kaamuu ingiin.. lagii.. Rii..?” tanya Mas Roni.
“Eehh..” hanya itu jawabku.
Kini kami kembali menggelepar-gelepar bersama.
Tiba-tiba Mas Roni bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku di atas, Mas
Roni di bawah.
“Ayoohh gaannttii..! Kaammuu yang di atass..!” kata Mas Roni.
Dengan posisi di atas tubuh Mas Roni, pantatku kuputar-putar, maju-mundur, kiri-kanan,
untuk mengocok batang penis Mas Roni yang masih mengacung di lubang vaginaku.
Dengan agak malu-malu aku juga ganti menjilat leher dan puting Mas Roni. Mas
Roni yang telentang di bawahku hanya dapat merem-melek karena kenikmatan yang
kuberikan.
“Tuuh.., biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisaa..,” ujar Mas Ronie
sambil balas menciumku dan meremas-remas buah dadaku.
Hanya selang lima menit setelah aku berada di atas, lagi-lagi kenikmatan luar
biasa datang menderaku. Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan vaginaku ke batang
penis Mas Roni. Tubuhku yang ramping semakin erat mendekap Mas Roni. Aku juga
semakin liar membalas ciuman Mas Roni.
“Maass.. aakuu.. haampiir.. orgasmee.. laggii.. Maass..!” kataku terengah-engah.
Tahu kalau aku akan orgasme kedua kalinya, Mas Roni langsung bergulung
membalikku, sehingga aku kembali di bawah. Dengan napas yang terengah-engah, Mas
Roni yang telah berada di atas tubuhku semakin cepat memompa selangkanganku. Tak
ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa di sekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat
itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Mas Roni kupeluk sekuat
tenaga, sementara napasku semakin tidak menentu.
“Kalauu maau orgasmee ngomong Sayang, biaar leepass..!” desah Mas Roni.
Karena tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.
“Teruss.., teruss.., akuu.. orgasmee Mass..!” desahku, sementara tubuhku masih
terus menggelepar-gelepar dalam tindihan tubuh Mas Roni.
Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Mas Roni mendengus-dengus
semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan
tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tidak dapat bergerak. Napasnya terus
memburu. Genjotannya di vaginaku juga semakin keras dan cepat. Kemudian tubuhnya
bergetar hebat.
“Rii.., akuu.. maauu.. keluuarr Sayang..!” erangnya tidak tertahankan.
Melihat Mas Roni yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku
juga semakin erat memeluknya. Crot.. croot.. croot..! Sperma Mas Roni terasa
sangat deras muncrat di lubang vaginaku. Mas Roni memajukan pantatnya sekuat
tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di
lubang kemaluanku. Aku merasakan lubang vaginaku terasa hangat oleh cairan
sperma yang mengucur dari penis Mas Roni.
Gila, sperma Mas Roni luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang vaginaku
terasa basah kuyup. Bahkan karena saking banyaknya, sperma Mas Roni belepotan
hingga ke bibir vagina dan pahaku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai
menurun.
Untuk beberapa saat Mas Roni masih menindihku, keringat kami pun masih
bercucuran. Setelah itu ia berguling di sampingku. Aku temenung menatap langit-langit
kamar. Begitupun dengan Mas Roni. Ada sesal yang mengendap dalam hatiku. Kenapa
aku harus menodai kesetiaan terhadap perkawinanku, itulah pertanyaan yang
bertalu-talu mengetuk perasaanku.
“Maafkan aku, Ri. Aku telah khilaf dengan memaksamu melakukan perbuatan ini,”
ujar Mas Roni lirih.
Aku tidak menjawab. Kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran masing-masing.
Bermenit-menit kemudian tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami
berdua.
Tiba-tiba Yani mengetuk pintu sambil berteriak, “Hee, sudah siang lho.., ayo
pulang..!”
Dengan masih tetap diam, aku dan Mas Roni segera beranjak, berbenah lalu
berjalan keluar kamar. Tanpa kata-kata pula Mas Roni mengecup keningku saat
pintu kamar akan kubuka.
“Hayo, lagi ngapain kok pintunya pakai ditutup segala..?” kelakar Yani.
“Ah, nggak apa-apa kok, kita cuman ketiduran tadi.” jawabku dengan perasaan malu.
Sementara Mas Roni hanya tersenyum.
“Tenang aja, Mbak Riri. Aku janji nggak akan menceritakan ini ke orang lain kok..!”
ujar Yani dengan masih cengengesan.
*****
Begitulah, hingga seminggu setelah kejadian itu rasa sesal masih mendera
perasaanku. Selama itu hatiku selalu diketuk pertanyaan, kenapa akhirnya aku
harus mengkhianati suamiku. Hanya saja, ketika mulai menginjak minggu kedua,
tiba-tiba rasa sesal itu seperti menguap begitu saja. Yang muncul dalam
perasaanku kemudian adalah kerinduan pada Mas Roni. Sungguh dadaku sering
berdebar-debar lagi setiap kali kuingat kenikmatan luar biasa yang diberikan Mas
Roni saat itu. Aku selalu terbayang dengan keperkasaan Mas Roni di atas ranjang,
yang itu semua tidak dimiliki suamiku.
Maka setelah itu, kami masih sering jalan-jalan bersama dengan Mas Roni. Bahkan
hampir rutin sebulan 2 sampai 4 kali aku dan Mas Roni selalu melepas hasrat
bersama. Dan jelas itu lebih menggelora lagi dibanding kencan kami yang pertama.
Sementara untuk menyembunyikan itu semua, aku bersikap biasa-biasa saja terhadap
suamiku. Ia juga masih sering merangsang diri dengan berfantasi aku disetubuhi
lelaki lain. Tetapi ia tidak tahu, sesungguhnya telah ada lelaki lain yang benar-benar
telah menyetubuhi isterinya. Dan aku tidak pernah bercerita padanya. Ini hanya
menjadi rahasiaku dan rahasia Mas Roni.
Begitulah pembaca, kisah awal mula perselingkuhanku yang menjadi kenangan
tersendiri hingga saat ini.
DIBAWAH INI FOTO TANTE GIRANG NYA GA KALAH SEKSI SOB... CERITA SEKSNYA JUGA MANTAP2.. SOB. TINGGAL KLIK SALAH SATU AJA SOB... SELAMAT MENIKMATI...
- Foto Tante Girang Seksi 30
- Foto Tante Girang Seksi 29
- Foto Tante Girang Seksi 28
- Foto Tante Girang Seksi 27
- Foto Tante Girang Seksi 26
- Foto Tante Girang Seksi 25
- Foto Tante Girang Seksi 24
- Foto Tante Girang Seksi 23
- Foto Tante Girang Seksi 22
- Foto Tante Girang Seksi 21
- Foto Tante Girang Seksi 20
- Foto Tante Girang Seksi 19
- Foto Tante Girang Seksi 18
- Foto Tante Girang Seksi 17
- Foto Tante Girang Seksi 16
- Foto Tante Girang Seksi 15
- Foto Tante Girang Seksi 14
- Foto Tante Girang Seksi 13
- Foto Tante Girang Seksi 12
- Foto Tante Girang Seksi 11
- Foto Tante Girang Seksi 10
- Foto Tante Girang Seksi 9
- Foto Tante Girang Seksi 8
- Foto Tante Girang Seksi 7
- Foto Tante Girang Seksi 6
- Foto Tante Girang Seksi 5
- Foto Tante Girang Seksi 4
- Foto Tante Girang Seksi 3
- Foto Tante Girang Seksi 2
- Foto Tante Girang Seksi 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar