Saya adalah Johny, bekerja sebagai kepala bagian pada perusahaan penyedia system komputerisasi untuk pracetak, sehingga saya sering mengunjungi customer pada malam hari untuk melihat systemnya beroperasi. Saya sendiri berusia 35 tahun dan tamatan sarjana pada salah satu universitas di kota pekan baru. Cerita berawal dari penjualan system pra cetak pada sebuah perusahaan grafika yang baru. Dari sekian banyak karyawan yang bekerja pada shift malam, ada satu karyawan namanya shinta. Orangnya tidak terlalu cantik tetapi cukup menarik dan bodynya montok. Shinta suka memakai rok pendek dengan tinggi 165 cm.
Perkenalan saya dengan shinta berawal dari komputernya ada masalah pada malam hari dan kebetulan saya ada disana dan membantu menyelesaikannya. Dari sana kami sering telepon dan sms, karena Shinta ada masalah keluarga dengan pacarnya yang berbeda agama. Hubungan mereka tidak direstui, jadi mereka jarang bertemu.
" kamu pernah ngelakuin dengan pacar kamu ngak?" tanya ku pada satu malam ketika dia sedang menunggu mobil jemputan kantor.
" Ah kok begitu tanyanya. Pernah sih tapi sekarang sudah jarang, karena jarang bisa ketemu".
Dalam hati saya pikir dia pasti haus akan sentuhan lelaki setelah sekian lama tidak pernah ngelakuin dengan pacarnya, tapi bagaimana caranya untuk mendekati dia.
Sampai satu sore, Shinta telepon dan menangis. Dia ingin bertemu karena ingin curhat. Saya sangat terkejut karena dia ngak pernah nangis dan agak tertutup, mungkin dia malu. Sore itu kami pun bertemu di Kentucky dan saya memilih sudut yang agak sepi, dan kebetulan sore itu tidak terlalu ramai.
Shinta menceritakan, kalau pacarnya mau putusin dia dan setelah apa yang telah mereka lakuin. Dia stress bangat. Sepertinya Shinta masih cinta dengan pacarnya, walaupun tidak direstui. Diskusi kita pun berlangsung sampai malam jam 7-an. Dan saya melihat Shinta sudah capek dan stress, lalu saa tawarkan bagaimana jika kita cari tempat yang santai untuk ngobrol.
Eh. dia setuju dan iseng saya bilang, bagaimana kalau kita ke hotel, kan lebih santai dan bisa ngobrol tanpa ada yang lihat, karena sambil cerita kadang-kadang disertai dengan tangisan, kan jadi malu. Akhirnya dia pun setuju. Kami memilih hotel yang ada villanya, dan kami langsug check-in.
Di dalam kamar, saya mandi lalu diikuti shinta. Dia duduk di ranjang sambil tiduran, sedangkan saya duduk di kursi. diskusi kami teruskan, sampai tiba-tiba saya melihat sekilas rok-nya tersingkap ketika shinta membalikan badan dan darah saya memanas melihat mulusnya paha Shinta. Saya pura-pura menghampirinya dan menghibur sambil nonton TV. Shinta sepertinya tidak malu-malu, dan ketika saya mencoba membelai rambutnya, dia tidak menolak. Tangan saya pura-pura membelai punggungnya dan sambil melepaskan kaitan BHnya dari luar, dan berhasil.
Dia hanya mengeluh dan tidak marah.
" Ih, kok dilepasin. Genit ah. "
Melihat Shinta tidak marah, tangan saya mencoba meraba ke pahanya yang mulus sambil terus mendengarkan cerita Shinta, yang sepertinya dia juga pura-pura tidak peduli dengan apa yang terjadi. Jari-jari ku makin nakal, naik ke atas selangkangannya dan mulai menggosok kemaluannya. Lama-lama saya merasakan kemaluannya mulai basah dan inilah saatnya untuk memulai saya pikir. Tanpa menunggu Shinta berhenti bercerita, saya langsung menciumnya dan ternyata dia balas dan nafasnya sudah tidak beraturan. Kami berdua sepertinya sudah tidak tahan lagi. Saya langsung melepasnya pakaian saya dan satu demi satu kain yang melekat dibadan Shinta saya lepasnya. Mulai dari roknya lalu, blusnya, kemudian BH nya , dengan terus mencium leher dan bibinya.
Shinta sudah sangat terangsang, mungkin karena sudah lama tidak dipuas-in sama pacarnya. Sekarang kita berdua sudah tanpa busana dan Shinta sudah mencapai orgasme begitu saya raba kemaluan nya sambil berciuman. Tapi ini tidak membuat saya berhenti, saya pindah bermain di selangkangannya sambil memainkan lidah mennjilati clonisnya. Terdengan Shinta terangsang berat dan merintih. Permainan di bawah berlangsung hampir 20 menit, dan sepertinya Shinta menyukainya. Sepertinya Shinta sudah orgasme yang kedua ketika permainan saya hentikan sesaat.
Sekarang saya memasukkan ****** saya yang sudah berdiri tegang. Dengan sekali hentakan, sudah masuk dan sangat licin. Shinta saya gendong sambil tetap menamcapkan kemaluan saya. Shinta saya gendong berdiri dan berpegangan pada lampu gantung yang ada di atas ranjang kamar hotel. Shinta bersandar di dinding sambil merintih dan ternganga, ketika saya mengocok dia naik turun. Dia histeris dan menjambak rambut saya. Pompa naik-turun saya percepat dan perdalam. Sepertinya Shinta sudah ngak tahan sambil memeluk kepala saya, dia orgasme mungkin yang kesekian kalinya.
setelah itu Shinta terduduk lemas, tapi tidak saya lepas begitu saja, karena saya belum selesai. Shinta saya balikkan dan saya memompa sambil berdiri disamping ranjang. Sensasi ini sungguh tak terbayangkan, karena Shinta sangat montok dan kedua pantatnya menjepit dengan kuat ****** saya. Gesekan saya per-kuat dan per-cepat. Bersamaan dengan keluarnya sperma saya, Shinta meraung dan terhentak di pinggir ranjang. Shinta saya tindih sambil menciumin punggunya. Keringat membasahi rambut dan badannya yang mulus.
Kami sempat tertidur sesaat sebelum. terbangun , mandi. dan keluar makan.
Sejak saat itu kami sering curi waktu berdua, kadang saya antar pulang sambil mampir ke hotel, sampai akhirnya Shinta menikah dengan pacarnya yang sudah direstui orang tuanya. Terakhir seminggu sebelum menikah kami masih sempat bersama melakukannya, tetapi setelah menikah Shinta sudah pindah ke lain kota bersama suaminya. Kadang saya sangat kehilangan dia dan ingin mengulang kembali permainan ini.
Salam.
Perkenalan saya dengan shinta berawal dari komputernya ada masalah pada malam hari dan kebetulan saya ada disana dan membantu menyelesaikannya. Dari sana kami sering telepon dan sms, karena Shinta ada masalah keluarga dengan pacarnya yang berbeda agama. Hubungan mereka tidak direstui, jadi mereka jarang bertemu.
" kamu pernah ngelakuin dengan pacar kamu ngak?" tanya ku pada satu malam ketika dia sedang menunggu mobil jemputan kantor.
" Ah kok begitu tanyanya. Pernah sih tapi sekarang sudah jarang, karena jarang bisa ketemu".
Dalam hati saya pikir dia pasti haus akan sentuhan lelaki setelah sekian lama tidak pernah ngelakuin dengan pacarnya, tapi bagaimana caranya untuk mendekati dia.
Sampai satu sore, Shinta telepon dan menangis. Dia ingin bertemu karena ingin curhat. Saya sangat terkejut karena dia ngak pernah nangis dan agak tertutup, mungkin dia malu. Sore itu kami pun bertemu di Kentucky dan saya memilih sudut yang agak sepi, dan kebetulan sore itu tidak terlalu ramai.
Shinta menceritakan, kalau pacarnya mau putusin dia dan setelah apa yang telah mereka lakuin. Dia stress bangat. Sepertinya Shinta masih cinta dengan pacarnya, walaupun tidak direstui. Diskusi kita pun berlangsung sampai malam jam 7-an. Dan saya melihat Shinta sudah capek dan stress, lalu saa tawarkan bagaimana jika kita cari tempat yang santai untuk ngobrol.
Eh. dia setuju dan iseng saya bilang, bagaimana kalau kita ke hotel, kan lebih santai dan bisa ngobrol tanpa ada yang lihat, karena sambil cerita kadang-kadang disertai dengan tangisan, kan jadi malu. Akhirnya dia pun setuju. Kami memilih hotel yang ada villanya, dan kami langsug check-in.
Di dalam kamar, saya mandi lalu diikuti shinta. Dia duduk di ranjang sambil tiduran, sedangkan saya duduk di kursi. diskusi kami teruskan, sampai tiba-tiba saya melihat sekilas rok-nya tersingkap ketika shinta membalikan badan dan darah saya memanas melihat mulusnya paha Shinta. Saya pura-pura menghampirinya dan menghibur sambil nonton TV. Shinta sepertinya tidak malu-malu, dan ketika saya mencoba membelai rambutnya, dia tidak menolak. Tangan saya pura-pura membelai punggungnya dan sambil melepaskan kaitan BHnya dari luar, dan berhasil.
Dia hanya mengeluh dan tidak marah.
" Ih, kok dilepasin. Genit ah. "
Melihat Shinta tidak marah, tangan saya mencoba meraba ke pahanya yang mulus sambil terus mendengarkan cerita Shinta, yang sepertinya dia juga pura-pura tidak peduli dengan apa yang terjadi. Jari-jari ku makin nakal, naik ke atas selangkangannya dan mulai menggosok kemaluannya. Lama-lama saya merasakan kemaluannya mulai basah dan inilah saatnya untuk memulai saya pikir. Tanpa menunggu Shinta berhenti bercerita, saya langsung menciumnya dan ternyata dia balas dan nafasnya sudah tidak beraturan. Kami berdua sepertinya sudah tidak tahan lagi. Saya langsung melepasnya pakaian saya dan satu demi satu kain yang melekat dibadan Shinta saya lepasnya. Mulai dari roknya lalu, blusnya, kemudian BH nya , dengan terus mencium leher dan bibinya.
Shinta sudah sangat terangsang, mungkin karena sudah lama tidak dipuas-in sama pacarnya. Sekarang kita berdua sudah tanpa busana dan Shinta sudah mencapai orgasme begitu saya raba kemaluan nya sambil berciuman. Tapi ini tidak membuat saya berhenti, saya pindah bermain di selangkangannya sambil memainkan lidah mennjilati clonisnya. Terdengan Shinta terangsang berat dan merintih. Permainan di bawah berlangsung hampir 20 menit, dan sepertinya Shinta menyukainya. Sepertinya Shinta sudah orgasme yang kedua ketika permainan saya hentikan sesaat.
Sekarang saya memasukkan ****** saya yang sudah berdiri tegang. Dengan sekali hentakan, sudah masuk dan sangat licin. Shinta saya gendong sambil tetap menamcapkan kemaluan saya. Shinta saya gendong berdiri dan berpegangan pada lampu gantung yang ada di atas ranjang kamar hotel. Shinta bersandar di dinding sambil merintih dan ternganga, ketika saya mengocok dia naik turun. Dia histeris dan menjambak rambut saya. Pompa naik-turun saya percepat dan perdalam. Sepertinya Shinta sudah ngak tahan sambil memeluk kepala saya, dia orgasme mungkin yang kesekian kalinya.
setelah itu Shinta terduduk lemas, tapi tidak saya lepas begitu saja, karena saya belum selesai. Shinta saya balikkan dan saya memompa sambil berdiri disamping ranjang. Sensasi ini sungguh tak terbayangkan, karena Shinta sangat montok dan kedua pantatnya menjepit dengan kuat ****** saya. Gesekan saya per-kuat dan per-cepat. Bersamaan dengan keluarnya sperma saya, Shinta meraung dan terhentak di pinggir ranjang. Shinta saya tindih sambil menciumin punggunya. Keringat membasahi rambut dan badannya yang mulus.
Kami sempat tertidur sesaat sebelum. terbangun , mandi. dan keluar makan.
Sejak saat itu kami sering curi waktu berdua, kadang saya antar pulang sambil mampir ke hotel, sampai akhirnya Shinta menikah dengan pacarnya yang sudah direstui orang tuanya. Terakhir seminggu sebelum menikah kami masih sempat bersama melakukannya, tetapi setelah menikah Shinta sudah pindah ke lain kota bersama suaminya. Kadang saya sangat kehilangan dia dan ingin mengulang kembali permainan ini.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar