Cerita Plus Plus

Cerita Seks dan 17 Plus Plus Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Ngentot Pengalaman ML Pengalaman Sex Pengalaman Seks Meniduri Pembantu

window.open('http://graizoah.com/afu.php?zoneid=3334601')

Minggu, 02 Desember 2012

Dendam Pada Ayahku

Sejak terjadi moneter, keadaan kami sangat menyedihkan. Banyak barang-barang kami dan harta terjual dan dilelang negara. Hanya tinggal sebuah rumah kecil yang luput dari sitaan negara. kami pindah ke rumah itu dan rumah besar kami terjual beserta isinya. Di sanalah aku dan ibukuku 37 tahun dan seorang adik perempuanku Mira 12 tahun tinggal.

Sejak keruntuhan kekayaan ayahku, kini ayahku suka minum-minuman keras. Mabuk-mabuk dengan minuman berharga murah. Kerjanya hanya marah-marah. Sedikit saja dia terlambat makan, dia langsung marah kepada ibuku. Ketika itu umurku menginjak 16 tahun. Aku mendengar pertengkaran ayah dan ibuku. Aku kasihan sekali. Tetapi bila aku datang melerai, ibuku melarangnya, karean ayahku sudah mata gelap. Siapa saja dia tampar. Termasuk adikku Mira pernah kena tamparannya hingga terhuyung-huyung.
Selesai bertengkar, ayahku langsung pergi. Ternyata kepergiannya tidak pulang selama satu bulan. Ibuku mendapat kabar, ayahku sudah kawin lagi dengan seorang janda yang sudah tua beranak empat. Alasan perkawinannya agar mendapat modal untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai seorang kontraktor. Ibuku menangis. Walau ayahku bangkrut, ibuku tetap setia dan membuka usaha rumah makan kecil-kecilan yang mampu membiayai hidup kami berempat serta menyekolahkan kami.
Sejak perkawinannya itu, ayahku sudah jarang pulang ke rumah. Kami tak bisa berbuat apa-apa. Ibuku terus menjalankan usaha rumah makan mininya. Dan setiap malam ibuku suka termenung. Aku mendekatinya dan menghiburnya. Saat itulah ibuku menghambur kepadaku. Dia memelukku. Aku kasihan betul kepda ibuku. Aku membalas memeluk ibuku. Dengan kasih sayangku sebagai seorang anak yang penuh bakti. Ibuku menyandarkan kepalanya ke dadaku. Saat berpelukan itu, tiba-tiba saja ada rasa sesuatu pada diriku. Terutama ketika aku merasakan desahan nafas ibuku ke leherku. Berdesir bulu romaku. Terlebih teteknya begitu rapat ke dadaku. Aku mencium pipi ibuku dengan kasih sayangku sebagai seorang anak. Aku menghapus air matanya pakai bajuku.
"Sudahlah ma. Kita bisa hidup sendiri. Biarkan ayah dengan jalannya sendiri," kataku membujuk. Ketika ucapanku itul;ah, membuat ibuku semakin sedih, mungkin. Semakin kuat dia memelukku.
"Sidah ibu tiodur saja, ya," bisikku ke telinganya untuk menentramkan hatinya yang gundah itu. Sebaliknya, jutru ibuku semakin kuat memelukku. Begitu rapat. Hingga dadanya sudah menyatu ke dadaku dan penisku menyentuh bagian bawah petutnya. Deeeennnggg !!! Penisku langsung berdiri. Kini perasaanku sudah tidak menentu. Aku mengusap-usap dan mengelus-elus punggung ibuku dan ibuku semakin memelukku dengan erat. Entah kenapa dan bagaimana kejadiannya, aku mencium bibir ibuku dan melumatnya. Ibuku diam saja, tanpa mengatakan sepatah katapun. Entah kenapa pula, tiba-tiba saat itu, rasa dendamku kepada ayahku terjadi. Aku dendam kepad ayahku, sementara rasa sayang dan cinta kepada ibuku tumbuh begitu cepat, ketika itu juga. Mungkin blis sedang bekerja. Semua terjadi seperti kilat. Mungkin kami berdua sudah tidak sadar sama sekali. Perlahan aku membuka kancing dater ibuku. AKau mengelus-elus buah dadanya. Ciumanku turuna ke lehernya, kemudian aku mengisap-isap pentil tetek ibuku.
"Puuuuurrrrr..."ibuku mendesah memanggil namaku. Namaku Puranama. Entah kenapa nama itu diberikan padaku. Mungkin aku lahir saat bulan lagi Purnama. Akau meneruskan isapanku secara bergantian ke tetek kiri dan kanan. Ibuku hanya menyebut-nyebut namaku, Puuurrrr......puuuuuuuuuuurrrrrr....
Kulpeas daster ibuku. Kini tinggal celana dalamnya yang mini saja. Ibuku masih terus memelukku dan terasa lelehan airmatanya di pundakku. Aku terus membujuknya supaya jangan menangis lagi. Biarlah ayah dengan kesenangannya sendiri, kataku. Kubimbing ibuku ke tempat tidurnya di kamar tidur itu. Aku kagum melihat tubuhku yang sudah telanjang bulat, AKu memelorotkan celana piayama-ku. Tak ada kesempatan lain, selain menindih ibuku dan memasukkan kontolku ke dalam lubang pepeknya.
"Puuuurrrrr...jangan naaaakkkk..."katanya sembari menangis. Aku tak mengerti kenapa ibuku terus menangis dan melarangku, hanya dengan kata-kata, tapi tanpa tindakan apa-apa.
"Sabar ya buuuu..." kataku terus memompa kontolku ke dalam pepeknya. Ibuku mulanya diam. Tapi lama-kelamaan, ibuku mengguyang-goyangkan pinggulnya. Kami berpeluka erat seperti tak mau lepas lagi. Lalu aku pun menumpahkan spermaku di dalam liang pepek ibuku. Kami terdiam sejenak, setelah kami sama-sama mencapai punak kenikmatan itu.
Besok sorenya, adikku Mira memasuki kamar kami. Aku dan MIra pernah sekamar, kalau ayahku datang ke rumah. Kalau tidak, Mira akan tidur bersama ibuku dan aku sendirian di kamar.
"Mas Pur...tadi malam kenapa tindih-tindih ibu. Kan ibu kesakitan ditindih?" tanyanya.
"Kamu tahu dari mana..."tanyaku. Menurut Mira, dia mengintip tadi malam, melihatku menindih ibuku dan bertelanjang bulat. Aku cepat memutar otakku. AKu mengatakan, bukan menindih ibu, tapi membuatnya segar dengan pihjatan khusus. Nyatanya sekarang ibu sudah segar. Tapi kamu tak boleh cerita kepada siapapun juga, kataku. Mira menganguk.
"Aku mau juga dibuat segar...." kata Mira kepdaku. Dadaku gemuruh. Aku belum menjawab. Tapi Mira sudah melepaskan semua bajunya, tinggal celana dalamnya saja. Aku melihat tubuh Mira mulai berkembang. Teteknya sudah tumbuh, walau belum sempurna.
"Ayo dong, Mas Pur," katanya mendesak. Aku tak bisa berkata-apa-apa. Aku ahu sifat Mira kalau meminta sesuatu harus dapat. Dia memelukku dan merebahkan kepalanya di dadaku. Pasti dari awal Mira sudah melihat aku dannibuku, pikirku dalam hati. Aku memeluknya. Dan secepatnya kontolku b angkit berdiri. Aku rebahkan tubuhnya di t empat tidurku. AKu menjilati pentitil susunya dan mengelus-elus yang sebelahnya. Tak lama Mira sudah mendesah-desah. Desahannya mirip desahan ibuku. AKu tak mengerti, apakah dia meniru desahan ibuku, atau memang desahan itu adalah desahan aslinya. Aku terus menjilati teteknya, lalu perutnya dan kubuka celana dalamnya. Mira mengangkat pantatnya membantuku membuka celana dalamnya. AKu jilati pepek yang belum berbulu itu. Kujilati itilnya berulang-ulang dan Mira mendesah.
"Seperti ibu tadi malam, Mas. Tindihlah aku, biar nanti segar, " katanya. Kotnolku yang sudah berdiri tegak, langsung kuarahkan ke pepeknya. Perlahan kutempelkan kepala kontolku ke pepeknya. Pepek yang sudah basah itu kutekaperlahan-lahan.
"Sakit Mas..." katanya lirih. Kukatakan kepadanya, tahankan saja dulu, nanti tidak sakit lagi. Ibu juga tadi malam begitu, kataku meyakinkan. AKu sudah tidak mengerti apa y ang harus kukatakan. Perlahan dan perlahan....kutekan kontolku ke dalam pepeknya. Kepala kontolku sudah menembusnya. Kembali Mira merintih sakit. Kutahan sebentar. setelah Mira tidak merintih lagi, kutekan kembali kontolku. Kini sudah setengah yang masuk. Mira kem,bali merintih dan aku menahan sebentar kontolku. Setelah MIra diam dan mulai memelukku kuat, aku menarik cucuk kontolku ke dalam pepeknya. Makinlama, makin dalam hingga semua kontolku habis tertelan pepek Mira adikku itu.
"Masih saki..." tanyaku.
"Sedikit Mas. Teruskan saja..."katanya. Aku memompanya keluar-masuk. Dan, aku merasakan kehangatan dari dalam pepek Mira. Lalu aku menembakkan juga spernaku. Kami berpelukan, sampai kontoljku keluar sendiri dari pepeknya. Aku menatap Mira. Dia meringis dalam senyumnya. Dengan cepat kami bangkit agar segera ke tempat ibu membantunya di kedai nasi. Kulihat ada bercak merah di sprei tempat tidurku. Dengan cepat sprei itu aku rendam di kamar mandi dan mencucinya. Mira meminta tidak ikut membantu ibu, karean selangkangannya terasa sakit. Besok sudah sembuh, kataku. Aku meminta agar semuanya dirahasiakan dengan baik. Mira tersenyum.
Malamnya ayahku datang ke rumah. Dengan sempoyongan dan mulutnya bau alkohol. Dia marah-marah kepada ibu dan meminta agar gelang kesayanagan ibu dari kakek dijual untuk modal membeli semen dab batu bata yang kurang. Kutatapi tajamwajah ayahku. Ketika ayah mau menampar pipi ibuku, aku langsung menangkapnya.
"Jangan. Ibu sedeang hamil. Awas kalau ayah menamparnya," bentakku keras. Tangan ayah terhenti. Ibuku menatapku sedih dengan ucapan yang aku katakan. Aku menghardik ayah. Suami dan ayah yang tidak bertanggungjawab, bentakku. AKu menolaknya keluar dari rumah, lalu aku menginci pintu. Kulihat ayah pergi. Ibu menatapku pernuh tanya.
"Ibu kan tidak hamil," katanya perlahan di telingaku.
"Nanti ibu akan hamil..." kataku.
Malamnya, setelah Mira tertidur, akmu membangunkan ibu perlahan. Setelah ibu terbangun kulambaikan tanganku, agar dia mengikutiku. Ibu keluar dari kamar dan aku langsung membimbingnya ke kamarku. Segera aku menelanjanginya. Ibuku terbengong.
"Jangan lagi...." katanya perlahan tapi tidak menepis tanganku.
"Ibu harus hamil," kataku. Ibuku menatap wajahku. Langsung kupeluk dia dan menciumnya. Malam itu kami melakukannya lagi. Terus dan terus dengan berbagai versipenuh kemesraan dan kemanjaan. Sesekali aku melakukannya dengan Mira. Tapi dengan Mira, aku sudah memakai kondom seperti cerita teman-temanku, kalau pacar mereka, mereka setubuhi pakai kondomk agar tak hamil.
Benar saja. sebulan kemudian, mama tidak haid lagi dan dia hamil.
"Ibu hamil, Pur," kata ibuku.
"Ibu yakin itu anak kita?" tanyaku. Ibu mengangguk lemah.
"Pasti ini anak mu Pur. Ibu yang tahu, anak siapa yang ibu kandung," katanya. AKu senang. Berarti apa yang kukatakan kepada ayah menjadi kenyataan. Sejak saat itu, memang ayah tidak berani marah lagi kepad ibuku.
Akhirnya ibu mengetahui juga, kalau aku dan Mira suka melakukan persetubuhan. Mulanya ibuku sedih juga. Tapi akhirnya dia mengatakan:" cukyup hanya ibu yang hamil dari benihmu, Pur. Mira jangan sampai hamil," katanya.
Aku menjelaskan kepada ibu, kalau aku selalu memakai kondom.
Beberapa bulan kemudian, ibuku melahirkan seorang anak laki-laki. Ganteng seperti aku sedang kulitnya putih seperti ibuku.
Ketika aku lulus dari SMA, aku suka juga jajan dengan perempuan di tempat-tempat wisata bersama teman-temanku. Seperti yang dikatakan kebanyak orang, incest jauh lebih nikmat dibandingkan dengan orang lain, siapapun itu. Kini aku baru percaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar