Aku adalah anak tunggal. Ibuku adalah seorang wanita yang disiplin dan agak tegas sedangkan ayahku hanya mengikut telunjuk ibu. Ibu yang lebih mengatur segala-galanya dalam keluarga. Namun, walaupun ibu tegas, di luar rumah aku termasuk gadis yangnakal dan sering tukar-tukar boyfriend, tentunya tanpa sepengetahuan ibuku.
Ketika aku di tingkatan 5, ibuku pergi mengunjungi nenek yang sakit di kampung. Dia akan tinggal di sana selama 2 minggu. Hatiku bersorak. Aku bebas di rumah. Tak akan ada yang memaksa-maksa untuk belajar. Aku juga bebas pulang lewat. Kalau Ayah, yah.. dia selalu kerja sampai hampir malam. Pulang sekolah, aku mengajak boyfriendku, Kamal, ke rumah. Aku sudah beberapa kali mengadakan hubungan kelamin dengannya. Tetapi hubungan tersebut tidak pernah betul-betul nikmat. Selalu dilakukan buru-buru sehingga aku tidak pernah orgasme. Aku kecewa, bagaimana nikmatnya orgasme
Singkat cerita, aku dan Anton sudah berada di ruang tamu. Kami merasa bebas. Jam masih menunjukkan pukul 300 sedangkan ayah selalu pulang pukul 6.00. So, cukup waktu untuk memuaskan berahi. Kami duduk di sofa. Kamal dengan segera melumat bibirku. Kurasakan hangatnya bibirnya. Ah.. kurangkul tanganku ke lehernya. Ciumannya semakin dalam. Kini lidahnya yang mempermainkan lidahku. Tangannya pun mulai bermain di kedua bukitku. Aku benar-benar terangsang. Aku sudah bisa merasakan bahwa vaginaku sudah mulai basah.
Segera kujulurkan tanganku ke bawah perutnya. Aku merasakan bahwa kawasan itu sudah membesar dan keras. Kucuba membuka seluarnya tapi agak susah. Dengan segera Kamal membukakannya untukku. Bagai tak ingin membuang waktu, secara bersamaan, aku pun membuka pakaian sekolahku sekaligus coli ku tapi tanpa mengalihkan perhatianku pada Kamal. Kulihat segera sesudah seluar dalam Kamal dulucutkan, senjatanya sudah tegang, siap berperang. Kami berpelukan lagi. Kali ini, tanganku bebas memegang burungnya. Tidak begitu besar, tapi cukup keras dan berdiri dengan tegangnya. Ku ulas-ulas sejenak. Kedua telurnya yang dibungkus kulit yang sangat lembut, sungguh menimbulkan sensasi tersendiri saat kuraba dengan lembut. Penisnya kemerah-merahan, dengan kepala seperti topi keledar. Di ujungnya berlubang. Kukuakkan lubang kecil itu, lalu kujulurkan ujung lidahku ke dalam. Kamal melenguh. Expresi wajahnya membuatku semakin bergairah. Ah.. kumasukkan saja batang itu ke mulutku.
Kamal melepaskan seluar dalamku lalu mempermainkan vaginaku dengan jarinya. Terasa sentuhan jarinya diantara kedua bibir kemaluanku. Dikilik-kiliknya klitorisku. Aku makin bernafsu. Kuhisap batangnya. Kujilati kepala penisnya, sambil tanganku mempermainkan telurnya dengan lembut. Kadang kugigit kulit telurnya dengan lembut. Kita pindah di lantai saja yang, lebih bebas! Tanpa menunggu jawabanku, dia sudah menggendongku dan membaringkanku di lantai berkarpet tebal dan bersih. Dibukanya skirtku, yang tinggal satu-satunya melekat di tubuhku, demikian juga kemejanya. Sekarang aku dan dia betul-betul bogel.
Aku semakin menyukai suasana ini. Kutunggu, apa yang akan dilakukannya seterusnya. Ternyata Kamal naik ke atas tubuhku dengan posisi terbalik, 69. Dikangkangkannya pahaku. Selanjutnya yang kurasakan adalah jilatan-jilatan lidahnya yang panas di permukaan vaginaku. Bukan itu saja, klitorisku dihisapnya, sesekali lidahnya ditenggelamkannya ke lubangku. Sementara batangnya tetap kuhisap. Aku sudah tidak tahan lagi. Mal, ayuh masukkan saja. Sebentar lagi yang. Ah.. aku tak tahan lagi, aku nak batangmu, please! Kamal memutar haluan. Digosok-gosokannya kepala penisnya sebentar lalu..
Blesss.. batang itu masuk dengan mantap. Tak perlu pelincir untuk melancarkanya, vaginaku sudah banjir. Amboy, nikmat sekali. Disodok-sodok, maju mundur.. maju mundur. Aku tidak tinggal diam. Kugoyang-goyang juga punggung. Kadang kakiku kulingkarkan ke pinggangnya. Tiba-tiba, Ah.. aku keluar.. Dicabutnya penisnya dan spermanya berceceran di atas perutku. Shit! Sama saja, aku belum puas, dia sudah muntah, rungutku dalam hati. Tapi aku berpikir, Ah, tak mengapa, babak kedua pasti ada. Dugaanku meleset. Kamal berpakaian. Yang, sorry ya.. aku baru ingat. Hari ini rupanya aku ada latihan band, sudah lewat ni, dia berpakaian dengan buru-buru. Aku betul-betul kecewa. Kurang ajar budak ini. Dasar lelaki ego cuma memuaskan sendiri aje. Aku betul-betul kecewa dan berjanji dalam hati tak akan mau main lagi dengannya. Kerana kesal, kubiarkan dia pergi. Aku berbaring saja di sofa, tanpa mempedulikan kepergiannya, bahkan aku berbaring dengan membelakanginya, wajahku kuarahkan ke sandaran sofa. Kemudian aku mendengar suara langkah mendekat. Mengapa lagi ajar ini kembali, pikirku.
Kurasakan punggungku di cubit. Aku tetap biarkan. Nita! Oh.. ini bukan suara Kamal. Aku bagai disambar petir. Aku masih telanjang bulat. Ayah! aku sungguh-sungguh ketakutan, malu, cemas, hampir mati. Dasar bedebah, rupanya kamu sudah biasa main begini ya. Jangan membantah. Ayah lihat kamu bersetubuh dengan lelaki itu. Biar kamu tahu, ayah akan beritahu ibu kamu. Aku makin ketakutan, kupeluk lutut ayahku, Yah.. jangan Yah, aku mau dihukum apa saja, asal jangan diberitahu sama orang lain terutama Mama, aku menangis memohon. Tiba-tiba, ayah mengangkatku ke sofa. Kulihat wajahnya makin melembut. Nit, Ayah tahu kamu belum puas lagi. Waktu Ayah masuk, Ayah dengar suara-suara desahan aneh, jadi Ayah jalan pelan-pelan saja, dan Ayah lihat dari balik pintu, kamu sedang disetubuhi lelaki itu, jadi Ayah intip saja sampai tamat permainannya. Aku diam aja tak menyahut. Nit, kalau kamu mau Ayah puaskan, maka rahsiamu tak akan terbongkar. Sungguh Ayah tak menjawab, tapi mulutnya sudah mencium susuku. Dijilatinya permukaan payudaraku, digigitnya pelan-pelan putingku. Sementara tangannya sudah menjelajahi bahagian bawahku yang masih basah. Ayah segera membuka bajunya. Langsung seluruhnya. Aku terkejut. Kulihat penis ayahku jauh lebih besar, jauh lebih panjang dari penis si Kamal. Tak tahu aku berapa ukurannya, yang jelas panjang, besar, mendongak, keras, hitam, berurat, berbulu lebat. Bahkan antara pusat dan kemaluannya juga berbulu halus. Berbeza benar dengan Kamal. Melihat ini saja aku sudah bergetar.
Kemudian Aku didudukkannya di sofa. Pahaku dibukanya lebar-lebar. Dia berlutut di hadapanku lalu kepalanya berada diantara kedua pangkal pahaku. Tiba-tiba lidah hangat sudah menggesek ke dalam vaginaku. Aduh, lidah ayahku menjilati vaginaku. Dia menjilat lebih pelahan, lebih lembut. Jilatannya dari bawah ke atas berulang-ulang. Kadang hanya klitorisku saja yang dijilatinya. Dihisapinya, bahkan digigit-gigit kecil. Dijilati lagi. Dijilati lagi. Oh.. oh.. sedap, Yah di situ Yah, sedap, nikmat Yah, tanpa sadar, aku tidak malu lagi mendesah begitu di hadapan ayahku. Ayah memakan vaginaku cukup lama. Tiba-tiba, aku merasakan nikmat yang sangat dahsyat, yang tak pernah rasai sebelumnya. Oh.. begini rupanya orgasme, nikmatnya, aku tiba-tiba merasa lemas. Ayah mungkin tahu kalau aku sudah orgasme, maka dihentikannya menjilat lubang kewanitaanku.
Kini dia berdiri, tepat di hadapan hidungku, penisnya yang besar itu menengadah. Dengan posisi, ayah berdiri dan aku duduk di sofa, kumasukkan batang ayahku ke mulutku. Kuhisap, kujilat dan kugigit pelan. Kusedot dan kuhisap lagi. Begitu kulakukan berulang-ulang. Ayah ikut menggoyangkan punggungya, sehingga batangnya terkadang masuk terlalu dalam, sehingga kurasakan kepala penisnya menyentuh kerongkonganku. Aku kembali sangat bergairah merasakan keras dan besarnya batang itu di dalam mulutku. Aku ingin segera ayah memasuki lubangku, tapi aku malu memintanya. Lubangku sudah betul-betul ingin menelan batang yang besar dan panjang. Tiba-tiba ayah menyuruhku berdiri. Mau main berdiri ini, pikirku. Rupanya tidak. Ayah berbaring di sofa dan mengangkatku ke atasnya. Masukkan Nit! ujar Ayah. Kuraih batang itu lalu kuarahkan ke vaginaku. Ah.. sedikit sakit dan agak susah memasukannya, tapi ayah menolak punggungnya ke depan. Aduh pelan-pelan, Ayah. Lalu berhenti sejenak, tapi batang itu sudah tenggelam setengah akibat sodokan ayah tadi. Kugoyang perlahan. Dengan perlahan pula batang itu semakin masuk dan semakin masuk. Ajaibnya semakin masuk, semakin nikmat. Lubang vaginaku betul-betul terasa penuh. Nikmat rasanya. Kerana dikuasai nafsu, rasa maluku sudah hilang. Kusetubuhi ayahku dengan rakus. Ekspresi ayahku makin menambah nafsuku. Ramasan tangan ayahku di kedua payudaraku semakin menimbulkan rasa nikmat. Kogoyang punggungku dengan irama keras dan cepat. Tiba-tiba, aku mau orgasme, tapi ayah berkata, Stop! Kita ganti posisi. Kamu nungging dulu. Mau apa ini pikirku.
Tiba-tiba kurasakan gesekan kepala penis di permukaan lubangku kemudian.. Bless.. batang itu masuk ke lubangku. Yang begini belum pernah kurasakan. Kamal tak pernah memperlakukanku begini, begitu juga Norman, lelaki yang mengambil perawanku. Tapi yang begini ini rasanya selangit. Tak terkatakan nikmatnya. Tujahan-tujahan batang itu terasa menggesek seluruh liang kewanitaanku, bahkan hantaman kepala penis itupun terasa sampai dasar vaginaku, yang membuatku merasa semakin nikmat. Kurasakan sodokan ayah makin keras dan makin cepat. Perasaan yang kudapat pun makin lama makin nikmat. Makin nikmat, makin nikmat, dan makin nikmat. Tiba-tiba, Auh..oh.. oh..! kenikmatan itu meladak. Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Hentakan ayah makin cepat saja, tiba-tiba kudengar desahan panjangnya. Seiring dengan itu dicabutnya penisnya dari lubang vaginaku. Dengan gerakan cepat, ayah sudah berada di depanku. Disodorkannya batangnya ke mulutku. Dengan cepat kutangkap, kukulum dan kumaju-mundurkan mulutku dengan cepat. Tiba-tiba kurasakan semburan sperma panas di dalam mulutku. Aku tak peduli. Terus kuhisap dan kuhisap. Sebagian sperma tertelan olehku, sebagian lagi kukeluarkan, lalu jatuh dan meleleh memenuhi daguku. Ayah memelukku dan menciumku, Nit, bila-bila, kalau tak ada Mama, kita main lagi yah. Aku tak menjawab. Sebagai jawaban, aku memelukan ayahku. Yang jelas aku pasti mau. Dengan boyfriend aku tak pernah merasakan orgasme. Dengan ayah, sekali main orgasme dua kali. Siapa yang mau menolak Sesudah itu asal ada kesempatan, kami melakukannya lagi. Sementara mama masih sering marah, dengan nada tinggi, berusaha mengajarkan disiplin. Biasanya aku diam saja, pura-pura patuh. Padahal suaminya, yang menjadi ayahku itu, sering kugauli dan kunikmati. Beginilah kisah permainanku dengan ayahku yang pendiam, tetapi sangat pintar di atas ranjang.
Ketika aku di tingkatan 5, ibuku pergi mengunjungi nenek yang sakit di kampung. Dia akan tinggal di sana selama 2 minggu. Hatiku bersorak. Aku bebas di rumah. Tak akan ada yang memaksa-maksa untuk belajar. Aku juga bebas pulang lewat. Kalau Ayah, yah.. dia selalu kerja sampai hampir malam. Pulang sekolah, aku mengajak boyfriendku, Kamal, ke rumah. Aku sudah beberapa kali mengadakan hubungan kelamin dengannya. Tetapi hubungan tersebut tidak pernah betul-betul nikmat. Selalu dilakukan buru-buru sehingga aku tidak pernah orgasme. Aku kecewa, bagaimana nikmatnya orgasme
Singkat cerita, aku dan Anton sudah berada di ruang tamu. Kami merasa bebas. Jam masih menunjukkan pukul 300 sedangkan ayah selalu pulang pukul 6.00. So, cukup waktu untuk memuaskan berahi. Kami duduk di sofa. Kamal dengan segera melumat bibirku. Kurasakan hangatnya bibirnya. Ah.. kurangkul tanganku ke lehernya. Ciumannya semakin dalam. Kini lidahnya yang mempermainkan lidahku. Tangannya pun mulai bermain di kedua bukitku. Aku benar-benar terangsang. Aku sudah bisa merasakan bahwa vaginaku sudah mulai basah.
Segera kujulurkan tanganku ke bawah perutnya. Aku merasakan bahwa kawasan itu sudah membesar dan keras. Kucuba membuka seluarnya tapi agak susah. Dengan segera Kamal membukakannya untukku. Bagai tak ingin membuang waktu, secara bersamaan, aku pun membuka pakaian sekolahku sekaligus coli ku tapi tanpa mengalihkan perhatianku pada Kamal. Kulihat segera sesudah seluar dalam Kamal dulucutkan, senjatanya sudah tegang, siap berperang. Kami berpelukan lagi. Kali ini, tanganku bebas memegang burungnya. Tidak begitu besar, tapi cukup keras dan berdiri dengan tegangnya. Ku ulas-ulas sejenak. Kedua telurnya yang dibungkus kulit yang sangat lembut, sungguh menimbulkan sensasi tersendiri saat kuraba dengan lembut. Penisnya kemerah-merahan, dengan kepala seperti topi keledar. Di ujungnya berlubang. Kukuakkan lubang kecil itu, lalu kujulurkan ujung lidahku ke dalam. Kamal melenguh. Expresi wajahnya membuatku semakin bergairah. Ah.. kumasukkan saja batang itu ke mulutku.
Kamal melepaskan seluar dalamku lalu mempermainkan vaginaku dengan jarinya. Terasa sentuhan jarinya diantara kedua bibir kemaluanku. Dikilik-kiliknya klitorisku. Aku makin bernafsu. Kuhisap batangnya. Kujilati kepala penisnya, sambil tanganku mempermainkan telurnya dengan lembut. Kadang kugigit kulit telurnya dengan lembut. Kita pindah di lantai saja yang, lebih bebas! Tanpa menunggu jawabanku, dia sudah menggendongku dan membaringkanku di lantai berkarpet tebal dan bersih. Dibukanya skirtku, yang tinggal satu-satunya melekat di tubuhku, demikian juga kemejanya. Sekarang aku dan dia betul-betul bogel.
Aku semakin menyukai suasana ini. Kutunggu, apa yang akan dilakukannya seterusnya. Ternyata Kamal naik ke atas tubuhku dengan posisi terbalik, 69. Dikangkangkannya pahaku. Selanjutnya yang kurasakan adalah jilatan-jilatan lidahnya yang panas di permukaan vaginaku. Bukan itu saja, klitorisku dihisapnya, sesekali lidahnya ditenggelamkannya ke lubangku. Sementara batangnya tetap kuhisap. Aku sudah tidak tahan lagi. Mal, ayuh masukkan saja. Sebentar lagi yang. Ah.. aku tak tahan lagi, aku nak batangmu, please! Kamal memutar haluan. Digosok-gosokannya kepala penisnya sebentar lalu..
Blesss.. batang itu masuk dengan mantap. Tak perlu pelincir untuk melancarkanya, vaginaku sudah banjir. Amboy, nikmat sekali. Disodok-sodok, maju mundur.. maju mundur. Aku tidak tinggal diam. Kugoyang-goyang juga punggung. Kadang kakiku kulingkarkan ke pinggangnya. Tiba-tiba, Ah.. aku keluar.. Dicabutnya penisnya dan spermanya berceceran di atas perutku. Shit! Sama saja, aku belum puas, dia sudah muntah, rungutku dalam hati. Tapi aku berpikir, Ah, tak mengapa, babak kedua pasti ada. Dugaanku meleset. Kamal berpakaian. Yang, sorry ya.. aku baru ingat. Hari ini rupanya aku ada latihan band, sudah lewat ni, dia berpakaian dengan buru-buru. Aku betul-betul kecewa. Kurang ajar budak ini. Dasar lelaki ego cuma memuaskan sendiri aje. Aku betul-betul kecewa dan berjanji dalam hati tak akan mau main lagi dengannya. Kerana kesal, kubiarkan dia pergi. Aku berbaring saja di sofa, tanpa mempedulikan kepergiannya, bahkan aku berbaring dengan membelakanginya, wajahku kuarahkan ke sandaran sofa. Kemudian aku mendengar suara langkah mendekat. Mengapa lagi ajar ini kembali, pikirku.
Kurasakan punggungku di cubit. Aku tetap biarkan. Nita! Oh.. ini bukan suara Kamal. Aku bagai disambar petir. Aku masih telanjang bulat. Ayah! aku sungguh-sungguh ketakutan, malu, cemas, hampir mati. Dasar bedebah, rupanya kamu sudah biasa main begini ya. Jangan membantah. Ayah lihat kamu bersetubuh dengan lelaki itu. Biar kamu tahu, ayah akan beritahu ibu kamu. Aku makin ketakutan, kupeluk lutut ayahku, Yah.. jangan Yah, aku mau dihukum apa saja, asal jangan diberitahu sama orang lain terutama Mama, aku menangis memohon. Tiba-tiba, ayah mengangkatku ke sofa. Kulihat wajahnya makin melembut. Nit, Ayah tahu kamu belum puas lagi. Waktu Ayah masuk, Ayah dengar suara-suara desahan aneh, jadi Ayah jalan pelan-pelan saja, dan Ayah lihat dari balik pintu, kamu sedang disetubuhi lelaki itu, jadi Ayah intip saja sampai tamat permainannya. Aku diam aja tak menyahut. Nit, kalau kamu mau Ayah puaskan, maka rahsiamu tak akan terbongkar. Sungguh Ayah tak menjawab, tapi mulutnya sudah mencium susuku. Dijilatinya permukaan payudaraku, digigitnya pelan-pelan putingku. Sementara tangannya sudah menjelajahi bahagian bawahku yang masih basah. Ayah segera membuka bajunya. Langsung seluruhnya. Aku terkejut. Kulihat penis ayahku jauh lebih besar, jauh lebih panjang dari penis si Kamal. Tak tahu aku berapa ukurannya, yang jelas panjang, besar, mendongak, keras, hitam, berurat, berbulu lebat. Bahkan antara pusat dan kemaluannya juga berbulu halus. Berbeza benar dengan Kamal. Melihat ini saja aku sudah bergetar.
Kemudian Aku didudukkannya di sofa. Pahaku dibukanya lebar-lebar. Dia berlutut di hadapanku lalu kepalanya berada diantara kedua pangkal pahaku. Tiba-tiba lidah hangat sudah menggesek ke dalam vaginaku. Aduh, lidah ayahku menjilati vaginaku. Dia menjilat lebih pelahan, lebih lembut. Jilatannya dari bawah ke atas berulang-ulang. Kadang hanya klitorisku saja yang dijilatinya. Dihisapinya, bahkan digigit-gigit kecil. Dijilati lagi. Dijilati lagi. Oh.. oh.. sedap, Yah di situ Yah, sedap, nikmat Yah, tanpa sadar, aku tidak malu lagi mendesah begitu di hadapan ayahku. Ayah memakan vaginaku cukup lama. Tiba-tiba, aku merasakan nikmat yang sangat dahsyat, yang tak pernah rasai sebelumnya. Oh.. begini rupanya orgasme, nikmatnya, aku tiba-tiba merasa lemas. Ayah mungkin tahu kalau aku sudah orgasme, maka dihentikannya menjilat lubang kewanitaanku.
Kini dia berdiri, tepat di hadapan hidungku, penisnya yang besar itu menengadah. Dengan posisi, ayah berdiri dan aku duduk di sofa, kumasukkan batang ayahku ke mulutku. Kuhisap, kujilat dan kugigit pelan. Kusedot dan kuhisap lagi. Begitu kulakukan berulang-ulang. Ayah ikut menggoyangkan punggungya, sehingga batangnya terkadang masuk terlalu dalam, sehingga kurasakan kepala penisnya menyentuh kerongkonganku. Aku kembali sangat bergairah merasakan keras dan besarnya batang itu di dalam mulutku. Aku ingin segera ayah memasuki lubangku, tapi aku malu memintanya. Lubangku sudah betul-betul ingin menelan batang yang besar dan panjang. Tiba-tiba ayah menyuruhku berdiri. Mau main berdiri ini, pikirku. Rupanya tidak. Ayah berbaring di sofa dan mengangkatku ke atasnya. Masukkan Nit! ujar Ayah. Kuraih batang itu lalu kuarahkan ke vaginaku. Ah.. sedikit sakit dan agak susah memasukannya, tapi ayah menolak punggungnya ke depan. Aduh pelan-pelan, Ayah. Lalu berhenti sejenak, tapi batang itu sudah tenggelam setengah akibat sodokan ayah tadi. Kugoyang perlahan. Dengan perlahan pula batang itu semakin masuk dan semakin masuk. Ajaibnya semakin masuk, semakin nikmat. Lubang vaginaku betul-betul terasa penuh. Nikmat rasanya. Kerana dikuasai nafsu, rasa maluku sudah hilang. Kusetubuhi ayahku dengan rakus. Ekspresi ayahku makin menambah nafsuku. Ramasan tangan ayahku di kedua payudaraku semakin menimbulkan rasa nikmat. Kogoyang punggungku dengan irama keras dan cepat. Tiba-tiba, aku mau orgasme, tapi ayah berkata, Stop! Kita ganti posisi. Kamu nungging dulu. Mau apa ini pikirku.
Tiba-tiba kurasakan gesekan kepala penis di permukaan lubangku kemudian.. Bless.. batang itu masuk ke lubangku. Yang begini belum pernah kurasakan. Kamal tak pernah memperlakukanku begini, begitu juga Norman, lelaki yang mengambil perawanku. Tapi yang begini ini rasanya selangit. Tak terkatakan nikmatnya. Tujahan-tujahan batang itu terasa menggesek seluruh liang kewanitaanku, bahkan hantaman kepala penis itupun terasa sampai dasar vaginaku, yang membuatku merasa semakin nikmat. Kurasakan sodokan ayah makin keras dan makin cepat. Perasaan yang kudapat pun makin lama makin nikmat. Makin nikmat, makin nikmat, dan makin nikmat. Tiba-tiba, Auh..oh.. oh..! kenikmatan itu meladak. Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Hentakan ayah makin cepat saja, tiba-tiba kudengar desahan panjangnya. Seiring dengan itu dicabutnya penisnya dari lubang vaginaku. Dengan gerakan cepat, ayah sudah berada di depanku. Disodorkannya batangnya ke mulutku. Dengan cepat kutangkap, kukulum dan kumaju-mundurkan mulutku dengan cepat. Tiba-tiba kurasakan semburan sperma panas di dalam mulutku. Aku tak peduli. Terus kuhisap dan kuhisap. Sebagian sperma tertelan olehku, sebagian lagi kukeluarkan, lalu jatuh dan meleleh memenuhi daguku. Ayah memelukku dan menciumku, Nit, bila-bila, kalau tak ada Mama, kita main lagi yah. Aku tak menjawab. Sebagai jawaban, aku memelukan ayahku. Yang jelas aku pasti mau. Dengan boyfriend aku tak pernah merasakan orgasme. Dengan ayah, sekali main orgasme dua kali. Siapa yang mau menolak Sesudah itu asal ada kesempatan, kami melakukannya lagi. Sementara mama masih sering marah, dengan nada tinggi, berusaha mengajarkan disiplin. Biasanya aku diam saja, pura-pura patuh. Padahal suaminya, yang menjadi ayahku itu, sering kugauli dan kunikmati. Beginilah kisah permainanku dengan ayahku yang pendiam, tetapi sangat pintar di atas ranjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar