Lanjutan...
Budi adalah salah satu "teman spesialku" di sini, kami selain berteman dekat, juga
saling memuaskan kebutuhan seks satu sama lain. Dia juga temanku berolahraga bersama di fitness center sekolahku. Dua hari yang lalu kami bertemu di sekolah untuk berolahraga. Kami biasanya mulai dengan mengangkat beban. Aku biasanya menggunakan hanya sedikit beban supaya badanku tidak terlalu berotot, sementara Budi sudah berhasil membentuk badan yang kekar dan berotot.
Setelah itu, aku biasanya berenang untuk melatih kardio. Aku mengenakan bikini yang berwarna silver metalik, dengan potongan yang agak berani.
Tapi toh biasanya orang cuek aja di kolam renang, soalnya semua orang juga
berpakaian minim seperti ini. Ada beberapa orang bule yang memelototi tubuhku yang seksi berjalan keliling kolam renang dan masuk ke air, tapi tak aku tanggapi. Setelah berenang beberapa lama dan
memenuhi target olahragaku, aku pun keluar dan berjalan kembali ke locker room sambil
mengelap badanku dengan handuk. Aku mulai melepaskan bikini-ku, mengambil sabun
& shampoo dari locker dan mulai mandi.
Kamar mandi di locker room ini sangat lebar,dan semua orang mandi di ruangan yang sama. Pagi ini hanya aku sendiri mandi di ruangan itu. Kunyalakan air panas, enak sekali,menghangatkan otot2ku yang capai.

menjilati dan menciumi punggung dan leher belakangku.Aku berpegangan ke kepala shower dan menyodorkan pantatku ke belakang, kearah Budi. Satu tangan Budi berpindah ke pinggulku,
sementara satunya lagi mengarahkan kemaluan dia ke lipatan di antara kakiku.
Dengan sekali dorong, tiba2 kemaluan Budi sudah ada di dalam vaginaku, menggosok-gosok dinding vaginaku dengan kemaluannya yang sangat keras. Air shower mengalir deras membasahi tubuh kami
berdua. Sementara itu desahan2 nafsuku membahana di ruangan shower yang luas. Tubuhku serasa terbakar dengan panas-nya birahi kami menikmati persenggamaan ini.
Budi perlahan2 melepaskan tangan-nya di
mulutku, turun meremas-remas buah
dadaku.

punggungku sambil pinggulnya bergoyang2 menyetubuhiku.
Sudah beberapa hari ini aku tidak merasakan
kenikmatan bercinta, dan semua birahi yang
tertunda selama ini tiba2 menjelma ke
sebuah orgasme yang luar biasa ketika Budi
mulai meraba raba klitorisku, dan batang penis-nya mulai memuncratkan sperma di
dalam rahimku. Aku menggeliat-geliat
dengan penuh napsu, satu tanganku
meraba-raba payudaraku sendiri, sampai
akhirnya gelombang birahi itu berlalu.
Lengan Budi di belakang perlahan2 menurunkan tubuhku ke lantai ruangan
shower itu, dan aku lunglai sejenak,
berusaha mengejar napasku. Ketika aku
membuka mataku, tidak ada orang lain di
ruangan shower itu, pasti Budi sudah pergi
ke kamar shower pria lagi. Aku pun segera bersabun dan membersihkan
sisa2 persetubuhan tadi. Baru saja aku selesai mandi dan berjalan ke
dekat loker ku ketika kulihat Budi sedang
duduk di bangku di depan loker ku, telanjang
sambil mengurut batang kemaluan-nya.
"Ness, ayo dong kita ML. Sudah empat hari
nih gue enggak dipuasin kebutuhannya" Lho....
Kupikir2, tadi di kamar mandi aku sama sekali
tidak melihat atau mendengar suara orang
yang menyetubuhiku...
Aku baru saja kembali dari kegiatanku di
akhir pekan ini. Hari ini (Senin) adalah hari libur di negara tempatku belajar, dan
perkumpulan2 mahasiswa di negara bagian
ini mengadakan pesta olahraga hari Sabtu
dan Minggu kemarin di kota lain.

fanatik, tentu saja aku ikut pergi dengan banyak mahasiswa lainnya untuk
mendukung tim dari kota kami. Aku berencana pergi bareng dengan Budi,
yang juga adalah kapten tim basketball kami.
Kebetulan jadwalku kosong hari Jumat itu,
jadi kami berencana pergi pagi2 sekali berdua
menyetir ke kota tujuan. Tentu saja Budi
segera mengambil kesempatan itu untuk menginap di apartemenku, katanya supaya
bisa berangkat sepagi mungkin hari Jumat. Hari Kamis sore Budi tiba di rumahku sekitar
jam 7, lalu kami pergi makan malam bersama.
Sambil makan malam, Budi bercerita tentang
persiapan tim basketnya untuk
memenangkan pesta olahraga ini. Selama
seminggu terakhir mereka berlatih setiap hari, mulai dengan physical conditioning, lalu
shooting practice, dan five-on-five untuk
mencoba berbagai macam taktik. Budi juga
mengharuskan semua orang di tim basket
lari sekitar 2 mile setiap hari, dan (yang ini benar2 membuat pipiku merah merona) tidak ada yang boleh berhubungan seks atau bermasturbasi untuk selama seminggu
sebelum pertandingan. Budi mengucapkan kata2 itu sambil terang2an melihat &
menelanjangi tubuhku di otaknya, maklum sudah lima hari nafsunya ditahan. Makan malam itu berlalu penuh dengan nafsu seks yang menggantung diantara kami. Tapi
aku bertekad untuk membantu tim basket kami memenangkan pesta olahraga itu
dengan tidak berhubungan seks dengan Budi
malam itu. Kami pulang ke apartemenku sekitar pukul 10, aku langsung mengeluarkan sebuah selimut dan bantal untuk Budi tidur di sofaku. Budi menerimanya dengan setengah
hati dan pandangan memelas.

Dia mengajakku ngobrol di balkon apartemen sambil minum2, tapi aku tolak supaya dia
tidak bisa mencoba merayuku. Setelah
mencoba berbagai cara untuk meniduriku,
akhirnya Budi menyadari dia tidak akan bisa
tidur denganku malam itu, tapi dia ingin aku
berjanji untuk tidur dengan dia secepat mungkin setelah pesta olahraga itu selesai.
Terus terang aku sebenarnya terpengaruh dengan rayuan2 Budi, aku pun berjanji untuk
memberikan servis yang memuaskan setelah
pesta olah raga selesai. Kami berciuman
sebentar, aku membiarkan tangan Budi merajalela ke seluruh tubuhku sebentar, lalu
aku masuk ke kamar tidurku dan mengunci pintunya. Aku tahu Budi pasti mencoba
untuk masuk ke kamar setelah aku tidur. Aku mulai mengepak pakaian yang akan kubawa
untuk perjalanan kami besok, sengaja kumasukkan juga pakaian dalam yang seksi
ke tasku, dan beberapa kondom. Tak lama kemudian, aku menggosok gigi, lalu
kulepaskan semua pakaianku dan aku pun tidur. --- Kami tiba di kota tujuan sekitar jam 12 siang,
dan rupanya Budi telah janjian untuk bertemu dengan kapten tim basket tuan
rumah, yang ternyata kenal Budi sejak SMA dulu di Indonesia. Sambil makan siang, Doni
dan Budi asyik bernostalgia tentang basket dan SMA. Dari percakapan itu, aku
mendengar bahwa Doni dulu adalah kapten tim basket di SMA rival utama sekolah Budi.
SMA-nya Doni dan SMA-nya Budi selalu mengikuti kejuaraan2 di kota mereka, dan
selalu bertemu satu sama lain di final kejuaraan setelah menyisihkan SMA2 lainnya.
Sampai sekarang, kedua sekolah itu masih seimbang dan hampir bergiliran
memenangkan kejuaraan2 di kota mereka.
Ketika Budi dan Doni masih menjadi kapten
tim basket masing2, Budi hampir selalu menang di awalnya, tapi di kelas dua SMA,orang tua Budi bercerai, dan sebagai akibatnya sekolah dan basketball menjadi tidak terurus..
Setelah SMA, Doni pergi bersekolah di negara bagian lain, dan baru saja pindah ke negara bagian ini tahun lalu. Pesta olahraga tahun ini adalah pertama kalinya Doni dan Budi
bersaing kembali dalam basket. Kami mengobrol sekitar 2 jam, dan selama itu
aku beberapa kali menangkap basah Doni mencuri-curi pandang ke arahku. Seusai makan siang aku dan Budi pergi ke apartemen teman kami yang lain, tempat kami menginap sampai pesta olahraga ini
selesai. Malam itu kami bertiga pergi ke dance club bersama dengan tim basket dari kedua kota.
Kami sengaja pergi agak pagi ke club itu supaya malam itu semua pemain tidak tidur
terlalu larut. House music berdentum keras, dan minuman keras pun tak henti2nya datang ke meja kami. Aku malam itu bergiliran menari dengan Budi, Doni, dan beberapa pemain basket dari kedua tim. Ada beberapa pemain yang menggosokkan tonjolan di antara kaki mereka ke pantat
atau pinggulku, termasuk Doni, kubiarkan saja mereka menikmati sedikit. Semakin lama
mereka menjadi semakin berani memegang pantat dan perutku, malah pemain shooting
guard dari tim Doni sempat2nya meraba2 buah dadaku dan menciumi leherku.

pun asyik meraba2 dan diraba2 pacar mereka masing2. Kulihat Doni dan Budi
sedang minum2 dan sedang terlibat pembicaraan yang agak serius sambil agak
mabuk di meja kami. Tak lama kemudian, mereka terlihat sedang sibuk tawar-menawar, dan kemudian mereka bersalaman dengan erat, seperti sedang berjanjian. Sekitar pukul 12 tengah malam, kedua kapten tim basket itu pun mulai mengumpulkan anggota tim mereka dan menyuruh semua
orang pulang dan tidur supaya tubuh mereka terasa segar keesokan harinya. Budi
dan aku pun menyetir pulang ke apartemen teman kami. Dalam perjalanan itu Budi, yang biasanya selalu berceloteh, diam seribu bahasa. Kupikir dia agak mabuk, atau mungkin sedikit stres menghadapi pertandingan besok. Setelah kupancing-pancing, akhirnya keluarlah cerita sebenarnya....
Beberapa tahun yang lalu, ketika Budi & Doni masih di SMA, Budi memenangkan sebuah
piala dari kompetisi bola basket ini sebagai pemain terbaik, mengalahkan Doni. Piala itu
disponsori oleh salah satu petinggi negara kita, dan sangatlah berharga. Tahun terakhir Budi di SMA, ketika pikiran dia sedang kalut dan sering sekali dikalahkan tim
Budi di kejuaraan2, Budi mengajak Doni bertanding basket, dan pemenangnya akan
mendapatkan piala itu. Kelanjutan cerita itu pun sudah tertebak, Budi kalah dan piala itu sekarang milik Doni. Dan sekarang, sambil setengah mabuk, Budi berusaha mendapatkan kembali piala itu dengan bertaruh kembali dengan Doni. Jika tim Budi menang besok, Budi akan mendapatkan piala itu kembali. Aku pun bertanya pertanyaan logis berikutnya :
"Bud, kalo kamu kalah Doni bakal dapat apa ?"
Jawaban Budi menggelegar bagai halilintar di
siang bolong : "Kamu". Mukaku merah panas mendengar jawaban
Budi. Serendah itukah diriku ? dipertaruhkan dengan sebuah piala tergantung hasil
sebuah pertandingan basket ? Rupanya Budi membaca pikiranku,"Ness, gini.. sebelum elo
marah dengerin dulu. Toh kamu bukan pacarku, dan kita hanya teman biasa saja.
Kalo kamu menolak untuk melayani Doni aku juga engga bisa apa2. Salah sendiri Doni
setuju taruhan ini, dia juga tahu gua engga bisa memaksamu ngelakuin apa2. Apalagi tim
kita tahun ini sangat bagus, pasti kita menang. Jangan kuatir deh.. engga bakal
terjadi apa2".
Sepandai-pandainya Budi berbohong, aku
masih bisa menyadari kebohongan itu. Tim
Doni tidaklah terlalu hebat, tapi Doni sendiri terlihat dalam kondisi prima, dan tadi dia tidak minum terlalu banyak. Sementara Budi minum sangat banyak, dan besok pagi
pastilah dia akan pusing2. Pendeknya, kalau Doni bermain 100% besok, kemungkinan
besar tim Budi akan kalah. Sebenarnya aku agak iba dengan Budi juga, ini kesempatan dia untuk membalas kekalahan 2 di SMA dan merebut kembali pialanya. Tapi di sisi lain aku juga merasa
sangat terhina dipertaruhkan seperti itu. Aku memang sudah tidak perawan lagi, jauh dari
itu, tetapi harga diriku serasa diinjak-injak. Sekitar jam 12.30 Budi sudah terlelap di ruang tamu, aku masih tidak bisa tidur memikirkan kejadian tadi. Ada kemungkinan besar tim Budi akan kalah besok, dan semarah bagaimanapun, aku menghargai Budi sebagai teman yang setia, teman dekatku yang selalu siap membantuku dan memuaskan kebutuhanku. Tiba2 terbersit sebuah ide di otakku. Perlahan2 aku keluar dari ranjangku, seperti biasanya aku tidur bugil, dan aku mengendap-endap ke arah tas bawaanku. Aku mengorek2 mencari pakaian dalam seksi yang tadinya aku bawa untuk
merayakan kemenangan pesta olahraga dengan Budi. Gambar Kira2 mirip dengan pakaian di kiri ini. Lalu aku mengenakan jaket yang panjang diluar baju itu supaya tidak terlalu dingin. Dengan
perlahan2 aku mengambil kunci mobil temanku dan menyelinap keluar apartemen.
Aku mulai menyetir ke arah apartemen Doni, jantungku berdetak cepat sekali, dan cairan
pelumas mulai mengalir di antara kedua kakiku. Kuketuk pintu apartemen Doni sambil
berharap tidak ada orang yang lewat di dekat sana. Tak lama kemudian pintu pun dibuka Doni sambil menggosok2 matanya,
"Vanessa.. eh ada apa malam2 gini ?" Dengan
tanganku yang bergetar gugup, aku membuka jaket luarku sambil mataku
memandang ke lantai, tak mampu melihat Doni secara langsung.
*BERSAMBUNG*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar